Pd kangen Awsten y cie.
-
Sementara di hotel,
"Eric! Bangun! "
"Apasi! Sialan, pergi!" Eric menyentak tangan Awsten yang mengguncang bahunya, ia sudah terlelap sebelum Awsten mengganggunya.
"Yasudah, aku mau menyusul Jason."
"Dasar Antelope kurang kerjaan." batin Eric. Tapi tunggu, matanya langsung terbelalak kala Awsten berbicara bahwa Jason tidak ada di kamar.
"AWSTEN!" Eric terbangun, berteriak pada pintu kamar yang terbuka lebar.
"Ha?" sahut Awsten sambil menyembulkan kepalanya.
"Kemana Jason?"
"Meleketehek. Maka dari itu aku ingin menyusulnya, kurasa dia tidak pergi jauh dari sini," jawab Awsten, "Kau tahu? Dia seperti tergesa-gesa dalam keadaan tenang." lanjutnya sebelum benar-benar meninggalkan kamar.
Eric tak berkutik, sebenarnya ia penasaran dengan Jason, namun kantuknya terlanjur menguasai, lantas ia kembali menjatuhkan diri di kasur dan terlelap.
Awsten berjalan keluar hotel yang masih sedikit ramai. Orang-orang masih terlihat berlalu lalang di sekitar pantai. Ia berjalan menuju beberapa food stand yang masih buka disana, berharap bertemu Jason.
Sebenarnya ia sangat ingin mampir sesekali dan mencomot sebuah Curros atau Tacos, apa daya ia tidak membawa uang, ralat, ia tidak punya uang sama sekali. Karena tujuan utamanya menyelidiki Jason, bukan berburu kuliner.
Awsten lantas menjauh dari sana, kalau tidak mau perutnya semakin bergerilya meminta asupan. Ia menyusuri dermaga yang sepi, lalu berjongkok menghadap laut,sembari memikirkan sesuatu.
Ia sempat terkejut dengan perubahan nama Eric saat ia melihat daftar dokter yang bekerja di klinik kemarin. Gregory Erico. Padahal, nama asli Eric adalah Erico Grey. Awsten tahu alasan dibalik itu, karena Eric membenci keluarga dari Awsten.
"Kurasa dia masih dendam padaku, ayah. " ucap Awsten pada dirinya sendiri.
Wajar saja, menurutnya. Ayah mereka berdua—si kembar Grey & Gray, menurut julukan sang ayah. (Padahal mereka sama sekali tidak kembar, dan lahir dari ibu yang berbeda.) tewas tenggelam saat turun memperbaiki wisata kandang hiu yang berbahaya di Australia. Setidaknya itu yang tertulis di berita. Fakta sebenarnya adalah, ayahnya tewas dimakan hiu saat berusaha mencegah Awsten remaja masuk kedalam kandang dan menikmati wisatanya. Kaca pelindung yang sedikit retak, membenarkan asumsi ayahnya bahwa kandang itu tak lagi aman. Dan benar, kaca pelindung retak saat menahan serangan hiu yang menabrak kaca, membuat semua wisatawan tenggelam. Beruntung Awsten dapat menyelamatkan diri, namun dengan segera sang ayah meloncat untuk menyelamatkan putranya. Eric yang tidak terima dengan kenyataan ini, bahkan sempat memukul Awsten hingga hidungnya berdarah. Sangat brutal, mungkin inilah yang menyebabkan media merasa tidak tega untuk menuliskannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Palung Mariana (2) | TERSEDIA DI GRAMEDIA
Science FictionDiterbitkan oleh Erye Art, 2020 [𝗦𝗲𝗿𝗶 𝗸𝗲𝗱𝘂𝗮 '𝗡𝗔𝗦𝗔'] Ketika NASA tengah sibuk dengan misi penyelamatan salah satu astronot mereka di luar Bumi, di sisi lain NOAA tengah sibuk menangani sesuatu yang berada di planet mereka sendiri. MARIAN...