3.0 Jadian?

32 2 0
                                    

Now playing 🎶 The Junas Monkey - Jadian (Official Video)🎶

"Emang kalau suka, harus butuh waktu yang lama?"

***

Satu semester berlalu...

"Kin, nih ada surat untuk lo."

Salah satu teman sekelasku mengulurkan sepucuk surat yang dibalut amplop biru. Kesan pertama yang aku dapat adalah, imut banget ini amplop.

"Dari siapa?"

"Lo baca aja."

Di jam istirahat begini, niat sekali orang itu memberiku surat. Dan biru? Yeah kalau warnanya hijau, aku pasti akan beri nilai plus.

"Fit, ini aku udah kek artis ya? Dapet surat, tanpa nama."

"Sebenernya sih Ntan, dari awal masuk sekolah juga cowok-cowok pada ngomongin kamu."

"Ah masa?"

"Iya."

"Pantes kuping suka panas."

"Hahaha. Dasar!"

Aku dan Fitra lanjut menuju koperasi, beli cokelat kesukaanku. Meski antrian di koperasi lebih parah dan sesak daripada kantin, tapi kami tetap memilih ke koperasi hari ini.

"Oy!" Seseorang menepuk pundakku.

"Eh si kampret. Lo nepuk pake dendam ya? Sakit nih."

"Haha, abis lo dipanggilin diem aja."

"Kapan lo manggilnya?"

"Tadi, pas lo di kasih surat."

"Lo liat?"

"Liatlah. Nih si mba Fitra juga liat gua. Tapi dia pura-pura gak liat." Jawabnya santai dengan melirik ke arah Fitra.

Rifa. Salah satu teman sekelasku, sesama anggota OSIS. Yeah, dia memang typikal laki-laki yang ramah. Makanya, teman sebangku aku ini--Fitra, diam-diam jatuh cinta. Sebetulnya, aku tidak sengaja membaca buku diarynya saat kerja kelompok di rumah Fitra. Jadi, aku tau kenapa Fitra memalingkan wajahnya saat melihat Rifa.

Perempuan itu begitu. Lucu ya? Padahal suka, tapi pura-pura seperti tidak ada yang menggebu di rongga dada.

"Ooo." Aku menjawab seraya membulatkan mulutku tanpa suara.

"Lo beli apa?"

"Cokelat. Tapi antrian panjang bener."

"Kalau lo, mba Fit?"

"Eh? I-ini, gak tau mau beli apa, hehe." Fitra jelas gugup jika bertegur sapa dengan Rifa.

"Gua yang traktir deh! Gua abis dapet jajan tambahan nih." Rifa mengimingkan selembar uang biru di depan wajahnya.

"Wah ajib!"

"Mumpung lagi baek gua. Haha."

Aku melihat sekilas wajah Fitra, pipinya merona. Dasar perempuan, mudah sekali terbawa perasaan.

"Nih Rif, udah. Bayar!" Aku nyengir kuda sambil menunjukkan apa yang aku dan Fitra beli.

"Ok."

***

DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang