Bab 13

127K 10K 953
                                    

Menunggu pangeran Es?

wkwkwk padahal mau update sampai target sampe, tapi kasihan juga sama yang pada nunggu. yaudah emak update deh..

kasih vote dan komentar yang buanyak supaya fast update tanpa target. karena komentar kalian yang buat emak mood, apa lagi yang kasih komen di tiap paragrafnya wkwkwk

Koreksi kalau ada typo ya..

Geovan mulai sakit kepala melihat Fika yang tidak berhenti menangis. Dia tidak tahu, apa luka lecet di sikunya itu menembus tulang sampai cewek ini menangis terus menerus.

"Berhenti nangis, Fika. Lo gak malu mereka ngelihat kita terus." Geovan menegur, dia benar-benar sudah jengah sekarang.

Fika menggeleng. "Gue pengen berhenti, tapi gak bisa."

Geovan mengusap wajahnya kasar. "Terus lo mau apa? Gue mau ke sekolah, ada ulangan hari ini. Kalau lo mau tetep nangis di sini bodo amat. Tapi, jangan pernah lo ngadu sama Bunda lagi."

Tangis Fika langsung berhenti, Geovan menaikkan satu alisnya. Takjub dengan perubahan ekspresi Fika itu.

"Lo mau ninggalin gue?" tanya Fika, mengusap air mata di kedua pipinya.

"Menurut lo? Siapa yang mau di turunin di sini? Lo udah gak nangis 'kan? Gue mau ke sekolah sekarang." ujar Geovan, bangkit dari duduknya.

Fika merengut. "Terus gue gimana?"

Geovan yang baru saja memakai helmnya menoleh. "Gak tahu," balasnya cuek.

Fika menggigit bibir bawahnya, hatinya kembali berdenyut sakit melihat respons cuek Geovan barusan. Kok bisa-bisanya cowok itu tidak bertanggung jawab. Salah siapa Fika sampai terluka begini coba?

"Geovan,"

Fika dan Geovan menoleh, Geovan mengerutkan dahinya melihat siapa yang baru saja memanggil. Termasuk Fika, yang melotot horor melihat makhluk yang tidak di undang ini.

"Yuki?"

Yuki mengangguk, napasnya naik turun tidak beraturan. "Syukurlah aku ketemu kamu Ge,"

Geovan tidak paham, lalu dia bertanya melihat Yuki yang menggunakan seragam juga. "Lo telat juga?"

Yuki mengangguk. "Hm, mobil aku mogok. Pas lihat kamu, aku buru-buru keluar. Aku boleh ikut numpang sampai sekolah 'kan?" tanya Yuki, penuh harap.

Fika membelalak, menganga dengan raut wajah kesal. Mendengkus sebal, Fika menatap ke arah Geovan yang hendak menjawab pertanyaan Yuki barusan.

"Ge, lo gak jahat buat nelantarin gue di sini 'kan?" tanya Fika, berharap Geovan peka dengan kondisinya sekarang.

Geovan menoleh, melihat Fika dengan raut bingung. Yuki yang juga ikut menoleh terkejut melihat Fika yang duduk di kursi.

"Eh, ada Fika juga ternyata." Sapa Yuki, ramah.

Fika mendengkus. "Bukan, batang kelapa."

Geovan menggelengkan kepalanya. Lalu menoleh ke arah Yuki. "Kita udah telat berapa menit?"

Yuki melihat jam tangannya lalu menjawab. "5 menit lagi gerbang sekolah di tutup,"

"Masih ada waktu," ucap Geovan.

Yuki mengangguk. "Aku boleh ikut numpang 'kan?"

Geovan mengangguk. Fika yang melihat itu buru-buru mencegah. "Gak bisa, Geovan bareng sama gue."

"Eh? Anu─tapi aku sama Geovan ada ulangan di jam pertama," ucapnya, sedih.

Fika memutarkan kedua bola matanya jengah. "Menurut lo? Gue gak ada pelajaran juga di jam pertama?" tukasnya.

Halo, Mantan! (Tersedia Di Gramedia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang