Masih Menunggu?
Yah Votenya belum sampai, dikit lagi. Tapi karena komentar tembus. Jadi emak update deh buat ngebuburit :v
VOTE 2.5K KOMENTAR 1,1K!! Semangat!
Enjoy, koreksi typo:*
Fika tidur di ranjang UKS. Petugas kesehatan dan beberapa anak PMR yang ada di dalam sana membantu Fika dan bertanya keluhan Fika. Mereka membawakan bubur, air hangat dan obat maag.
Fika tidak memakan buburnya karena rasanya perutnya benar-benar mual. Fika hanya meminum obat maag setelah itu tiduran sebentar untuk meredakan rasa perih di lambungnya. Sampai suara seseorang memanggilnya, Fika membuka mata.
"Fik, ini rotinya."
Fika bangkit, Elvan datang dengan beberapa roti di tangannya. Bahkan cowok itu membelikannya obat maag, padahal di UKS sudah di sediakan.
Aku tersenyum kecil. "Makasih, El. Maaf ngerepotin lo,"
Elvan mengangguk. "Nggak apa-apa. Sekarang lo makan rotinya dan istirahat. Gue mau ke kelas, bel masuk udah bunyi, gue harus buru-buru ke lapangan buat olah raga."
Aku mengangguk, membiarkan Elvan pergi meninggalkanku. Aku diam, seandainya Elvan adalah Geovan. Dan kenapa Tasya bisa sebenci itu kepada Elvan? Padahal Elvan tidak seburuk itu.
Fika kembali meringis ketika rasa sakit menyadarkannya. Fika mendesah, sepertinya akan lama redanya. Fika sudah sering kali terkena maag karena makan beberapa kali membarangan.
"Resta," Fika memanggil petugas PMR yang sedang berjaga.
Resta menoleh. "Hm, ada apa Fik?"
"Itu─ lo bisa ambilin tas gue di kelas nggak? Kayaknya gue mau ijin pulang, mau ke dokter aja."
Tentu saja Fika bohong, dia tidak akan pergi ke dokter. Stok obat di rumahnya saja masih banyak. Fika hanya ingin istirahat dengan tenang. Walau di UKS sepi, jika sudah jam istirahat, tempat ini akan ramai di isi senior-senior.
"Ah, oke. Lo tunggu ya,"
Fika menggangguk. Kembali merebahkan diri di atas tempat tidur. Melihat roti yang di simpan di meja, Fika membuang napas. Kejadian tadi mendadak membuat Fika mau tidak mau memikirkannya.
Fika tidak tahu apa yang sebenarnya ada di pikiran Geovan. Padahal dia sendiri yang mengatakan bahwa dia menerima pernyataan Fika supaya Fika tidak malu. Tapi kenapa sikapnya tadi di kantin mempermalukannya? Bahkan ini jauh lebih memalukan daripada di tolak.
Kenapa tidak tolak saja? Dan kenapa juga Fika harus merasakan perasaan seperti ini. Kenapa Fika mendadak berharap lebih saat tahu Geovan adalah Ipta yang dulu akan selalu menuruti apa pun yang dia katakan.
Fika tanpa sadar mulai memiliki perasaan kepada Geovan. Ah, tidak. Sedari dulu, Fika memang sudah menyukai Geovan. Cinta monyet yang penuh penyesalan itu membuat Fika sadar, bahwa Ipta sangat menyayanginya.
Tapi sekarang, kenapa Fika masih mengharapkan masa lalu? Kenapa Fika masih berharap bahwa Geovan itu adalah Ipta. Padahal Fika tahu mereka berbeda sekarang. baik dari segi fisik, sifat dan sikap. Mereka adalah dua orang berbeda walau ada dalam raga yang sama.
Semua sudah berubah. Geovan adalah Geovan, bukan Ipta atau cowok cengeng yang akan terus menempel kepada Fika. Geovan dingin dan menyebalkan. Sementara Ipta hangat dan menyenangkan.
Kenapa Fika masih saja mengharapkan bahwa Geovan akan tetap menjadi Ipta. Apa karena penyesalannya dulu? Atau memang Fika benar-benar menyukai Ipta sekarang. jika itu benar, Fika sudah terlanjur jatuh. Fika sudah benar-benar menyukai Geovan tanpa sadar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Halo, Mantan! (Tersedia Di Gramedia)
Teen FictionFika sangat suka sekali dengan sebuah tantangan. punya wajah cantik yang akan dengan mudah menarik perhatian lawan mainnya. Fika, dengan senang hati mendapatkan perintah asalkan mendapatkan keuntungan. Kali ini, Fika ditantang untuk mendapatkan nomo...