Bab 18

127K 10.3K 588
                                    

Menunggu si manusia es? wkwkwk...

Kasih Vote dan komentar yang buanyak ya jangan lupa.. 

tag temen kalian buat meramaikan dan ikut membaca..

enjoy, koreksi kalau ada typo...


Memenuhi permintaan Geovan yang memintanya mencari tempat makan, mendadak membuat Fika mengeluh karena kesal. Siapa yang tidak kesal ketika Geovan terus saja menolak tempat yang Fika rekomendasikan. Makanan yang menurut Fika enak dan yakin jika Geovan pasti menyukainya.

Tapi yang dia lakukan terus saja di tolak, bahkan sebelum cowok yang sedang memboncenginya mencicipi sedikit saja makanan yang Fika tunjuk di setiap jalan.

"Ge, sebenernya lo mau ke mana sih? Lo minta gue rekomendasiin tempat makan, tapi pas gue kasih tahu tempat bagus lo terus aja nolak." Fika mulai protes, kesabarannya sudah habis sekarang.

Bukan karena kesal dengan penolakan yang di lakukan Geovan. Tapi juga kesal karena sekarang Fika hanya menggunakan atasan tangan pendek. Jika saja dia tahu Geovan akan membawanya sejauh ini, Fika pasti lebih memilih menggunakan jaket atau pakaian yang terbuat dari wol.

"Tempat yang lo rekomendasi emang gak buat gue tertarik," balas Geovan, cuek.

Mereka memang sedang dalam perjalanan, tapi dengan kecepatan sedang. Jadi apa pun yang mereka obrolkan akan terdengar jelas.

Fika menggeram kesal. "Terus, lo mau di mana? Kita udah jauh banget Ge. Gak tahu apa gue pake baju tipis gini?" Fika kembali protes, nada suaranya mulai gemetaran.

Geovan mendengkus. "Cuma gini aja kedinginan? Padahal gue bawa motor gak ngebut juga,"

Fika berdecak mendengar balasan Geovan barusan. "Karena gue manusia, wajar gue ngerasain dingin. Apa lagi ini malem hari,"

"Emang siapa yang bilang siang?"

Fika menggertakan giginya. Ingin sekali berteriak agar Geovan menghentikan motornya. Tapi Fika tidak mau kejadian dulu terulang lagi, kejadian di mana Fika jatuh dari motor karena Geovan berhenti mendadak. Belum lagi ini malam hari, kalau Fika turun di sini. Fika takut, dia seorang cewek.

Akhirnya Fika memilih untuk mengalah. Pasrah akan di bawa ke mana oleh Geovan. Padahal Fika berharap Geovan peka, sedikit saja. Dia cewek loh, tahan tubuhnya berbeda dengan cowok. Walaupun Fika sering kali bermain hujanan sampai ujung tangan berkeriput, tapi itu di lakukan saat dia masih bocah.

Duk!

"Aduh," Fika meringis ketika helm yang di gunakannya membentur helm milik Geovan. Karena hatinya sedang dalam mood yang buruk, Fika menggeram, siap meluapkan emosinya.

"Turun,"

"Hah?" Fika yang baru saja hendak mengeluarkan sumpah sarapahnya, menelan kembali kata-kata itu mendengar perintah Geovan barusan.

Turun? Apa Geovan marah karena gue protes terus dari tadi dan nurunin gue di sini? Fika membatin cemas.

"Turun udah sampe, ngapain lo masih duduk di situ,"

Fika tersadar, menatap ke sekeliling yang terlihat ramai. "Eh? Ah ya," ucap Fika, ling-lung. Turun dari atas motor sembari memandang sekelilingnya yang sangat ramai.

Fika tidak bodoh untuk tahu ini di mana. Mereka sedang ada di alun-alun di mana Fika sering melakukan kuliner makanan atau bermain bersama tiga temannya. Tapi kok, kenapa Geovan membawanya ke sini? Hanya untuk mencari makanan?

"Ge, kok kita ke sini?" tanya Fika, masih bingung.

Satu alis Geovan terangkat. "Kenapa? Gue kan udah bilang mau cari makan,"

Halo, Mantan! (Tersedia Di Gramedia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang