Flashback - JK POV
London, awal musim panas.
Sebentar lagi usiaku akan bertambah, tepat 20 tahun. Aku selalu menantikan hari dimana semua orang memberi selamat dan kado untukku. Itu sangat menyenangkan. Terlebih dari orang tuaku dan Park Jimin sang kekasih hati. Dan di usia legalku, aku bisa melakukan banyak hal yang orang dewasa lakukan.
Sekarang, aku sedang sibuk membeli pernak pernik untuk pesta nanti. Bukan tak suka menggunakan party planner, tapi aku lebih puas menghias sendiri bersama kedua sahabatku Joy dan Wendy. Terlihat seru.
"Jung, semua barang sudah dibeli. Bagaimana kalau kita makan, aku lapar sekali" Rengek Joy sambil menyeret barang belanjaan.
"Baiklah. Ayo kita makan. Kalian ingin makan apa?" Tanyaku pada Joy dan Wendy.
"Koreans Food?" Tawar Wendy.
"Pilihan yang bagus. Akhir-akhir ini aku merindukan kampung halamanku. Jadi ingin cepat pulang" Celetuk Joy.
Ucapan Joy mengingatkanku tentang kampung halaman ayah. Sudah lama aku tak berkunjung ke rumah kakek dan nenek.
"Jung, teman kelas kau undang semua?" Sahut Wendy saat aku asyik mengunyah bibimbab.
"Ya, sudah ku sebar undangan pestanya"
"Kau yakin? Tak menyesal jika Irene diundang?" Tambah Joy.
"Memangnya kenapa? Irene kan hanya mantan kekasih Jimin. Apa yang perlu dikhawatirkan?"
Mereka saling bertatap muka setelah mendengar jawabanku. Ada yang aneh, apa ada hal yang mereka tutupi? Ah.. Tidak.. Tidak! Aku tidak boleh berfikir negatif tentang mereka. Aku mencoba menepis rumor yang selama ini beredar dikalangan kampus.
Kami sudah merasa kenyang, saatnya untuk pulang ke rumah masing-masing. Tulangku serasa remuk seharian berkeliling di pusat perbelanjaan.
"Ibu, aku pulang" Ku buka pintu rumah. Pemandangan macam apa ini. Semua barang berantakan tak beraturan.
Langkah kakiku segera mencari sosok wanita berusia 50 tahunan.
"Ibu! Kau kenapa? Ibu tenanglah, jangan menangis seperti ini. Katakan padaku. Hm" Kupeluk ibuku yang terduduk lemas disamping ranjangnya.
"Ibu tidak apa-apa. Kau tak usah khawatir" Ibu mencoba tersenyum, aku tahu itu terpaksa.
Bagaimana aku tidak khawatir setengah mati, kudapati isi rumah seperti terkena angin topan dan melihat ibuku menangis sampai tubuhnya gemetar. Ada apa sebenarnya?
Saat ini ku urungkan niat untuk bertanya macam-macam pada ibu. Menunggu kondisinya normal kembali.
Selagi ibuku tidur, aku membantu membersihkan seisi rumah bersama para maid.
"Bibi Marry, apa kau tahu sesuatu?" Tanyaku hati-hati.
"A-ah. I-itu, sa-saya..." Maid senior di depanku kini sepertinya takut untuk menginfokan tragedi yang aku lewatkan.
"Tenang saja Bi, aku tak akan berbuat apapun. Katakanlah, aku percaya padamu"
"Ta-tadi, saat tuan besar pulang ke rumah, tiba-tiba saja masuk ke kamar dan bertengkar hebat dengan nyonyah. Saya tidak tahu pasti apa yang mereka ributkan. Tuan marah besar dan menghancurkan seisi rumah. Lalu dia terburu-buru keluar rumah sembari membawa beberapa dokumen. Kami tidak mendekat, kami sangat takut melihat tuan seperti itu. Maafkan kami, nona Jungkook"
"Apa?! Bukankah ayah masih di Amerika??"
"Sebenarnya, tuan tidak pergi ke Amerika. Sudah beberapa bulan ini orang tua nona berengkar hebat. Dan mereka bertengkar saat nona tak ada di rumah"
"Apa?! Kenapa tak ada yang memberitahu ku?!"
"Maaf nona, kami tidak berani karena diancam tuan jika memberitahu pada nona"
Aku memang percaya pada bibi Marry karena dia sudah bekerja di keluargaku saat aku masih bayi. Tapi, yang dia katakan membuatku seperti orang bodoh. Hanya aku yang tak tahu apa-apa dan kejadian seperti ini sudah berlangsung lama. Yang benar saja!
Kuhubungi nomor ayah di ponselku. Tidak aktif? Sejak kapan? Dilihat dari history panggilan, 1 bulan yang lalu aku menghubunginya. Ya Tuhan...
...
Hari ini kuputuskan untuk mencari keberadaan ayah. Dia sama sekali tidak bisa dihubungi. Satu-satunya tempat yang kutahu dimana Jeon Sehun ayahku berada, yaitu Elizabeth Corp, kantor milik ibuku yang diambil alih kepemimpinannya oleh ayah semenjak mereka menikah.
"Permisi, aku ingin bertemu ayahku. Apa dia ada di kantor?" Tanyaku pada wanita dibalik meja resepsionis.
"Maaf nona, ayah anda? Siapa namanya?"
Dia tak tahu kalau aku anak sang empunya perusahaan? Apa dia pegawai baru?
"Jeon Sehun. Ceo perusahaan ini"
"Maaf nona, sepertinya anda salah kantor. Pimpinan disini Tuan Kim Taehyung. Tidak ada yang bernama Jeon Sehun"
"Hah! Kau bercanda? Cepat panggilkan atau..... Ah tidak perlu. Aku langsung ke ruangannya saja"
Belum sempat langkahku menuju lift, dua orang security menjegal tepat di depanku. Mengusirku paksa. Sebisa mungkin berontak, tak peduli semua orang melihat kearahku.
"Berhenti. Lepaskan gadis itu. Tenang saja, aku mengenalnya" Suara seorang pria yang mampu menghentikan tingkah menyebalkan si security.
"Oh! Paman Robert. Akhirnya aku bertemu denganmu" Merasa lega bertemu sekretaris pribadi ayah.
"Maaf, apa yang nona lakukan disini?"
"Aku ingin bertemu dengan ayah. Dimana dia?"
"Maaf nona, Jeon Sehun-ssi sudah tak menjabat apapun disini. Apa nona tidak tahu? Kalau perusahaan ini sudah dijual olehnya?"
"Apa?! Hah. Kenapa semua orang senang mengerjaiku? Apa ini kejutan dari ayah untuk ulang tahunku?"
"Yang saya katakan benar. Perusahaan ini sudah dijual, karena bangkrut dan tak sanggup untuk melanjutkan perusahaan ini"
"Sejak kapan?"
Rupanya sudah lama perusahaan orangtua ku mengalami pailit dan tak mampu bangkit kembali. Yang lebih parah, kebangkrutan diakibatkan ayah yang gemar bermain judi. Uang perusahaan dipakai untuk kesenangan pribadinya. Masalah sebesar ini tak kudengar dari mulut orangtuaku, melainkan dari orang lain.
Tidak! Ini semua tidak masuk akal. Kenapa tiba-tiba orangtuaku sering bertengkar, kenapa tiba-tiba perusahaan bangkrut dan sekarang dijual. Apa ini hanya jebakan saja? Lelucon macam apa ini. Hanya aku yang tak tahu sama sekali. Arrgghhh!!
TBC.Kritik dan sarannya kak.
Ide oh ide... Dimana kah kau berada?
Otakku mulai panas. 😂😂Maaf, kalau ceritanya kurang menarik atau bahkan sama sekali tidak menarik. 😭🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Love Me (TAEKOOK GS)
RomanceIni caraku untuk balas dendam dengan membuatmu jatuh hati padaku - JJK