Sore pun menjelang. Tepat disebuah Mall yang begitu megah, terlihat Ayah Kenan tengah berjalan tegas disana. Ia diikuti oleh beberapa orang dibelakangnya, yang sepertinya Sekretaris serta beberapa orang kepercayaannya. Yap... Inilah Dandelion Mall, Mall milik keluarga Kenan.
Mall ini terdiri dari 4 lantai, yang dimana terdapat lantai bawah tanah pula disana. Ball roomnya juga terlihat indah, dengan lukisan dandelion yang menempel indah dilantainya. Mall ini sudah menjadi warisan turun-temurun dikeluarga Kenan, yang dulunya dibangun oleh Kakeknya Kenan, Ayahnya Ayah Kenan.
Jika ditanya, kenapa bernama Dandelion Mall? Jawabannya enteng, ya... Karena Kakek Kenan sangat menyukai bunga dandelion.
"Kenapa kamu cuma berdiri disana, masuklah" Ujar Ayah Kenan saat melihat kehadiran Kenan diambang pintu ruang kerjanya. Kenan pun berlalu melangkahkan kakinya, menghampiri Ayahnya yang tengah duduk disofa tamunya. "Duduklah" Perintah Ayahnya kembali, Kenan pun menurutinya.
"Apa kamu sudah selesai kuliahnya?" Tanya Ayah Kenan, Kenan pun hanya menganggukkan kepalanya. "Baguslah. Mmm... Ada apa kamu kemari nak?" Lanjut Ayah Kenan berkata.
"Apa Papa tahu, kalau Kak Danial sudah menjadi pimpinan di Oriel Art School?" Tanya Kenan kepada Ayahnya.
"Iya, Ayah Danial yang memberitahukannya kepada Papa. Ada apa?"
"Apa aku boleh bekerja disana?" Pinta Kenan, sontak membuat Ayahnya tertegun mendengarnya. Tentu saja Ayah Kenan terlihat kaget mendengar perkataan anaknya itu. Jika Kenan sering-sering kesana, Ayah Kenan takut, akan membuat memori luka anaknya itu akan kembali terbuka.
"Kenapa kamu mau bekerja? Sudah fokus dulu saja dengan kuliah mu, nak" Ujar Ayah Kenan menyarankan.
"Aku ingin merasakan hidup dengan hasil kerja keras ku sendiri, Pa"
"Kenapa? Apa uang yang Papa dan Mama kasih ke kamu kurang? Katakan, katakan saja apa yang kamu butuhkan? Papa dan Mama akan mewujudkannya" Tutur Ayah Kenan dengan sorot mata sendunya.
"Ngga Pa. Aku udah dewasa, udah ngga seharusnya lagi merepotkan Papa dan Mama" Tolak Kenan sopan. Ayahnya pun tampak berlalu menghela nafasnya. Keputusan apa yang harus diberikan kepada Kenan? Benar-benar membuat Ayahnya dilema sekarang.
"Mmm... Papa minta waktu, gimana? Papa harus diskusikan dulu hal ini bersama Mama mu" Pinta Ayah Kenan. Kembali bersama diamnya, Kenan pun berlalu menganggukkan kepalanya.
Kenan bukan bermaksud untuk tidak berterima kasih atas apa yang sudah Ayah dan Ibunya berikan kepadanya. Ia hanya sekadar ingin memiliki kehidupannya sendiri, yang tidak harus selalu merepotkan Ayah dan Ibunya terus-terusan. Kenan hanya ingin membentuk dunia barunya sendiri, itu saja.
**********
Menit demi menit pun berlalu sudah, tanpa terasa waktu pun telah menunjukkan pukul 6 petang. Tepat di Gardenia Restaurant, terlihat Danial baru saja menginjakkan langkah kakinya disana.
"Duduklah Danial. Tante sudah siapkan makanan favorit kamu, Ayam manis dengan sedikit taburan bawang diatasnya. Dan dessert favorit kamu juga, Pudding biscuit Jar. Apa masih ada yang kurang?" Ujar Ibu Kenan kepada Danial yang sudah mengambil duduknya disalah satu bangku Gardenia Restaurant.
"Haha... Tante, masih inget aja makanan favorit Danial" Seru Danial tertawa geli.
"Tentu saja. Gini-gini Tante selalu memperhatikan kamu loh" Canda Ibu Kenan, bukan hanya Danial saja yang dibuatnya tersenyum, tapi pula Yumna yang tengah sibuk dimeja kasirnya. "Gimana bisnis Oriel Art School keluarga kamu? Selamat ya, akhirnya jadi pimpinan juga" Sambung Ibu Kenan, Yumna pun lantas kaget mendengarnya.
"Jadi keluarga Kak Danial lah yang mengambil alih tanah bekas reruntuhan Moez Hotel itu?" Renung Yumna dalam hatinya.
"Makasih Tante. Doakan saja, peminat Oriel Art School meningkat"
"Aamiin" Seru Ibu Kenan. "Mmm... Ada yang mau Tante tanyakan kepada mu nak Danial"
"Oh... Iya Tan, silahkan saja"
"Apa benar Kenan mau bekerja disekolah kamu?" Tanya Ibu Kenan, sukses membuat raut wajah Danial membeku seketika. Jelas saja, Danial tahu mengenai peristiwa yang terjadi terhadap Kenan 6 tahun yang lalu. "Jawab saja nak, Tante hanya bertanya" Tutur Ibu Kenan lagi dengan senyum manis mengukir diwajahnya.
"Iya Tan" Ungkap Danial akhirnya menjawab. Ibu Kenan pun berlalu menghela nafasnya.
"Ehng... Kenan ngga bakalan susahin Danial kok Tan. Danial cuma khawatir aja, kalau Danial tolak Kenan untuk bekerja disana, mungkin dia akan kewalahan mencari pekerjaan diluar sana" Terang Danial menambahkan, membuat Ibu Kenan termenung mendengarnya.
Ya... Perkataan Danial ada benarnya juga. Jika Danial menolak Kenan, mungkin Kenan akan mencari pekerjaan lainnya diluar sana. Kalau ditawarkan untuk bekerja di mall ataupun restoran, tentu saja Kenan akan menolaknya mentah-mentah. Ia bilang, sama saja ia masih merepotkan kedua orang tuanya.
"Iya... Tante berterima kasih kepada mu karena sudah mau berteman dengan Kenan dan mengerti dia. Bisa tolong jaga dia untuk Tante dan Om? Ya... Kamu tahu sendirikan, mengenai kekhawatiran apa yang ada dibenak hati Tante dan Om?" Pinta Ibu Kenan, terhenyulah Danial mendengarnya.
"Iya Tan. Tante tenang aja, Danial udah anggap Kenan seperti Adik Danial sendiri kok Tan" Tutur Danial menyakinkan, seraya mengukir senyum indahnya.
"Terima kasih ya Dan. Ya sudah, kamu lanjut makan saja, Tante mau masuk ke dapur lagi ya. Tenang, yang ini ngga perlu bayar. Anggap saja ini traktiran Tante untuk atasannya Kenan" Akhir Ibu Kenan, lantas beranjak dari duduknya. Danial pun hanya tetap bertahan bersama senyum menawannya.
"Kenan aneh-aneh aja sih. Kenapa juga dia mau kerja? Kan sebentar lagi dia juga bakalan mewarisi kekayaan keluarganya" Pikir Danial, tanpa ia sadari beberapa orang yang duduk disekitarnya tampak meliriknya aneh. Ya... Wajar saja, itu karena Danial berbicara sendirian, tanpa ada seseorang pun yang menemaninya. Pantas sekali kalau dijuluki sebagai orang gila.
Tapi baru hendak Danial menyendok pudingnya, seketika saja langkah tangannya terhenti, saat melihat Yumna yang berlalu mengambil duduknya dihadapan Danial.
"Maaf. Perkenalkan, nama saya Yumna Qiana. Kakak Danial bisa memanggil saya Yumna. Saya pekerja baru disini dan juga seorang junior di kampusnya Kak Kenan" Ujar Yumna memperkenalkan dirinya kepada Danial. Danial yang sejak tadi terpaku, tampak sejenak mengatur nafasnya. Dan kemudian berlalu menyunggingkan senyumnya kepada Yumna.
"Iya. Kenan sudah cerita kepada ku, tentang mu. Mmm... Ada apa?" Tanya Danial.
"Ada yang ingin saya tanyakan kepada Kakak. Mmm... Tentang, Kak Kenan yang ingin bekerja di Oriel Art School"
"Ya... Begitulah. Kenan meminta ku untuk merekrutnya sebagai coach dancer. Dia bilang, dia ingin hidup dengan jerih payahnya sendiri" Ujar Danial.
"Benarkah?"
"Iya. Hems... Aku hanya khawatir mengenai masa silamnya Kenan. Kamu harus tahu, kalau bangunan Oriel Art School dulunya adalah tempat Moez Hotel berdiri. Kamu pasti pernah menonton atau membaca beritanya, kalau 6 tahun yang lalu Moez Hotel runtuh dan banyak memakan korban jiwa. Dan Kenan adalah salah satu korban yang selamat saat itu. Satu minggu berada dirumah sakit, kami merasa lega karena Kenan akhirnya bisa kembali pulang dan beraktivitas lagi. Dan lebih beruntungnya lagi, kami pula merasa lega, karena memori Kenan tentang kejadian suram itu tiba-tiba saja terhapus. Entah apa penyebabnya? Tapi Dokter mengatakan, mungkin karena rasa trauma dan tertekannya. Aku benar-benar takut, luka lama Kenan akan terbuka lagi, jika ia bekerja disekolah milik keluarga ku itu" Sambung Danial bercerita, membuat Yumna akhirnya mengetahui, apa yang sebenarnya terjadi kepada Kenan? Ya... Benar tebakan Yumna, bahwa Kenan telah kehilangan ingatannya.
"Seharusnya aku tidak hadir untuk membuatnya terluka kembali" Gumam Yumna dalam hatinya, menyesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUMMER RAIN
General FictionKenan Lucas, pria yang selalu di bilang sempurna. Semua orang mengaguminya dan beranggapan bahwa dunia benar-benar tidak adil jika membicarakan tentang kehidupannya. Yumna Qiana, wanita cantik dengan kehidupan sederhananya. Semua perempuan iri terha...