15. Paket Sarapan

989 192 37
                                    

JANGAN LUPA KOMEN YA, 30+ KOMEN BARU UP LAGI :)))

TING! TUNG!

Bunyi bel menginterupsi Yuqi yang setengah bengong dalam perjalanannya kembali menuju kamar seusai mandi. Pakaiannya sudah rapi karena ia terbiasa membawa serta seragam sekolahnya ke kamar mandi dan sekalian mengenakan baju di dalam sana.

Gadis itu mengedarkan pandang, Lucas tidak berada di sekitaran ruang depan, namun bel tetap berdenting nyaring. Haruskah ia menghampiri kamar Lucas dan membangunkan lelaki tersebut? Tapi kalau ternyata Lucas benci dibangunkan dan malah marah, bagaimana?

Tapi tamu yang terus membunyikan bel itu harus dibukakan pintu. Siapa tau orang itu ada keperluan penting. Yuqi jadi bingung apa yang harus ia lakukan.

Ia mengumpulkan keberanian dan membuang semua rasa ragu. Semoga saja tamu kali ini bisa ia atasi.

Dan ternyata benar, yang sedari tadi memencet bel barusan adalah pria berjaket hijau dengan helm masih terpasang di kepala.

"Gofood atas nama kak Lucas?" ujar lelaki itu.

"Oh iya, benar." balas Yuqi sembari menerima bungkusan plastik dari tangan sang driver.

"Bayarnya berapa pak?" tanya Yuqi.

"Tujuh puluh lima ribu mbak, tapi pakai non tunai kok."

"Oh, gitu ya.. oke pak, makasih ya."

Dan sejurus setelah mengucapkan terima kasih, kurir tersebut pun berlalu pergi untuk melanjutkan pekerjaannya.

Belum juga dibuka, namun aroma makanan yang Lucas pesan sudah semerbak.

Segera Yuqi berjalan menuju kamar Lucas, memeriksa apa lelaki itu sudah bangun agar bisa memberikan makanan tersebut. Tapi belum juga sampai ke depan pintu, Yuqi telah melihat Lucas keluar dari kamar dengan wajah yang masih kusut khas orang bangun tidur.

"Luke, kamu pesen makanan?" tanya Yuqi.

"Oh, lo yg nerima ya? Tadi gue ga sadar ketiduran pas lagi nunggu orangnya pesen makanan." tandas pemuda jangkung tersebut sembari matanya mengerjap, terlihat sekali jika masih mengantuk.

"Aku taruh meja makan ya?"

"Iya, ambil bungkus satunya itu buat lo. Kalo mau makan duluan ga papa, gue mandi dulu."

Yuqi langsung terkejut mendengar perkataan Lucas barusan. "Kamu beliin aku juga? Beneran?"

"Iya, ya udah sana buruan ke meja makan." Lucas tidak menggubris air muka terharu yang Yuqi torehkan. Seperti bukan masalah besar ketika ia sekalian membelikan Yuqi makanan.

Pemuda itu telah selesai mandi, dan seperti biasa ia hanya memasang handuk di atas pinggang. Melihat reaksi Yuqi yang tidak berlebihan beberapa waktu lalu membuat Lucas tidak sungkan berjalan hanya dengan handuk saja di hadapan gadis itu. Lagipula ini, kan, rumahnya. Jadi dia bisa melakukan apa saja yang diinginkannya.

"Loh, kok masih utuh?" tanya Lucas yang membangunkan Yuqi dari lamunan.

"Kan ga sopan aku makan dulu, yang punya makanan belum makanan." jawab gadis itu apa adanya.

"Halah... Ya udah deh, tunggu gue ganti baju dulu kalo gitu."

Dan tak lama setelahnya, Lucas pun kembali ke meja makan dengan seragam yang sudah melekat di tubuhnya.

"Luke, ini beneran enggak papa aku makan? Kok kamu baik banget sih?" Yuqi masih tidak percaya atas kebaikan Lucas, sejujurnya ia hampir tidak percaya ada orang yang bersedia berbuat baik padanya. Hei, bahkan kakek nenek Yuqi sendiri pun menelantarkannya.

"Udahlah, tinggal makan aja ribet amat sih lo." Sahut Lucas cuek dan langsung meraih kantong burger miliknya.

"Oke, oke, makasih ya sekali lagi." ucapan sarkatis Lucas membuat Yuqi tidak berani bicara lebih banyak lagi.

Lucas selesai makan duluan, dan setelah itu ia langsung meneguk teh hangat yang ia pesan bersama dengan burger itu sampai habis.

"Cepetan diabisin, kita harus cepet-cepet berangkat soalnya ada upacara." titah Lucas pada Yuqi yang masih sibuk mengunyah.

Yuqi refleks tersedak mendengar hal itu. Ia ingin bertanya apa Lucas bermaksud memberinya tumpangan lagi? Tapi ia takut dimarahi lagi oleh Lucas.

Dan akhirnya Yuqi berada pada hasil hipotesisnya sendiri. Lucas memang berbaik hati memberinya tumpangan ke sekolah.

"Muka lo kenapa sih dari tadi kayak orang ketakutan gitu?" tegur Lucas yang sesekali memperhatikan raut cemas Yuqi dari kaca depan mobil.

"Eh.. enggak papa kok. Oh iya, ngomong-ngomong gimana penyakit kamu, udah sembuh?"

"Lah, gimana sih, harusnya gue yang nanya, udah nemu belom cara nyembuhin penyakit gue ini?"

"Hmm... Tunggu ya, aku udah satu langkah lebih dekat sama jawaban yang aku cari. Apalagi kemarin aku ketemu sama pacarnya kakek kamu yang mirip banget sama mamaku." ucap Yuqi berusaha menyiapkan jawaban yang setidaknya tidak membuat Lucas kecewa.

"Emang semirip apa sih Mbak Victoria sama mama lo?"

"Mirip banget, Luke! Bahkan waktu kemarin aku pegang tangannya, rasanya mau nangis, soalnya rasanya sama kayak setiap kali aku cium tangan mamaku pas mau berangkat sekolah dulu." ujar Yuqi amat antusias.

Lucas tersenyum miring, mendengarkan Yuqi yang bicara dengan nada yang menggebu-gebu.

"Ya udah deh, pokoknya buruan temuin caranya, ya." Balas Lucas singkat kemudian kembali fokus menyetir. Di sisi lain Yuqi pun kebingungan harus menimpali Lucas bagaimana. Dan berakhir dengan keduanya yang saling bungkam di sisa perjalanan mereka menuju sekolah.

The Curse • LucasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang