20. Selamat Mandi

743 97 38
                                    

Pagi hari, Lucas mendapati hidungnya mencium aroma yang tak biasa dari ruang makan. Berhubung letak kamar mandi yang menjadi tujuan awalnya memang melewati dapur, ia pun bergegas menghampiri seseorang yang tengah berkutat di sana. Tidak lain orang itu adalah Yuqi.

"Hey, Lucas, selamat pagi," Yuqi mengalihkan pandangannya sesaat, namun tak lama setelahnya ia kembali fokus pada wajan dan spatula yang sedang ia genggam.

"Lo masak?" Lucas menilik seluruh penjuru dapurnya yang jadi sedikit berantakan karena ulah Yuqi.

"Iya, ternyata penjual sayur depan komplek udah buka dari pagi-pagi banget. Aku pengin deh sesekali masakin kamu, soalnya aku liat kamu selalu makan junk food, itu kan enggak sehat." tandas Yuqi kemudian mematikan api dari kompor, karena masakan sederhana yang ia buat telah selesai dan tinggal memindahkannya ke piring.

Seulas senyum terkulum dari sebelah bibir Lucas. Ia lupa kapan terakhir kali seseorang memasakkan sarapan untuknya. Setelah asisten rumah tangganya tidak bekerja lagi, Lucas memang lebih sering pesan makanan dari luar. Sekalinya masak pun paling hanya menggoreng frozen food atau telur ceplok.

"Ya udah lo siapin aja dulu di meja makan, gue mau mandi."

"Iya, Luke... Selamat mandi."

"Hah??!" alis Lucas langsung memicing.

"Waktu lagi dikutuk kamu selalu mandi pagi dengan perasaan sedih kan? Sekarang aku kasih selamat soalnya mandi kamu udah normal lagi kayak biasanya." Yuqi menjawab dengan wajah innocent khasnya.

"Kayak tau bentuknya aja lo!" cibir Lucas yang tidak tahu kenapa jadi malu sendiri karena obrolannya dengan Yuqi yang semakin tak terarah. Akhirnya ia memutuskan untuk melenggang pergi agar tidak merasa canggung terlalu lama.

*

"Enak."

Itu adalah kata pertama yang Lucas ucapkan setelah sesuap nasi dan lauk buatan Yuqi selesai ia telan.

"Makasih," merasa sedikit aneh karena masakannya dikomentari, padahal ia tidak pernah minta pendapat, membuat Yuqi hanya bisa membalas pujian Lucas seadanya. Lagipula Yuqi tidak berharap banyak karena masakannya sederhana, beberapa jenis sayuran yang ditumis dengan tahu, dan orak-arik telur. Jenis makanan yang pasti semua orang bisa memasaknya.

"Luke," panggil Yuqi di tengah kegiatan sarapan mereka. Lucas yang sudah hampir menghabiskan seluruh isi di piringnya pun langsung mengarahkan pandangan kepada gadis yang barusan memanggilnya itu.

"Sebenernya, karena beberapa hari ini aku nebeng kamu berangkat sama pulang sekolah, beberapa cewek jadi nanya sebenernya aku sama kamu punya hubungan apa... Aku bingung jawabnya gimana, takut salah ngomong."

Aktivitas mengunyah pun Lucas hentikan. Sejenak ia teguk air dari gelas, kemudian memikirkan jawaban untuk pertanyaan Yuqi. "Ya bilang aja bentar lagi kakek gue sama ibu lo akan menikah, jadi ya enggak lama lagi kita bakal saudaraan."

Jawaban Lucas sukses membuat syaraf mata Yuqi hampir copot karena melotot terlalu lebar. "Beneran dijawab begitu?"

"Atau lo jawab kita barengan terus karena tinggal serumah, ya terserah lo sih, kan yang ditanyain lo, bukan gue."

"Ngawur! Yang ada nanti kita dipanggil ke ruang BK!"

Lucas terkikih melihat Yuqi yang berhasil ia buat panik. Pada akhirnya ia pun menggantung pertanyaan itu tanpa jawaban yang jelas karena baginya keingintahuan orang-orang tentang hubungannya dengan Yuqi itu tidak terlalu penting untuk ditanggapi.

"Oh iya, btw gue udah ngomong ke kakek gue supaya kita ada jadwal lagi buat makan malam dan kakek gue akan ngajak Mbak Victoria," Lucas berceletuk mengenai topik baru yang sontak membuat Yuqi antusias. Gadis itu menatap lurus ke arah Lucas dengan sorot berbinar, seolah Lucas telah sangat berjasa menyelamatkan hidupnya. Lucas menepati janjinya untuk membantu Yuqi memecahkan teka-teki yang terbawa bersama kutukan itu.

Tanpa sadar, pelupuk mata Yuqi mulai membendung buliran kristal bening karena terharu. Namun ia susah payah menahannya supaya tidak turun. Ia nampak kelimpungan menyembunyikan kelopak matanya yang basah, sehingga sedari tadi ia terus menunduk.

Ia tidak sadar bahwa sedari tadi pergerakannya tidak lepas dari pengawasan Lucas. Pemuda itu kemudian menggerakkan tangannya untuk meraih puncak kepala Yuqi, hal yang nampaknya sudah menjadi kesenangan tersendiri untuk Lucas. Tangan itu kemudian turun dan menyapa kelopak mata gadis itu, disusul dengan tangannya yang satu lagi juga ikut menangkup wajah mungil gadis di hadapannya itu.

Lucas berhasil mengunci pandangan Yuqi hingga iris kecoklatan gadis itu menatap lurus ke dalam matanya. Kemudian ibu jarinya pun bergerak untuk mengusap air mata yang telah bersiap membasahi pipi Yuqi.

"Masih terlalu pagi buat nangis, cup, cup..." ujar Lucas setelah ibu jarinya selesai menyeka air mata Yuqi, kemudian mengelap tangannya sendiri ke kain seragam.

Yuqi merasakan jantungnya berdegup dengan ritme yang tak seperti biasanya. Sentuhan telapak tangan Lucas masih begitu terasa di pipinya dan saat itu juga ia merasakan wajahnya memanas.

"Lucas! Kamu kenapa sih akhir-akhir ini aneh banget?" Sambil memegangi pipinya yang memerah, Yuqi melayangkan protes kepada Lucas yang berhasil membuat hatinya tidak karuan.

"Karena lo lucu," Lucas menjawab sambil tersenyum jumawa. "Gue jadi enggak masalah mau seberapa lama pun lo tinggal di sini sama gue."

*

Aku mau tanya dong, sebenernya kalian expect cerita ini bergenre apa & bakal kayak gimana sih untuk alurnya ke depan nanti?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 10, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Curse • LucasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang