06. Tempat Tinggal Baru

1.8K 459 53
                                    

hai, jangan lupa komen ya ^^ I'm so desperate cuz the respons are not so good :(
jadi mikir, sejelek itu apa ya ini cerita?







"Jadi kakak udah dapet tempat tinggal baru?!" tanya Kuanlin saat melihat Yuqi tengah menarik koper dari ruang istirahat karyawan.

"Udah, Lin." Yuqi tersenyum amat cerah. Dia merasa sangat diberkati. Bagaimana tidak, selain mendapat tempat tinggal gratis, ia juga akan serumah dengan pujaan hatinya. Meskipun perasaan Yuqi sudah sedikit luntur setelah mendapat caci-maki menyakitkan dari Lucas kemarin, namun tetap saja ia senang.

"Berapa biaya sewanya sebulan?" Pemuda Lai itu kembali menyodori Yuqi pertanyaan.

"Sebenernya... aku mau numpang di rumah temenku."

"Wah, baik banget ya dia?" ujaran Kuanlin itu dibalas dengan anggukan singkat oleh Yuqi.

Mereka berdua berjalan bersama menuju pintu kafe. Kuanlin berpamitan pulang duluan pada Yuqi setelah gadis itu selesai menggembok pintu. Dua pemuda tukang desak itu memberitahunya untuk pergi ke parkiran karena mereka menunggu di sana.

Yuqi celingukan setelah ia sampai di tempat itu. Matanya tak sama sekali mendapati eksistensi Johnny maupun Lucas. Hingga rungunya pun disapa oleh bunyi klakson mobil.

"Kita di sini, Mbak Yuqi!" teriak Johnny sambil melambai-lambaikan tangan dari jendela mobil. Pantas saja ia tak melihat mereka. Yuqi, kan, awalnya berpikir bahwa baik Johnny maupun Lucas datang ke mari menggunakan motor atau naik bis.

Gadis itu mengambil langkah seribu dalam usahanya menghampiri mereka. Ekor matanya menelisik ke dalam mobil, dan ia hanya melihat Johnny.

"Mbak naik mobilnya Lucas di depan aja ya?" ucap Johnny sambil menunjuk Jaguar di depan mobilnya. Yuqi lagi-lagi membelalak, remaja seusianya sudah diberi izin mengendarai mobil mewah? Ini ilegal!

"Ta, tapi..." Yuqi gelagapan. Lucas sangat dingin padanya, bahkan hanya melalui tatapan, gadis itu bisa memahami kalau ia tak nyaman ada di dekatnya. Kalau tidak dalam keadaan terdesak, Yuqi juga tak perlu memutus urat malunya untuk minta dua lelaki itu menampungnya tinggal di rumah mereka.

Tiba-tiba pintu dari mobil jaguar itu terbuka.

"Buruan naik!" Lucas mempersilakan Yuqi, bahkan pemuda itu juga meraih koper Yuqi untuk ia taruh di bagasi. Setelah menutup bagasinya, Lucas pun membukakan pintu depannya agar Yuqi segera masuk. Masih dengan raut kikuk, Yuqi pun melangkah pelan memasuki mobil.

"Thanks for today," ucap Lucas pada Johnny sebelum mereka mengemudi ke jalan pulang masing-masing.

"Just contact me if you need some help." Johnny memberikan pelukan pada Lucas.

"Of course."

Di perjalanan, Lucas meletakkan seluruh konsentrasinya untuk fokus menyetir. Sikap dinginnya membuat Yuqi hanya bisa bergeming dengan bibir mengatup. Gadis itu terus memainkan jari untuk menutupi rasa canggung dan gugup yang ia rasakan.

Yuqi tahu kalau dia sudah gila, tanpa malu meminta Lucas menampung dirinya yang memang sedang dalam keadaan serba sulit. Terjadi pergolakan batin dalam dirinya, satu sisi berkata bahwa ini adalah sebuah keberuntungan, namun sisi lain dirinya terus merutuk karena merasa tak semestinya ia melakukan hal itu.

Setumpuk pertanyaan yang ingin ia ajukan pada Lucas tetap tertahan di kerongkongannya. Bagaimana bisa ia memulai ujaran kalau atmosfir ketegangan tetap menyelimuti mereka berdua?

Perjalanan yang dilalui dengan saling bungkam itu akhirnya terhenti saat mereka sampai di sebuah gedung tinggi menjulang. Setelah memarkirkan mobil di pelataran bawah tanah yang amat luas, Lucas segera melepas sabuk pengamannya dan membuka pintu mobil.

"Bentar," ucap Yuqi yang sontak membuat Lucas menoleh dengan tatapan tajam.

Sejenak gadis itu menelan ludah untuk menetralisir rasa gugup, "Kamu tinggal di sini?" tanyanya.

Lucas pun mengangguk. Gadis itu dengan tergesa-gesa melepas sabuk pengamannya, lantas membuka pintu untuk keluar dari mobil. Saat berjalan ke belakang, ia mendapati Lucas yang tengah mengambil kopernya dari bagasi.

Yuqi bergerak cepat dengan meraih gagang kopernya, tak membiarkan Lucas kerepotan membawakannya. Reaksi Lucas pun tetap dingin dan seolah tak acuh, untungnya dari awal Yuqi memang tak mengharapkan pria itu akan memberinya perlakuan manis.

Ditampung untuk sementara waktu di apartemennya saja Yuqi sudah bersyukur.

Lucas melangkah dengan kecepatan sedang sehingga Yuqi tak kesulitan mengekorinya dari belakang sambil menggeret koper. Mereka pun menaiki lift untuk sampai ke lantai empat. Di dalam hanya ada mereka berdua, namun tak salah satu dari mereka membuka pembicaraan untuk mencairkan suasana.

Dalam hati Yuqi merutuk, setan apa yang merasukinya hingga sempat memiliki rasa pada pria yang punya kepribadian sedingin es?

Pintu terbuka setelah lift berhasil naik ke lantai empat. Yuqi kembali mengikuti Lucas dari belakang. Gadis itu tahu sekali posisinya saat ini sudah seperti gadis bodoh tidak berguna yang amat tunduk pada seorang Lucas Wong. Tapi, apa yang bisa ia lakukan selain bertingkah layaknya seorang pandir?

Langkah Gadis Song itu terhenti saat Lucas selesai membuka pintu apartemennya dengan password.

"Silakan masuk," seakan tahu dengan kegugupan yang gadis itu rasakan, Lucas pun mempersilakannya masuk tanpa perlu melepaskan alas kaki.

Yuqi menelisik seluruh penjuru ruangan yang mampu terjang  oleh matanya. Apartemen keluarga Lucas sangat rapih dan terurus dengan baik. Pasti ibunya adalah seorang pecinta kebersihan.

"Ibumu di mana?" setelah menyingkirkan seluruh rasa takut, akhirnya Yuqi memberanikan diri untuk mengajukan sebuah pertanyaan pada pria yang tengah melepas kaus kaki hitamnya itu.

"Perlu gue jawab emang?" pria itu memicingkan mata.

"Maaf ya aku minta aneh-aneh tanpa pikir panjang. Tapi aku enggak tau lagi harus gimana. Mungkin aja, kan, keluargamu bakal keberatan kalau ada tambahan satu orang lagi di rumah ini?" papar Yuqi.

"Gue tinggal sendirian di sini, asal lo tau." tandas Lucas yang terdengar seperti sambaran petir di telinga Yuqi.

The Curse • LucasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang