Part1 - Merindu

163 10 3
                                    

Denize ay vurmuş, bana ne

Gün doğmuş, çiçek açmış, bana ne

Benim acım aşkımdan, sana ne

İstemiyorum, gelme

"Kenapa harus kamu yang lebih dulu aku kenal, Aşkım?" Sabiha memandang foto lelaki dengan bola mata berwarna hazel di gallerynya. Bibir tipisnya tersenyum di tengah rambatan cambang berwarna abu dan rambut tipis. Ayaz, lelaki Turki pertama yang ia temui ketika menginjakkan kaki di negara ini. Berusia matang namun single.

Di luar, lagu Unuturum Elbet mengalun. Menambah sesaknya dada karena rasa rindu yang entah harus disambungkan kemana.

"Jangan paksa aku untuk menyukai orang lain. Kamu orang pertama yang aku temui. Aku gak bisa apa-apa dengan perasaanku. Tidak bisa mengurangi, justru semakin bertambah besar setiap harinya. Aku harus bagaimana, Canım?" Pengirim pesan manis itu seakan meronta di hadapannya. Yaşar, lelaki yang juga bercambang namun sepantaran dan berwajah mirip play boy itu seakan berlutut memohon.

***

Sabiha memandang foto kedua buah hatinya yang terpajang di atas nakas. Wajah lucu mereka sukses membuat air meluncur deras dari bola mata hitamnya. Ribuan mil terpisah dari buah hati bukanlah hal mudah. Terlebih di tengah upaya perpisahan dengan suami yang masih meninggalkan luka dan trauma. Memarnya memang memudar, namun robekan di hepar belum merekat sempurna. 

Lagu Idol dari BTS yang merupakan favorit anak lelakinya berdering, pertanda panggilan masuk. Sebuah panggilan video ternyata. Ia menyeka airmata.

"Assalammualaikum.. Hai sayang." Sabiha menyapa anak lelaki berusia empat tahun yang terpampang di layar gawai.

"Bundaaa lagi apa?" Suara cemprengnya terdengar manja.

"Bunda lagi mau siap-siap kerja, sayang. Adek lagi apa?" 

"Adek sudah pulang sekolah, lagi makan siang. Disuapin Nenek." Ia berkata dengan suara ceria, terlihat sudah berganti pakaian. Perbedaan waktu empat jam membuat banyak moment yang tak bisa dilihatnya.

"Pintarnya anak Bunda. Kakak mana?"

"Kakak bobok siang. Habis ini Adek juga bobok." Sebuah senyum diberikannya di akhir kalimat.

"Ya sudah, Adek selesaikan makannya ya. Bunda mau siap-siap kerja dulu."

"Oke Bunda, love you. Assalammualaikum." Sebuah bibir mencucu disodorkannya ke depan kamera.

Aku memberikan pose yang sama, "Love you too, sayang Bunda."

Panggilan berakhir. Airmata kembali turun. Kubiarkan sesak menghilang berbarengan dengan isak yang tak tertahan.

Aşkım, how are you, sayangku?" Sebuah pesan dari lelaki yang selalu hadir di mimpiku, masuk ke gawai.

"I'm not good, Aşkım." Sabiha tersenyum senang.

"Why?"

"I miss you. Send me your pict." Ia

Lelaki yang dipanggil Aşkım itu mengirimkan foto selfie dalam beberapa detik.

"Blur, Aşkım."

Kembali sebuah foto selfie masuk ke gawai.

Sabiha tertawa. Tidak blur, namun terlihat tegang.

"Smile, please."

Kembali foto close-up masuk ke gawai dengan senyum simpul.

"Seni seviyorum, Aşkım ." Ayaz mengirimkan pesan.

Ia membalas dengan emote senyum. Ia belum berani meletakkan hatinya seperti ia dengan mudah memanggil Aşkım dan Canım pada mereka.

"Unuturum elbet

Geri döneceğimi zannet

Bende bittin artık sen

Hesabını Tanrı'ya ver"

Dering gawai kembali terdengar. Kode +90 terpampang di sana.

"Assalammualaikum." Sabiha menyapa suara di seberang.

"Salamalaikum. Sabiha, Acele et!" Terdengar suara wanita dengan suara terengah.

"Şimdi nerdesin?" Ia bertanya.

"Lobi."

"Tamam, Zeynep. Beni bekle!"

"Evet."

Sabiha bergegas menyambar coat berwarna abu berbahan wool miliknya, boots hitam sebetis dan topi baret favoritnya. Ia harus menjaga suhu tubuhnya tetap hangat. Agar tak ada sela bagi para pria memberi kehangatan dengan dalih agar tak hipotermi.

#fiksiMima
#DearAşkım

- Catatan kaki -

Canım : Sayang
Aşkım : Cintaku
Love you (too) : Cinta kamu (juga)
How are you : Apa kabarmu
I'm not good : Aku tidak baik
Why : Kenapa
I miss you : Aku merindukanmu
Send me your pict : Kirimi aku gambarmu.
Blur : Buram
Smile, please : Senyum, tolong
Seni seviyorum : Aku merindukanmu
Acele et : Cepat
Şimdi nerdesin : Kamu di mana?
Lobi : Lobby
Tamam : Oke
Beni bekle : Tunggu aku
Evet : Iya

Dear AşkımWhere stories live. Discover now