Nine

390 65 6
                                    




"Nyerah. Tau kan? Apa arti nyerah? Lelah dan tak ingin lagi berjuang."

Jimin berjalan, berpuisi kalau kata Jinhwan.  Lumayan, penghibur ketika malam. Mereka tidak di bolehkan keluar selain markas padahal dia ingin malam mingguan. Tapi beakhir di ruang tanpa jendela ini. Berteman sepi dan puisi.

"Hidupku telah aku habiskan menarik kembali hati yang pergi. Segala cara telah aku coba. Tapi dia tidak ingin singgah dan mengisi bilik hati ini. Bukankah sebaiknya aku pergi? Daripada terus menanti. Ooohh.... Kang Seulgi."  Dia mencerca hinanya hidup ketika berjuang tapi terus gagal dan terhempas ke lautan.

Author jadi ikut berpuisi gara-gara Jimin. :D


"Jim, geli gue. Udahan yuk," Jinhwan beranjak dari meja yang ia duduki. Menyenggol lengan Taehyung agar temannya itu juga bangkit.

"Tunggu, masih live ini," Bisik Tae.

"Gila! Lu bikin siaran langsung IG?" Jinhwan terkedjot. Taehyung mengangguk bangga.

"...iyalah, Jimin kan banyak fans nya. Ya, kan gak clickbait juga. Orang beneran Jimin kok yang ada di video gue."

"Tega lu, temen sekarat begitu Lo jadikan tontonan. Apakah hatimu tidak terluka melihat kedukaannya? Tersayat oleh perihnya sembilu rindu. Dia yang terus menyendiri sampai dikatakan sebagai jomblo sejati!"

Bugh!

Jinhwan mengaduh ketika Jimin memukul kepalanya pake jaket yang dia punya. "...kok elu yang puisi? Ini malam kesedihan gue sebelum berangkat ke Amerika."

"Ya, maap Jim. Orang gue ketularan elu."
Ucap Jinhwan. Jimin menyeringai kemudian duduk di satu kursi sambil termenung.

Taehyung seketika turun dari meja. "Woi, ajib, penonton gue sekarang 200 ribu. Wagelaseh, perdana ini."

"Bodo!" Ketus Jimin.

"Seulgi nonton woi!" Teriak Taehyung.

"Bodo!" Kata Jinhwan.

"Kok elu lagi yang nyaut? Bego ih. Sana lu!" Usir Jimin. Dia pun segera bangkit, "Maan buktinya Seulgi liat?"

Bukti nyata mencuat, bahkan Seulgi menelfon Jimin. Membuat dia -- Park Jimin menjadi pucat. "Eh bener ni? Lo mainin gue kan Tae? Gue sunat lu ya kalau ngerjain gue!"

"Sumpah kagak. Coba angkat."

Jimin kemudian mengangkat panggilan itu, "halo."

Dari seberang sana, terdengar suara Seulgi. "...kamu bener mau ke Amerika? Kenapa?"

"Seulgi ini?"

"Iya gue."

"Hoo'oh, abisnya gue ga bisa satu udara sama lu. Nyesek Seul. Kaya ngirup sianida. Ga mati sih, tapi sakit."

Jinhwan dan Taehyung mau muntah. Ada tong?

"Kalo begitu Lo jangan lagi ungkit masa lalu kita. Gue sebenarnya... gue sayang sih sama lu. Cuma ga tahan aja sama sikap lu selama kita jadian dulu. Tapi gue udah yakin kalau lu bakal berubah,"

"Bener Seul?"

"Iya. Dateng gih ke rumah. Kita ketemu. Kangen."

"Ehaaa... Sumpah Seul?"

"Iya. Gue tunggu ya."

Tut.

Jimin berteriak girang. Tubuhnya kaya mantul ke dinding satu dengan dinding lainnya. Jinhwan ngakak, Taehyung pun sama.

"Nih Tae," Jimin lempar kunci sebelum keluar markas.

"Kunci apa?"

"Lamborghini gue. Buat lu aja."

"Lah? Lu pake apa dong kesananya?"

Jinhwan ngangguk heran.

"Becak aja. Cinta itu manis Tae. Pake becak juga rasa pesawat. Dah ya. Gue pergi dulu."

Jinhwan dan Taehyung sukses melongo. Mending Jimin gak balikan sih kalau jadi gila gini.


***
Sampai ketemu di last part.
Makasih


MANTAN✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang