Eight

410 70 3
                                        





"Jim, kenapa lagi?"

Jimin tetep fokus pada jusnya, pura-pura tidak melihat Seulgi -- katakanlah, salah satu action dari jual mahalnya.

"Jim, gue lagi ngobrol sama lu!"

Seulgi sudah mulai bosan, sudah menghabiskan makanannya, sudah coba buat fokus dan tidak memperdulikan Jimin. Tapi wajah tampan Jimin benar-benar mengganggunya.

"Woi, ntet, lu ngajakin gue makan sore-sore begini, ngapain? Ada perlu? Atau mau minjem uang? Belum bayar kosan?"

Seulgi ingin berbicara lebih banyak tapi Jimin langsung melihat ke arahnya. Seulgi kira itu adalah akhir dari sebuah penantiannya yang seperti nyamuk dan Jimin sibuk sendiri dengan jus nya. Sedetik kemudian Jimin menggeleng lalu meminum  dengan semangat.

Seulgi menghela nafas, "yaudah, gue minta Taeyeong aja jemput!"

Sreeettt!!

Tangan Seulgi di tahan ketika dia mau berdiri. Ya, persis seperti apa yang kalian bayangkan. Mata mereka bertemu, ekspresi diam Jimin ditambah ekspresi kesal Seulgi. Perpaduan pas yang menambah keheningan.


"Apa?" ketusnya. Jengah.

"Jangan pulang dulu, jangan telfon Taeyeong --lagi."

"Huh? Apa urusannya sama lu Pjm?!" Teriak Seulgi. Sebenarnya dia agak merasa senang mendengar itu, tapi moodnya sedang tidak baik.

Kali ini, Jimin diam lagi, bengong. Bikin emosi Seulgi makin kesal.

Rasanya, mau kill this love aja.

Seulgi menghempas tangan Jimin kemudian  berpaling hendak pergi.

"Gue kangen sama Lo, Seul---" setidaknya itu lebih baik dari pada sekedar tangan yang menahan agar Seulgi tidak pergi. Mengikat hatinya. Memutar kembali memori manisnya Jimin, ya, memang seperti itu Jimin. Sosok yang ... susah di utarakan dengan kata-kata.

"--- kangen Lo yang cuma sayang sama gue. Ga ada Kim Seokjin, ga ada Lee Taeyeong. Ga ada siapapun selain gue di hati Lo. Cuma gue karena memang cuma gue yang pantes buat Lo."

Sejenak Seulgi merasa lebih luluh, ini yang dia inginkan. Mendapatkan lebih atensi Jimin. Meraih Jimin kembali dalam genggamannya. Mengembalikan Jimin kembali pada seseorang yang hanya memikirkannya.

Ya, pada dasarnya tujuan mereka sama.

Namun, pasal yang tidak kunjung usai. Yang bahkan terus saja menyesakkan dada Seulgi jika dia mengingatnya. Senyumnya memudar kala memori itu ikut masuk dalam  benaknya.

Dia pun berpaling memandang Jimin, kembali. Awalnya Seulgi cukup syok, wajah Jimin benar-benar serius dan mungkin sedikit berkaca-kaca.

"Mulut Lo itu Jim, mending Lo periksain ke dokter gih. Jijik gue sama cowok yang main nyosor sana sini!"

Jimin tahu kalau Seulgi akan mengungkit masalah itu lagi, dan sayangnya, emosi nya kembali terpancing. "...lo kan juga gitu ke cowok lain, malah lebih parah kan? Kemana Lo ah ya gue inget...motel apa ya namanya gue--"


Plaak!!!!

"Najis gue deket sama cowok yang ga ada otak kaya lu Jim. Ga pernah percaya sama gue. Serah Jim. Serah."


"..."



***
TBC!

Hayololo masa lalu mereka kenapa sih sebenernya? Kebayang sih ya ga perlu di jelasin. Pokoknya hubungan mereka gitu. Saking rindu tapi kalau ketemu kaya begitu.
Hadedeuh,

MANTAN✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang