JALARAN

5.2K 288 17
                                    

Bunyi gemeretak memenuhi ruangan. Rama baru saja membanting lima buah kaset DVD film terbaru dengan keras begitu menemukan sesosok cowok berkulit legam di ruang office. Cukup keras untuk membuat keping disk di dalamnya terburai dari wadah dan jatuh berserakan.

Si Cowok legam sempat tergeragap sebelum berhasil menguasai diri.

"Jelaskan!" bentak Rama.

"Ram, sabar dulu, Bro. Ada apa ini?"

"Lo nggak usah ngeles James. Gue udah tau semuanya. Dan gue mau, Elo jelasin semua ke gue!"

"Ram ...,"

"... sekarang!!"

Rama menggebrak meja di depan James dengan mata memerah. Perjalanan empat jam dari Jakarta dengan gumpalan kemarahan, meledak sudah. Ia bahkan tak sempat mampir ke rumah untuk membersihkan diri setelah malam sebelumnya dikejutkan dengan temuan mencengangkan hasil investigasi.

James menghela napas sebelum mulai bicara.

"Sejauh mana yang sudah Lo tau Ram?"

"Gue butuh penjelasan dari elo! Bukan lo nanya balik ke gue bangsat!!"

Rama mencengkeram kerah kaos polo James yang merupakan seragam toko kaset milik Rama.

James tak berani bersitatap. Kedua tangannya terangkat seraya mengangguk-angguk gugup.

Melihat gesture James, Rama melepas cengkeramannya dan mendorong tubuh James kasar hingga terduduk pada kursi. Satu tangannya meraih kursi lain dan mendudukinya dengan aura mengintimidasi yang pekat.

"Oke. Jelaskan sekarang," Rama menginstruksi ulang dengan nada bicara yang dalam.

James tak sedikitpun merasa lega. Justru ketenangan Rama adalah pertanda buruk.

James dan semua karyawan di tempat ini lebih memilih Rama yang meledak-ledak dengan kata-kata kasar dari pada mata es dan bungkamnya yang menakutkan. Level kedua selalu berakhir dengan keputusan-keputusan tak terbantah.

James tahu, pemecatan sepihak oleh Rama bukan resiko terburuk. Melainkan, apa yang akan terjadi setelah pemecatan selalu menjadi bagian yang lebih mengerikan. Membayangkannya saja ia tak mau.

Tak mau membuat Rama hilang kesabaran, cowok legam berambut ikal itu mulai memilih kata.

"Sori sebelumnya Ram, kalo lo baru tau sekarang. Kami cuma berusaha bantuin elo,"

"Bantu?"

"Ya Ram. Kita semua bantuin elo. Ayolah, bisnis lo tinggal tunggu waktu buat gulung tikar. Sekarang ini semua orang bisa dapetin film apapun yang mereka mau hanya dengan membeli kuota dan cari wifi. Kalau kita nggak cari cara, kita nggak bisa seperti sekarang."

"Gue nggak akan pernah biarin bisnis gue bangkrut. Ngerti lo?"

"Gue ngerti Ram. Tapi kita juga harus terima kenyataan. Setahun terakhir ini toko benar-benar berat dan akan makin berat kalo nggak ada inovasi apapun."

"Inovasi terakhir dari lo hampir saja bikin gue membusuk di bui!"

"Oke! Gue minta maaf kalau yang lo maksud tentang kaset bajakan. Berapa kali lagi gue harus minta maaf soal itu, hah? Calmdown, Ram. Kali ini gue jamin aman. Kita udah pegang aparat," James memberikan penjelasan dengan hati-hati.

Rama mendengus. Pikirannya berkecamuk. Tidak akan pernah ada kata aman untuk semua aktivitas bisnis ilegal.

"Gue emang percayakan pengelolaan distribusi ke Elo. Tapi bukan berarti lo bisa ambil keputusan sendiri tanpa sepengetahuan gue. Lo tau resikonya besar buat gue. Dan gue bakal jadi orang pertama yang kena getahnya kalo ada apa-apa. Harusnya lo tau itu!"

DUREN KAMPUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang