Reset

4.8K 234 54
                                    

Debum suara meja yang dihantam sekuat tenaga, mengejutkan semua orang dalam ruangan sempit itu.

Seorang lelaki muda ber-t-shirt hitam mengatupkan rahang. Napasnya memburu. Bahunya turun naik seirama pacu jantung yang makin cepat. Dua tangannya masih terkepal di atas meja, siap kembali memukul.

"Keparat! Dasar pengkhianat!" desisnya nyaris menggeram.

Hendra mendekat dan duduk di atas meja panjang di depan si Lelaki Muda. Jarak mereka kini hanya sejengkal.

"Gue harus bikin perhitungan," lanjut Rama, lelaki muda itu.

"Jangan gegabah. Ini bukan persoalan ringan. Kamu akan jadi orang pertama yang diperkarakan oleh aparat jika tak berhati-hati. Bagaimanapun, operasi mereka di bawah bisnis Geelic," jawab Hendra. Suaranya datar dan lirih, tapi terdengar tegas dan sukar dibantah.

Rama menghempaskan diri di kursi yang belum sempat ia duduki sejak tiba hampir satu jam yang lalu.

Tak habis pikir, ia menggelengkan kepala beberapa kali. Lalu sekali lagi dengan mata terpejam, seolah dengan melakukan itu kenyataan buruk yang baru didengarnya enyah.

Sejurus kemudian, punggungnya menyorong ke depan. Dua tangannya menumpu pada meja saat mengacak rambut dengan kesal.

"Aarghh!" Pukulan tangannya kembali menghantam meja.

Hendra memilih duduk di tepi jendela kaca tak jauh dari Rama. Lengannya bersidekap. Sepasang kakinya menyilang saling bertumpu menjaga keseimbangan. Ia bisa mengerti kekecewaan lelaki muda di depannya.

Saat dilihatnya Rama berangsur tenang, Hendra melirik ke arah pria brewok di sudut ruangan. Dua pria itu bertukar anggukan.

Pria berewok itu mendekat. Dari tangan kanan, selembar kertas dibentangkan. Ia mulai mencoret-coret sesuatu. Hendra bergabung mengitari meja.

"Jadi, seperti inilah rencananya. Kami menjalankan bagian kami, dan kau selesaikan bagianmu," pria berjambang lebat itu menunjuk deretan tulisan bagian kanan kertas.

Mereka bertiga terlibat pembicaraan panjang. Sesekali Rama melempar pertanyaan yang dijawab bergantian oleh dua pria di depannya.

*

"Siang, Boss!" cowok berkulit bersih berkacamata minus menyapa kedatangan Rama di ujung lorong Geelic menuju pintu khusus karyawan. Rama hanya mengangguk. Langkahnya konstan menuju ruangannya.

James yang melihat kedatangan Rama, buru-buru mendekat dan menyejajari cowok tegap itu. Mereka adu tos tanpa menghentikan langkah.

"Ada kabar apa hari ini?" tanya Rama ringan.

"Wah, kabar bagus, Ram. Meski kaset bukan lagi menu utama di toko ini, penjualannya tetap bagus," jawab James bersemangat.

"It's good!" tukas Rama tak kalah bersemangat.

Mereka sampai di ruangan Rama. James menarik kursi dan duduk di depan meja kerja boss sekaligus sahabatnya itu.

Cowok keriting itu menunjukkan grafik di layar notebook yang ia bawa.

"Print out-nya baru akan gue kerjain besok. Tapi lo bisa lihat lonjakan grafiknya dulu di sini," kata James merujuk pada laporan bulanan penjualan Geelic.

"Bagus! Nggak rugi gue punya elo." Rama tergelak saat James menepuk dada dengan jemawa.

"Ini pesanan terbaru?" Rama mengeklik sebuah form pemesanan melalui link website Geelic.

"Ya, itu baru masuk tadi malam."

"Wow! Ini pesanan besar. Udah lo hubungi nomer kontaknya?"

Rama masih fokus menatap layar notebook. Ia tak menyadari perubahan raut wajah cowok berkulit gelap di depannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 05, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DUREN KAMPUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang