Secret Love 6

283 24 0
                                    

        Krist merasa kalau Singto bersungguh-sungguh dengan tulus ingin meRaih hatinya. Terlebih saat Singto membantunya keluar dari penjara, Singto tidak terlihat mengharapkan balasan darinya. Kata terima kasih pun Krist tidak berikan padanya karna ia merasa tidak berhutang budi.

      Tapi kenapa saat makan malam semalam pun, ia juga masih menahan hatinya untuk tidak bisa memaafkannya. Dan Singto tidak pernah sekalipun membenci akan sikapnya itu. 
     
        Dan pagi ini Krist dikagetkan dengan setumpuk uang yang ia temukan didepan pintu rumahnya, uang yang ia tau kalau Singto sengaja berikan padanya.

      "Ini pasti uangnya," Bisik Krist, yang akhirnya mengambil amplop coklat yang berisi setumpuk uang. Siapa lagi orang yang berani menaruh uang sebanyak itu disana kalau bukan Singto yang mengikutinya semalam.

      Lembaran uang kertas yang cukup banyak sampai Krist tak bisa menghitung ada berapa jumlahnya, mungkin melebihi gajinya dikafe. Dan Krist ragu jika harus menggunakan uang itu. Kenapa Singto tidak langsung memberikannya, apa karna ia takut akan ditolak. Ataukah Singto merasa tidak enak hati jika langsung memberikan uang itu langsung makanya ia menaruhnya disana.
 
      Krist jadi mendadak teringat dengan Singto yang selalu datang berusaha berbaik padanya dan kalimat yang membuat hatinya merasa tergugah akan kesabaran singto, disaat Krist harus mengusir Singto dan menyebutnya pria brengsek ia masih tetap menunjukan sikap baik padanya.

     Dengan sabarnya Singto, ia hampir tak pernah membalas makiannya bahkan tetap tersenyum padanya,

    #benci aku sebanyak yang kamu mau, maki aku sepuas hatimu. Lampiaskan kesalmu padaku, tapi tolong jangan tutup hatimu. Biarkan ada celah untukku, walau hanya Setitik saja. Izinkan aku Untuk menyanyangimu.  Karna jika hatimu tertutup, maka tujuan HidupKu menjadi sia-sia#

Itulah kalimat Singto yang diingat oleh Krist. suatu kalimat yang membuat Krist tersentuh. Tapi Krist masih saja merasa egois pada hatinya, terus menolak kehadiran Singto. Dan apakah saat ini Krist harus memberi kesempatan pada Singto dengan menerima uang yang diberikannya.
Sementara ia juga butuh biaya untuk kehidupannya. Penagih utang selalu datang menganggunya.

     Krist menghela nafas sejenak sambil berfikir, mungkin untuk sementara ia menyimpan uang itu dulu. Walaupun Singto memiliki niat baik ia lebih senang jika Singto memberikannya langsung dari pada harus diam-diam seperti itu.

      ***
       Seperti biasa Krist menjalankan aktivitasnya dikafe milik P'wad, yang  kebetulan siang ini sedang banyak pelanggan yang datang untuk sekedar minum kofee dan duduk bersantai. Dan membuatnya agak sibuk melayani mereka, mengantarkan satu persatu pesanan kemeja mereka. Sementara Em rekan kerjanya berada diruang dapur menyiapkan semuanya.

     "Mocca latte hangat satu meja 3," Em memberikan secangkir cofee pada Krist dari meja penyiapan.
     "Okee" Krist siap mengantarkan. Dengan begitu semangat ia melakukan pekerjaan itu, pekerjaan yang sudah dua tahun lamanya ia jalani.

     Dengan begitu cekatan dan Ceria Krist berjalan menuju meja pelanggan yang memesan itu.

     "Coffe Mocca latte dengan gula manis untuk anda... " Krist menyajikan dengan nada riang seperti biasanya, tapi saat hendak menaruhnya ia nampak terbelalak ketika melihat pelanggan yang duduk dimeja itu.
     Seorang pria bertubuh gemuk, dengan mengenakan jas hitam lengkap dengan dasi melihat padanya.

     Senyum Krist memudar dan wajahnya berubah menjadi pucat. Seperti sedang melihat orang yang ditakuti.
"A...yah" suara krist pun menjadi terbata-bata.

      "Jadi benar kamu bekerja disini." Ia adalah tn. Prachaya, ayah tiri sekaligus ayah dari Singto yang sudah lama tak dilihatnya. "sebagai pelayan"
      Krist tau nada itu, nada seorang tn. prachaya yang tidak suka padanya. Sudah beberapa tahun tak bertemu, Krist masih tetap ingat dengannya, begitu juga tn. Prachaya.
       "selamat nikmati coffenya pak" Krist mau menghindari Pria itu, dengan tetap menjamunya sebagai tamu
 
    "Aku tidak mengira kalau kamu masih berhubungan dengan Sing," tapi suara ayahnya menahan dirinya yang hendak beranjak pergi. "Bagaimana bisa kamu melakukannya, apa mungkin kamu sengaja agar kamu bisa mendapatkan bagian dari apa yang dia miliki"

Bromance "Secret Love"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang