Part 8

386 34 55
                                    

Charity POV

Faris, gadis penyair yang baru kami temui itu memandangi kami dengan penuh harap. Permintaannya sangat sederhana, ia hanya ingin kami berdua mendengar syair-syair lagunya. Sebenarnya aku bukannya tidak mau mendengar lagu-lagu syahdu yang bisa menjadi rekreasi menyenangkan di tengah gurun panas ini, tapi yang kukhawatirkan adalah Greed, teman perjalananku yang toleransinya di bawah nol jika menghadapi para manusia. Terlebih lagi, kejadian tadi membuatku curiga dia sangat terganggu mendengar lagu-lagu milik Faris itu.

Aku menampilkan senyum terbaikku kepada Si Gadis Penyair sebagai bentuk permintaan maaf. "Maaf yaaa, Faris, perjalanan kami masih jauh. Kami harus segera melanjutkan-"

"Satu lagu dan bukan lagu terkutuk tadi!" Kata Greed memotong pembicaraanku.

"Haa?" adalah satu-satunya komentar yang bisa kulontarkan.

"Perjalanan kita masih jauh, dan aku capek. Satu lagu tidak masalah." Setelah mengatakan hal yang tidak terduga tersebut, Greed langsung menuju ke bawah pohon kurma yang sebelumnya menjadi tempat bernaung Faris. Faris, tentu saja, mengikuti Greed dengan riang gembira. Tidak sabar mendendangkan lagu-lagunya yang lain untuk didengar Greed.

Sebenarnya apa yang sedang dipikirkan gadis serakah itu?

---------------------------------------------

............

Dengarkan suara dunia penyayang-pendengki berdoa
Wujud maya dan fana terus dikenang
Bayangan arwah yang tersenyum, bermimpi-berlarian gembira
Terbawa oleh angin; kabar yang malang

Dari bawah bumi hanya kejahatan
Sang raja arogan berkuasa
Dan di atas langit penuh kebaikan
Mengembaralah tuan bersahaja

Sukma yang rapuh dan kelana, bersantap-berpantang di alam
Siksaan kekal itu akan dihapus
Ajaran 'tuk saling berbagi, memberi-mendapat tertanam
Maka harapan ini tak akan pupus

Terus hidup di dalam hati

Faris (seesawknight) - Spirit Realm

---------------------------------------------

"Apaaa??! Jadi saat itu Ibunda Tuan sedang sekarat?" Tanya gadis itu blak-blakan di hadapan Tuan Kaya.

Semua orang menatap gadis itu tidak senang, tapi Tuan Kaya itu hanya tersenyum maklum.

"Benar. Aku langsung mendapat kabar dari ajudan Ayahku yang mencariku di pasar kemarin yang mengatakan bahwa Ibuku sakit keras. Mau tidak mau aku harus pergi menghadap beliau. Dan harus meninggalkan butik majikan lamamu dengan buru-buru. Maaf, aku tidak sempat menjelaskan yang sebenarnya terjadi kepada Bu Alamri sehingga kepergianku mengakibatkan prasangka buruk terhadapmu dan membuatmu dipecat." Tuan Kaya itu terlihat meminta maaf dengan sungguh-sungguh.

Gadis itu hanya terpaku, kemudian menjawab, "Sudahlah. Yang terjadi biarlah terjadi. Aku juga lega sudah keluar dari kandang macan itu dan bisa bekerja di sini."

"Belajar, maksudmu?" Koreksi Tuan Kaya.

Gadis itu tidak terlihat setuju. "Sekarang aku sudah bisa bekerja. Dibandingkan murid-murid Tuan Caster yang payah itu, aku adalah satu-satunya orang yang lancar menggunakan mesin jahit. Tidak hanya itu, aku bisa belajar banyak lagi. Aku bisa menampung keahlian yang lebih banyak. Pekerjakan aku secara resmi!" Kata gadis itu penuh semangat.

BoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang