bagian 4

13 0 0
                                    

Setelah beberapa hari beristirahat di rumah dan tidak bersekolah aku merasa sudah mulai pulih. Ibu merawatku hingga aku merasa lebih baik. Sebenarnya aku meminta izin kepada ibu untuk berangkat sekolah, namun ibu melarangku.

Aku hanya berbaring di tempat tidur. Segala kebutuhan sudah ibu siapkan, memang beliau adalah mutiara hatiku.

Hari ini adalah hari kelima aku berada di rumah. Bosan mulai menyerangku. Aku sudah mulai berjalan sekedar mencari cemilan atau  minuman di dapur. Atau beranjak ke ruang tengah untuk menonton siaran TV. Berseluncur di dunia mayapun semakin lama membosankan, hanya ada Rere dan Nazla yang berada di chatku. Selain mereka berdua paling hanya grup kelas yang membosankan.

Ketika aku berbaring di tempat tidur aku melihat hp dan satu notifikasi dari via whatsapp datang tergantung di hpku. Aku menekannya dan ternyata itu adalah pesan dari Nazla yang mengatakan akan menjengukku esok hari. Aku merasa senang dan bertanya siapa saja yang akan menjengukku. Nazla bilang hanya dia dan Rere yang akan menjengukku. Aku merasa senang karna yang menjengukku hanya mereka berdua. Jika yang menjengukku bu Rima, wali kelasku pasti beliau akan membawa anak laki-laki juga. Nafasku merasa lega.

"Neng... Ada temen neng di depan" Bi tuti pembantu di rumahku berteriak dari lantai dasar.

"Iya bi, suruh masuk aja" Aku menimpali bi tuti, sudah pasti itu adalah Rere dan Nazla.

Aku hanya duduk di ranjang tidurku. Pintu kamarku terbuka, Rere dan Nazla masuk ke dalam kamarku. Sambil berlari kecil Nazla mengahampiriku dan memelukku.

"Sya.... Kangen bat dah sama lu, gimana kabarnya nih my sohib gua"
Nazla masih memelukku.

"Bae Naz, biasa lah besok gua dah sekolah kok" Nazla melepaskan pelukannya.

Rere mendekatiku sambil membawa ranjang yang berisi buah-buahan, dia memelukku. Tidak seperti Nazla, Rere langsung melepaskan pelukannya. Sadar bahwa itu membuatku sesak nafas.

"Sya, gimana kabarnya?, sumpah kelas sepi dah kagak ada lu" Rere mulai berbicara. Dia memegang dahiku.

"Udah mulai turun panasnya, cepet sekolah dah" Rere melanjutkan.

"Iya Re, besok sekolah kok tenang aja, gua pengen buah, potongin apel buat gua gih" Aku tersenyum jahil.

"Iya Sya, siap nanti gua potongin" Nazla menimpali.

"Ya elah Naz, bercanda kali"

"Gk papah Sya, sans aja sama gua, gua turun ya" Nazla mengabil buah apel di keranjang buah Rere. Sambil lari-lari kecil Nazla menuruni tangga.
Dasar Nazla.

"Sya, tau gk lu?, penjaga UKS nanyain lu tau" Rere mulai mencari topik pembicaraan.

"Elah, nanyain doang wajarlah kan gua pasiennya"

"Benaran dah, kaya beda gitu" Rere menatapku jahil.

"Bodoah males gua bahasnya" Aku mendengus kesal.

"Sya jadi orang jangan dingin amat kali sama laki-laki, gitu doang kok marah" Rere tersenyum.

"Sumpah Re, gua males bahas cowo yang lain apa"

"Umurnya 25 tahun Sya,masih muda kok, cakep lagi. Jangan gk mau aja nanti lu sapa tau jodoh sama dia"

Tiba-tiba Nazla datang dari balik pintu membawa sepiring buah apel segar yang sudah di potong-potong. Kelakuan Nazla memang sangat jahil senang membuat orang kaget.

"Nih, apelnya! Kan tadi lu mau Sya, makan gk, makan lu" Nazla menyodorkan piring ke hadapanku.

"Iya Naz, gua makan kok. Nih gua makan kan" Sambil memasukan sepotong apel ke dalam mulutku.

"Kalian juga dong" Aku menyuapi Rere dan Nazla potongan apel.

"Naz, kemaren ka Fajri nanyain Syasya ya" Rere memancing pembicaraan kepada Nazla.

"Iyae, keumairen nainyain lue tau ka Fajrie" Nazla membicara sambil mengunyah.

"Kelarin dulu makannya Naz" Aku dan Rere Tertawa melihat tingkah Nazla.

"Iya bener, ka Fajri nanyain lu, cakep parah tau sya" Nazla mengulangi perkataannya.

"Nanyain doang kok, apa masalahnya" Aku menjawab santai

"Beda Sya, kaya gimana gitu" Nazla bercerita lebih heboh dari Rere. Rere di sampingku hanya senyum-senyum tanda menang.

"Udahlah, kan baru sekali juga ketemu" Aku terus melahap apelku

Mereka memang senang meledekiku masalah laki-laki.

Taaruf CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang