Terkadang aku ingin melangkah lebih jauh lagi tanpa tahu kemana arah pulang. Sebab rumah yang pernah aku singgahi telah lama rubuh dan rapuh.
Dulu aku sempat ingin memperbaiki, namun sang pemilik enggan untuk menanggapi. "Aku sudah memiliki rumah baru," begitu alasannya.
Dan disini, diruang gelap nan hampa. Aku menatap sebuah cahaya kecil, kemudian aku meniupnya.
Bodoh, mengapa aku meniupnya? Cahaya itu sangat aku butuhkan!
Mungkin lebih baik tak ada sedikitpun cahaya yang menemani daripada terus menatapi lalu menyadari bahwa cahaya itu akan membawaku pergi untuk mengingat sebuah ...
"Gong, jangan melihat sosokku terus-terusan!"
"Hah? Emangnya kenapa?"
"Kamu pasti tau cahaya kan? Ntah itu berasal dari bintang, bulan, matahari ataupun lainnya."
"Engga."
"Serius ini."
"Ehiya tau-tau!"
"Nah coba bayangin aku yang jadi cahaya itu."
"Mau bayangin gimana kamu tuh ah, sosoknya aja ada disini!"
"Lagi ga becanda nih."
"Haduh iya elah cepetan deh."
"Cahaya ga bakal terus-terusan nyinarin pancarnya. Ntah mungkin karna waktu, keharusan, ataupun lelehan nya yang sudah mencapai batas seperti lilin dihadapan kita. Begitupun aku yang gakan nemenin kamu selamanya di waktu yang bakal kamu lewatin gong. Tapi tenang aja, matahari akan tergantikan oleh bulan juga bintang seiring berjalannya waktu. Kamu ngerti kan?"
Lalu
Kamu,
Sudah seperti cahaya itu-💡