Mingyu dengan perlahan mengoleskan selai stroberi yang lengket diantara dua roti tawar sembari menggoyangkan kepalanya mengikuti irama dari We Are Never Ever Getting Back Together. Jeonghan memutuskan untuk membantunya membuat sarapan untuk mereka, roti isi selai stroberi, ketika melihat Mingyu yang berusaha membuka botol selai di pagi itu.
“Jadi, Taylor Swift?” Jeonghan terkekeh lirik sembari melirik ke speaker di sebelah pemanggang roti.
“Aku belum pernah mendengarkan musik lagi sejak... aku tak ingat. Jadi aku mengopi playlist Jihoon.” Mingyu mengendikkan bahu dan melanjutkan mengoles selai stroberi lebih banyak lagi pada rotinya sebelum meletakkannya terpisah dari yang lain.
Jeonghan menghentikan aktivitasnya untuk melihatnya sekilas. “Jihoon. Punya Taylor Swift. Di playlist-nya.”
“Sepertinya.” Mingyu tidak terlihat setertarik Jeonghan karena terlalu fokus dengan apa yang dia kerjakan.
“Menarik.” yang satunya berkomentar sebelum mengalihkan pandangannya pada setumpuk roti isi di sebelah Mingyu. “Gyu, kita hanya berlima di rumah ini. Kenapa kau membuatnya seolah untuk 20 orang?”
“Oh. Aku mungkin akan kelaparan ketika kalian pergi. Apalagi sekarang Jihoon sudah menerima tawaran ayahnya, kurasa aku akan lebih sering sendiri.” dia ingin membuatnya seolah dia sedih tapi tidak bisa mengendalikan senyuman yang menghiasi wajahnya.
“Aku hampir merasa bersalah tapi kedengarannya kau malah lebih bahagia di situasi seperti ini.” Jeonghan menatapnya curiga.
“Bukan apa-apa. Aku hanya bahagia karena kalian.” ya, dia benar-benar mengamininya.
Jeonghan memilih diam sedangkan Mingyu tengah menyanyikan bagian ever ever ever ever.
Ini menjadi salah satu kejadian serius yang terjadi di apartemen mereka akhir-akhir ini. Mingyu tidak pernah menunjukkan tanda-tanda depresi atau kelemahannya di depan mereka, dia akan selalu terlihat tenang dan tanpa beban. Dan itu membuatnya terlihat mengkhawatirkan ketika dialah yang menyemangati mereka dengan hiduo mereka, padahal sesungguhnya dialah yang butuh.
“Dan. Kau bisa membawanya ke kantor, kampus, kemanapun.” Mingyu mengatakannya dengan acuh ketika dia membasuh tangannya. Jeonghan menyadari dia menyisakan beberapa roti isi di sebelahnya dan dia berpikir mungkin itu akan dia makan ketika lapar. Sisanya Mingyu letakkan dengan yang Jeonghan buat.
“Katakan pada Soonyoung aku memaksanya mengambil beberapa. Modeling bukan hal mudah.” Mingyu meringis dan mengambil bagiannya sebelum memasukkan mereka ke wadah plastik.
Jeonghan tersenyum. “Soonyoung tidak suka digoda dengan hal itu.”
“Bukan menggodanya.” dia memasang wajah serius dan Soonyoung tiba di dapur tepat waktu. “Oh hey kawan!”
Soonyoung melihatnya dengan mata bergetar ketika Mingyu menghampirinya dengan gembira, wadah plastik ada di tangannya dengan aman. Nampaknya, Soonyoung pulang terlambat semalam karena pemotretan.
“Hey.” dia menyapanya dengan suara paginya. “Kenapa anak ini terlihat bahagia?” dia bertanya pada Jeonghan yang hanya menggelengkan kepalanya.
“Sepertinya terjadi sesuatu.”
Suara bel berdering.
Pintu itu terbuka dan wajah kesal Wonwoo muncul berhadapan dengan wajah bahagia Mingyu. Wajah Wonwoo seketika berubah normal kembali ketika menyadari yang berada di pintunya adalah Mingyu.
“Kenapa sepagi ini?”
“Aku membawa sarapan. Kurasa kita bisa makan bersama karena aku tidak membaginya pada orang lain.” kerutan tipis muncul pada wajah Mingyu dan dia tahu itu berhasil karena Wonwoo mundur ke belakang untuk membiarkannya masuk. Meskipun, dahinya masih berkerut.
![](https://img.wattpad.com/cover/180220244-288-k466464.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Resurrection 「meanie」
Fanfiction(COMPLETED) Sebuah teriakan melengking, suara klakson yang keras, tabrakan hebat... apakah dia kembali hidup? Original story ©SEISDEMAYO on LiveJournal Pictures ©MildXWild Translation & artwork ©jsanserenity 『Please be noted that this is just a tran...