Cermin, dimanakah? (Edisi Suami)

85 3 0
                                    

Sudah jadi kebiasaanku, duduk di tangga darurat setiap jam istirahat. Tak banyak yang aku lakukan, hanya duduk bersender ke tembok sembari bermain game atau hanya sekedar mendengarkan musik. Namun, ada yang berbeda kali ini, aku mencium bau asap rokok yang kuat, bahkan aku melihat kepulan asapnya. 'Mungkin ada yang merokok tepat di lantai bawahku.

Tak biasanya aku jadi penasaran seperti ini. Aku beranjak dari tempat dudukku, mengintip sedikit ke bawah - aku menelan ludah, tak percaya dengan apa yang kulihat.

Dia ketua tim-ku, senior ku di kantor ini. Seorang ibu rumah tangga yang smart, anggun, cekatan, ramah, supel dan yang aku tau (melalu postingan Instagramnya) dia sangat bahagia bersama keluarganya. Sempurna!

Aku kembali terduduk dengan pikiran yang membingungkan, seperti ada yang  tiba-tiba mematahkan pemikiran-pemikiranku.

Tunggu, apalagi ini??

Aku mendengarnya bicara berbisik-bisik dengan seseorang, rasa ingin tau ku semakin tinggi, aku kembali beranjak, melihat dengan hati-hati apa yang terjadi - aku kembali menelan ludah, bahkan kaki ku sungguh lemas, sibuk mencari pegangan agar tidak jatuh.

Oh Tuhan... Apa yang kulihat ku harap tidak nyata!

Seseorang yang jadi panutanku, dia-yang kurasa istri idaman setiap pria-ternyata berselingkuh dengan bawahannya.

Baiklah, lupakan tentang rokok, itu hak seseorang, nenekku yang berumur 70 tahun pun kecanduan rokok, tapi... Dia selingkuh... Selingkuh...

***

Semenjak kejadian itu, membuatku pulang ke rumah lebih cepat. aku masih memikirkan ini dan itu, merenung banyak hal, rasanya ada yang mengganjal di hatiku, entah apa itu...!!!

***
Sabtu pagi, biasanya aku akan tetap berangkat kerja, lembur! Sabtu ini, aku tidak ingin pergi, ingin merebahkan tubuh lebih lama dari biasanya.

Aku baru sadar, pagi ini istriku sudah tidak ada ditempat tidur bersamaku, kulihat jam menunjukkan pukul setengah lima pagi, dimanakah dia, aku bertanya dalam hati.

Istriku ternyata sedang membereskan rumah yang sungguh, seperti kapal pecah. Ku cium wangi nasi hangat dari dapur, 'oh mungkin istriku sudah masak nasi'

"Masih pagi kok sudah beres-beres?" Tanyaku. Dia terlihat terkejut melihat ku
"Sudah bangun?" Tersenyum manis (ah iya, senyumnya sungguh manis) "setiap pagi pun aku begini"

"Ada yang bisa ku bantu?" Tanyaku lagi (eh, kenapa aku menawarkan diri begini)
"Bolehkah?" Senyumnya semakin lebar dan semakin manis. Aku mengangguk.
"Tidak usah, tidur lagi saja sebentar, nanti aku bangunkan. Masuk kerja kan?"
Aku menggeleng. "Hari ini aku tidak masuk kerja"
"Tumben" gumamnya, sambil memungut satu persatu mainan yang berserakan. Aku pun berinisiatif untuk turut membantunya.
"Maafkan aku" ucapku pelan.
Dia menatapku dalam, pasti dalam hatinya penuh dengan sejuta pertanyaan.
"Maafkan aku, sayang" ku ucapkan lagi, dengan suara lebih bertenaga, sambil ku raih tangannya, ku genggam erat, kupeluk dan ku cium keningnya.
Tangisnya pun tumpah di pelukanku.

Istriku, maafkan aku, untuk semua kekacauan yang aku tanam dikeluga ini.

Istriku, maafkan aku, yang terlalu egois dan melupakanmu. Melupakan betapa manisnya dirimu, melupakan betapa tangguhnya dirimu, melupakan betapa lembutnya belaimu!

Suami dan Istri (Ketika dia tak lagi seperti yang dulu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang