Chapter 1

997 83 7
                                    

I love you. I miss you. Goodbye.

•••

Gadis cantik berdarah campuran itu terdiam lemah di atas kursi. Menggigit bibirnya, menahan isak tangis yang tertahan di tenggorokan. Kedua matanya memanas. Luapan air mata tak mampu lagi ia bendung. Liquid asin itu telah mengalir deras, membasahi pipi pualamnya, mengalir ke dagu dan jatuh tepat di atas kimono putih bermotif bunga sakura—bunga khas negeri matahari—yang melapisi tubuhnya.

"A-apa ... Hiks ... Kau akan benar-benar pergi, Charis-kun?" suaranya bergetar hebat.

"Iya, itu benar."

Tangis gadis itu semakin menjadi-jadi saat gendang telinganya menangkap jawaban yang paling ia benci. Jawaban yang paling tak ia harapkan keluar dari bibir pria itu.

Jadi, semua itu benar?

Apa sekarang dia akan pergi meninggalkannya, jauh dari pelukannya, melalang buana mengemban tugas berat sebagai abdi negara dengan taruhan nyawa?

Jika itu benar, maka semua itu sudah cukup untuk menghancurkan hati kecilnya, pecah tak berdaya menjadi ribuan keping hingga tak dapat lagi diperbaiki hanya dengan kata maaf.

Tubuhnya tersentak saat sepasang telapak tangan hangat nan besar bertengger kedua bahunya. Tangan yang selalu mampu memberikan kehangatan bagi gadis cantik itu. Mengusapnya dengan penuh kasih sayang, "Ini sudah menjadi tugasku sebagai Komandan. Aku tak bisa mengelak begitu saja dari tanggung jawab, Seungwan."

Pemilik nama lengkap Park Charis itu hanya bisa menggoreskan senyuman hangat di bibirnya, memeluk erat tubuh kekasihnya dari arah belakang dan menempelkan bibir tebalnya tepat di atas permukaan pipi sang kekasih.

"Hiks ... Hiks ... Charis-kun." kekasihnya—Son Seungwan melepaskan backhug yang pria itu berikan, bangkit dari kursi kayunya dan menghantam tubuh jangkung pria itu dengan pelukan yang tak kalah eratnya. Menangis sejadi-jadinya di atas dada bidang Charis.

"Sudahlah, jangan menangis." Charis mendorong pelan bahu mungil Seungwan, mengusap lembut air mata yang jatuh di pipi Seungwan dengan jempolnya, "Semuanya akan baik-baik saja, Seungwan. Percayalah padaku."

"Charis-kun, aku mohon-"

"Sstttt! Seungwan, kali ini dengarkan aku." Charis meletakkan jari telunjuknya tepat di depan bibir mungil gadis itu, menginterupsikan Seungwan untuk sejenak berhenti berbicara.

Karena, Charis sadar, semakin Seungwan merengek dan memohon padanya untuk tidak pergi. Semakin goyah tekad baja yang sudah ia tempa selama bertahun-tahun.

"Aku melakukan ini semua demi kau, demi kita dan demi kejayaan Jepang di masa depan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku melakukan ini semua demi kau, demi kita dan demi kejayaan Jepang di masa depan." ujar Charis dengan nada yang dibuat seceria mungkin—seolah tak membawa beban barang sedikitpun—dan inilah yang paling Seungwan benci dari Charis.

"Hiks ... Hiks ... Aku tak peduli dengan semua itu, Charis-kun!" Seungwan memekik tak terima, hatinya tak bisa tenang mendengar semua kata-kata manis yang keluar dari bibir Charis

Seungwan memukul pelan dada bidang Charis dengan kepalan tangannya, berkali-kali, sedikit terisak, "Nyawamu! Nyawamu lebih penting bagiku, Charis-kun! Aku tak peduli dengan kejayaan Jepang atau apapun itu! Hiks! Aku tidak peduli!"

"Yang penting adalah kau, Charis-kun. Hanya kau. Hiks ..."

Charis menutup pelupuk matanya saat mendengar kata demi kata yang keluar dari bibir Seungwan. Gadis yang sudah 2 tahun terakhir ini menjadi belahan jiwanya. Gadis ini begitu mengkhawatirkannya. Dia begitu mencintainya. Charis tahu akan hal itu. Tapi, ada hal lain yang harus ia jalani di luar sana. Rasa tanggung jawabnya sebagai komandan dan abdi negara jauh lebih besar daripada kebahagiaannya sendiri.

Saat ini, tanah air tercinta membutuhkan bantuannya.

"Seungwan, kau ingat apa yang aku ucapkan padamu dulu. Saat pertama kali kita meresmikan hubungan kita?"

Seungwan mengenadah, membalas tatapan hangat Charis dengan anggukan pelan.

Percayalah padaku, Seungwan. Pegang janjiku. Aku tak akan pernah mengecewakanmu.

Ya, dia ingat.

Setiap detik, kata dan tatapan yang Charis berikan waktu itu. Tepatnya 2 tahun yang lalu di depan Kuil Shrine. Tepat di hadapan para dewa. Charis menggumamkan sumpahnya.

.
.
.
.
.

To Be Continues

Beautiful Goodbye ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang