Chapter 5

265 50 1
                                    

I love you. I miss you. Goodbye.

•••

"Selamat tinggal, Seungwan!" Seulgi berteriak, melambaikan tangannya diikuti oleh Irene yang juga ikut menimpali ucapan Seulgi.

"Jaga diri baik-baik ya!" timpal Irene.

Seungwan tersenyum lebar dan melambaikan tangannya di udara, sama seperti apa yang Irene dan Seulgi lakukan sekarang. Dua hari berlalu, menghabiskan waktu bersama, sejenak melupakan hantaman badai yang mendera, kini sudah waktunya untuk mengucapkan kata selamat tinggal.

"Sampai jumpa, Seulgi, Irene! Kalau ada waktu, mampir lagi kemari!"

Seulgi mengangguk kuat, "Hm, pasti!"

Bersamaan dengan tapak kuda yang menggema, kereta kuda itu mulai bergerak, membawa Irene dan Seulgi menjauh dari kediaman Seungwan dan kemudian menghilang termakan oleh jarak yang kian membentang jauh. Seungwan tersenyum lirih. Sekali lagi, dia sendirian.

"Haah ..." Seungwan menghela nafas berat, rasanya baru kemarin dia bertemu dengan kedua sahabatnya itu. Ia menggeleng, tertawa pelan kemudian berujar, "Astaga, kenapa waktu cepat sekali berlalu ya?"

Seungwan kemudian berbalik, lebih memilih untuk menjatuhkan bokongnya pada teras rumah ketimbang masuk ke dalamnya. Lalu mengangkat wajahnya, menatap langit biru dan beberapa gumpalan awan putih yang ikut menghiasi langit. Cuaca hari ini cukup cerah, angin membelai lembut wajahnya, matahari juga tengah bersinar hangat, membuatnya teringat dengan senyum Charis yang tak kalah hangat dengan sinar matahari.

"Charis-kun, bagaimana kabarmu di luar sana?"

"Apa kau baik-baik saja? Bagaimana tidurmu? Apa nyenyak?"

"Kau selalu berhasil membuatku khawatir, Charis-kun."

Seungwan mengeluarkan semuanya, mengeluarkan semua uneg-uneg yang memenuhi kepalanya pada Sang Penguasa. Mengadu pada Tuhan, bagaimana khawatirnya ia dengan keadaan Charis di luar sana.

"Hm, tunggu dulu. Apa itu?"

Seungwan terus menatap langit, namun tatapan sendunya berubah menjadi tatapan bingung saat melihat beberapa benda aneh melayang di udara. Mirip seperti pesawat terbang tetapi dengan ukuran yang jauh lebih besar. Jauh lebih besar dari gambar-gambar pesawat terbang yang pernah Charis tunjukkan padanya dulu. Bayangkan saja, dari jarak sejauh—mungkin mencapai lebih dari beberapa belas kilometer—kedua mata gadis itu masih mampu melihatnya.

Dan jauh di atas sana, hampir seluruh penduduk kota Hiroshima hanya mengabaikannya. Masih beraktivitas seperti biasa. Tak menaruh perhatian serius dengan apa yang ada di atas langit. Sampai pesawat itu menjatuhkan buah malapetaka yang mencoret tinta hitam pada sejarah umat manusia.

Yang dapat Seungwan tangkap dengan indranya hanyalah suara gemuruh yang teramat kuat, panas yang menyengat dan cahaya yang membutakan mata. Semua terjadi begitu cepat. Tak ada satupun orang yang bisa mencegahnya. Saat Seungwan mulai menyadari apa yang terjadi, semuanya sudah jauh dari kata terlambat.

Duaar!!

Untuk yang pertama kalinya, dalam sejarah umat manusia, senjata nuklir pemusnah massal digunakan, senjata yang bertanggung jawab atas tewasnya ratusan ribu orang, merenggut nyawa hampir seluruh penduduk sipil di kota Hiroshima. Meluluh lantakkan semuanya.

Semuanya tanpa kecuali.

.
.
.
.
.

To Be Continues

Beautiful Goodbye ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang