Chapter 2

468 71 2
                                    

I love you. I miss you. Goodbye.

•••

Helaan nafas terdengar begitu berat saat kedua manik hitamnya menatap lekat pantulan bayangnya di balik kaca. Beban perasaan yang seharusnya sudah ia kubur dalam-dalam kembali menyeruak, masuk ke dalam batinnya.

Rasa takut. Perasaan yang haram untuk komandan prajurit rasakan. Sebagai salah satu komandan tinggi yang ada di militer. Tak seharusnya ia bertingkah layaknya seperti seorang pengecut di saat genting. Namun, ia tak bisa mengelak. Jauh di dalam lubuk hatinya, ia juga merasakan apa yang namanya rasa takut.

Dia tak menyangka, hari dimana ia akan mempertaruhkan seluruh hidupnya demi kejayaan negaranya telah ada di depan matanya. Besok dan seterusnya, akan menjadi hari yang menentukan bagaimana Jepang kedepannya. Perang kali ini jauh lebih besar daripada menginvasi satu daratan China.

Dan mungkin saja, besok adalah hari terakhir ia membuka matanya, hari terakhir ia melihat dunia serta hari terakhir ia bisa melihat senyum manis kekasihnya. Dan itulah yang Charis takutkan.

"Charis-kun."

Sapaan lembut itu membuyarkan lamunan Charis. Sontak ia menoleh dan mendapati kekasihnya sudah berdiri tegap di sampingnya dengan tatapan yang bingung. Astaga, bagaimana bisa ia tak menyadari kehadiran kekasihnya sendiri?

"Seungwan?"

"Kerah bajumu, sini aku rapikan." Seungwan sedikit berjinjit, bertumpu pada kekuatan kakinya, ia menjangkau kerah baju Charis yang tampak kacau. Charis tak mengeluarkan suara apapun. Ia hanya memperhatikan raut wajah Seungwan yang tampak redup dari biasanya.

Charis masih bisa melihat jejak air mata yang kini mulai mengering dan wajahnya yang tampak membengkak. Wajar saja, hampir semalaman Seungwan menangisi dirinya.

Charis merubah posisinya, bertatap muka dengan Seungwan seraya mencubit gemas kedua pipi pualam Seungwan.

"Cuawis ... Belheuntwi!"

Charis tertawa, mengucapkan kata maaf lalu melepaskan cubitan cintanya, "Kenapa kekasihku ini menggemaskan sekali, hm?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Charis tertawa, mengucapkan kata maaf lalu melepaskan cubitan cintanya, "Kenapa kekasihku ini menggemaskan sekali, hm?"

Seungwan mengusap pelan kedua pipinya yang tampak sedikit memerah lalu menggembungkan pipinya. Bukannya kapok, tindakannya ini malah membuat Charis semakin bernafsu untuk menggigit pipi gembul milik Seungwan.

"Ugh, sakit." gumam Seungwan, menatap tajam pelaku pencubitan yang sialnya memiliki kadar ketampanan di atas rata-rata pria di Jepang.

Seungwan tersenyum miring saat terlintas sebuah ide licik di dalam otaknya. Dengan jari-jari lentiknya, ia menyerang tubuh bongsor Charis dengan gelitikan. Apalagi, gadis itu tahu dimana letak titik kelemahan Charis. Mudah saja, tepat di atas permukaan perut kotak-kotaknya.

"Rasakan ini!"

"Ahahahah! Seungwan! Seungwan! Sudah! Ahahahah! Geli!"

Charis tak mampu menyembunyikan gelak tawanya saat jari-jari mungil Seungwan menari-nari di atas perutnya. Begitu juga dengan Seungwan. Charis sudah sampai pada batasnya. He can't take it anymore. Dia menarik tubuh mungil Seungwan dan mengurungnya dalam kungkungan lengan kekarnya.

Charis terkekeh pelan, menetralkan jalan nafasnya yang sempat tersendat dan mendaratkan kecupan manis di atas kepala Seungwan. Tinggi badan mereka yang cukup mencolok membuat Charis harus menundukkan tengkuk lehernya dan menurunkan sedikit punggung tegapnya guna mencapai kepala sang kekasih.

Cup!

Seungwan mengulum senyuman saat ia merasakan bibir tebal Charis mendarat di atas kepalanya. Seungwan menenggelamkan wajahnya di dada bidang Charis. Menghirup dalam aroma maskulin yang menguar dari tubuh Charis. Pria yang sangat ia cintai.

"Charis-kun." Seungwan mengangkat wajahnya, ia tersenyum, "Apa kau bisa menjanjikan 1 hal padaku?"

"Apa itu?"

"Aku tak mau tahu! Pokoknya Charis-kun harus pulang dengan selamat!"

Charis mengangkat salah satu tangannya, menyampirkan helaian rambut Seungwan di balik telinganya, "Sayang, kau tak perlu khawatir. Kekasihmu yang tampan ini komandan pasukan utama. Dia tak akan mudah dijatuhkan oleh musuh!"

"Janji?"

Charis melepaskan kungkungannya, memamerkan deretan gigi putihnya seraya menyodorkan jari kelingkingnya, "Aku bisa memegang janjiku, Son Seungwan."

Mata indah Seungwan lambat laun mulai memerah, tergenang oleh luapan air mata yang kemudian lepas, meleleh, membasahi kedua pipinya. Seungwan tak tahu harus berekspresi seperti apa lagi. Membalas sodoran jari kelingking Charis dengan melilitkan jari kelingkingnya. Menepis semua keraguan dalam hatinya.

'Kami-sama ...' untuk kesekian kalinya, tangis Seungwan kembali pecah, 'Tolong lindungi Charis-kun dimanapun ia berada.'

.
.
.
.
.

To Be Continues

Beautiful Goodbye ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang