Rani dan Sheva baru saja sampai disebuah mall terbesar kota Bandung. Mereka berdua memasuki sebuah lift mall, untuk menuju ke lantai dua dimana tempat tujuan mereka, yaitu minimarket besar yang memang terletak dilantai dua.
Lift terhenti, dan pintunya terbuka. Rani dan Sheva berjalan beriringan memasuki sebuah minimarket besar tersebut.
"Ah, mah, biar Sheva aja yang dorong." Sheva mengambil alih troli yang sudah dipegang oleh Rani.
"Engga papa?"
Sheva mengangguk, begitupun dengan Rani yang mengiyakan.
"Kamu bisa masak kan sayang?" Tanya Rani, dengan tangan yang sibuk mengambil beberapa barang belanjaan, lalu memasukkan nya kedalam troli.
"Dikit-dikit mah."
"Oke. Lagian, jaman sekarang kan sudah semakin canggih. Kamu bisa kan liat resep makanan melalui google atau youtube."
Sambil berjalan, Rani terus mengajak Sheva mengobrol.
"Iya mah. Mm.. mah? Kalo Sheva boleh tau, makanan kesukaan Kano apa yah?"
"Banyak sayang. Tapi kalo sarapan, Kano paling suka sama melted omelette."
Sheva mangut-mangut pertanda paham.
-----
Cafe.
"Gimana bro, semalem?" Jeven mengangkat alisnya, bermaksud menggoda Kano. Kano pun menatap satu persatu sahabatnya dengan tatapan tajam.
"Tai!"
"Bau dong bro!" Ujar Satria seraya terkekeh.
"Udah elah, engga usah godain Kano. Entar kalo dia marah, bisa ancur nih cafe." -Deo .
"Udah, mendingan diminum deh."
Mendengar ucapan Alex, Kano pun refleks langsung menatap kearahnya.
"Apaan No? Lo tenang aja, kita engga kasih obat itu lagi kok." Alex terkekeh pelan, seakan mengerti dengan tatapan yang diberikan oleh Kano kepadanya.
Mereka pun meraih gelasnya masing-masing, lalu mulai meneguk minuman yang mereka pesan.
Jika kalian bertanya mengapa Alex dkk tidak masuk kuliah, maka jawaban nya adalah karena mereka ada jam siang. Daripada di kampus tidak ada kerjaan, lebih baik pergi saja kumpul cafe. Bukan begitu?
Sedangkan Kano? Lelaki itu masih tidak diizinkan untuk masuk kuliah oleh Rani dan juga Dafa. Yaa, kalian tau lah alasan nya apa!
-----
"Assalamualaikum." Ujar Rani dan Sheva bersamaan, saat langkah mereka telah sampai didalam apartemen.
"Loh, kok sepi? Kano mana?"
Sheva menggeleng, pertanda tidak tahu.
"Sheva simpan ini didapur dulu yah mah. Mama duduk aja dulu, nanti Sheva buatkan minum."
Setelah mendapat anggukan dari Rani, Sheva pun segera berjalan menuju dapur untuk menyimpan barang-barang belanjaan nya.
Tidak menunggu waktu lama, Sheva datang menghampiri Rani, dengan tangan yang membawa nampan berisi minuman.
"Diminum mah." Sheva tersenyum pada Rani, dan Rani membalas senyuman menantunya itu dengan diiringi sebuah anggukan.
Sheva duduk disofa yang berhadapan dengan Rani.
"Kamu hubungin Kano gih nak, suruh pulang."
Sheva mengangguk. Ia pun meraih ponselnya yang ia simpan diatas meja, untuk segera menghubungi suaminya.
"Assalamualaikum."
"Wa'alaikumsalam."
"Kamu lagi dimana?"
"Cafe."
"Bisa pulang engga?"
"Ya."
Tut!
Kano memutuskan hubungan nya sepihak. Dan hal itu, membuat Sheva lagi-lagi menghembuskan nafasnya, lelah akan sifat Kano yang terlalu cuek dan dingin.
"Gimana?" Tanya Rani.
"Kano lagi on the way kesini mah."
"Ya sudah, kita tunggu aja. Mama minum yah."
"Oh iya mah, silahkan."
Rani meminum teh hangat yang sudah dibuatkan oleh Sheva. Sesekali, ia dan Sheva berbincang membicarakan soal Kano.
Tidak terasa karena terlalu asiknya Rani dan Sheva berbincang, suara ketukan pintu pun terdengar.
"Sheva bukakan pintu dulu mah." Sheva beranjak, lalu berjalan kearah pintu.
"No." Ia menyambut kedatangan Kano dengan senyuman tipisnya. Tangannya meraih tangan kanan Kano, lalu mencium punggung tangannya.
Kano berjalan lebih dulu meninggalkan Sheva, untuk menghampiri Rani.
"Kamu habis dari mana?"
"Cafe."
"Engga ngabarin Sheva?"
Kano menggeleng, sedangkan Rani menghembuskan nafasnya pelan.
"Lain kali, kalo mau pergi itu izin atau kabarin Sheva. Dan ingat, jangan terlalu sering tinggalkan Sheva sendiri di apartemen, bahaya. Mengerti Kano?"
Kano mengangguk singkat.
"Berhubung kamu sudah datang, mama pulang dulu." Ujar Rani seraya beranjak.
Sheva dan Kano mencium punggung tangan Rani bergantian. Sheva mengantar Rani sampai depan pintu, sedangkan Kano masih tetap pada posisinya didalam.
"Mama hati-hati yah."
"Iya sayang. Kalo terjadi apa-apa dengan kamu dan Kano, segera hubungi mama yah."
"Iya mah."
"Dah sayang.." Rani melambaikan tangannya pada Sheva, dan Sheva pun membalas nya.
Setelah pandangan matanya menangkap punggung Rani yang semakin menjauh, Sheva pun masuk kembali kedalam apartemen.
Saat Sheva berbalik sehabis menutup pintu, ia mendapati Kano yang tengah memejamkan matanya, dengan punggung yang di sandarkan pada badan sofa.
"Ka..Kano, kamu engga papa?"
Kano membuka matanya. Tatapan mata nya dingin, serta wajah nya datar.
"Ga."
"Mau aku buatkan coklat hangat, atau apa yang kamu inginkan?"
"Ga."
"At-"
"GUE BILANG GA!" Kano menatap Sheva tajam.
Sheva memejamkan matanya, setelah mendengar bentakan yang diucapkan oleh Kano. Ia tidak berani menatap Kano.
Brak!
Kano menendang meja dengan kuat, sebelum ia pergi meninggalkan Sheva.
Sheva membuka matanya, menatap sendu punggung Kano yang berjalan kearah tangga. Air matanya perlahan turun dari pelupuk matanya. Ia tidak menyangka, bahwa Kano setega ini membentak nya.
"Engga-engga! Kamu engga boleh nangis Shev! Mungkin aja Kano lagi engga mood, makanya dia marah." Sheva menghampus bercak airmata nya dengan kasar.
-----
Voment🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
Forced Marriage [SUDAH DITERBITKAN]
Novela Juvenil[TERSEDIA DI PLATFORM HINOVEL] Sebuah perjodohan yang sudah direncanakan sejak awal, oleh orangtua keduanya masing-masing. Pada masa remaja mereka, mereka harus bisa menerima sebuah perjodohan dan merasakan hidup menjadi sepasang suami-istri dimasa...