8-Obsesi

182 32 1
                                    

Mencari pengganti bukanlah caraku melupakanmu. Namun, jika ada yang lebih baik, mengapa harus melulu memikirkan yang sudah lalu?

-Afwan

Afwan masih mengingat dengan jelas gadis bermata coklat yang beberapa hari ini terus memenuhi isi kepalanya. Hanya tiga kali pertemuan dan satu kali tatap muka membuat Afwan selalu penasaran tentang siapa gadis itu.

Afwan terus mengucek-ngucek matanya sambil sesekali menguap saat memandangi barisan ibu-ibu senam dari dalam mobilnya. Semalam Afwan hanya memakai tiga jam waktunya untuk tidur, sebelumnya dia gunakan untuk mengerjakan tugas sekolah dan menyelesaikan sebuah cerita dari novel thriller favoritnya.

Suara musik yang sedari tadi berdendang pun telah berhenti, satu per-satu orang mulai meninggalkan tempat itu.

"Ayo pulang fan, tadi gadis pelatih senam itu nggak dateng," ucap Wedya secara tiba-tiba saat membuka pintu mobil.

"Ya udah lah Mi."

"Unch, kok jadi badmood gitu sih. Kamu beneran suka ya sama gadis itu?" tanya Wedya dengan tatapan mengintimidasi.

"Apaan sih mam, Afwan kan udah bilang kalo cewek itu ngedance-nya bagus, makanya Afwan pengen kenal, siapa tau bisa belajar sama dia," jelas Afwan yang langsung dibalas oh ria oleh Wedya.

Afwan pun mulai menjalankan mobilnya dengan melambat. Entah mengapa sekarang dia merasa sangat malas, padahal tadi pagi dia kelihatan bersemangat mengantar maminya karena berharap bisa bertemu dengan gadis itu. Ya, mengingat bahwa Afwan telah menunggu waktu hari ini sejak seminggu yang lalu.

***

Di tempat lain, Erlin sudah beberapa kali mengetuk pintu rumah Salwa namun tidak ada sahutan. Erlin juga sudah mencoba untuk menghubungi cewek itu namun hanya terdengar suara panggilan berdering tanpa ada jawaban. Erlin hampir putus asa dan ingin kembali pulang ke rumah saja.

Ceklek..

Mendengar suara pintu terbuka, Erlin langsung memutar tubuhnya dan bernafas lega saat mendapati Salwa yang berdiri jenjang di ambang pintu.

"Heuh, lo dari mana aja sih? Gue udah ketuk pintu lo ribuan kali sampe tangan gue mau keriting nih," ketus Erlin pada cewek yang masih berpakaian baby doll di depannya itu.

"Santai deh, abis bantuin ibu masak nih. Masuk yuk, sarapan bareng." Salwa menawarkan pada sepupunya itu dan dibalas gelengan olehnya, "Enggak, gue kesini bukan untuk itu."

"Terus?"

"Ajarin gue jadi fangirl dong!"

Salwa tersentak sesaat, matanya memelotot tanda keheranan, "Becanda ya?" tanyanya sambil tersenyum kikuk pada Erlin. Bagaimana tidak heran, Salwa sudah sangat tau kalau Erlin adalah manusia yang sangat anti Korea, bahkan sejak dia masih kecil.

"Gue serius," jawab Erlin dengan mantap, wajahnya pun terlihat bersungguh-sungguh.

"Ya udah, masuk dulu. Mungkin lo lagi kepanasan makanya jadi halu gini kan?" cerca Salwa sambil menarik tangan Erlin dan membawanya masuk kedalam rumah.

"Apa gue sebegitu dosanya sampe lo nggak mau ngajarin gue jadi k-popers," balas Erlin sambil merunduk lesu.

"Bukan Er, tapi kesukaan seseorang itu nggak bisa dipaksa. Kalo emang suka ya suka, dan kalo emang benci ya benci."

"Please Sal, dulu gue benci sama Korea itu karna emang gue nggak pernah mau kenal. Kalo gue kenal pasti gue bisa jadi fangirl kayak lo, kan?" kontra Erlin pada cewek itu.

FANBOY SARUNGAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang