1. Pdkt

4.7K 413 67
                                    

Gue menoleh ke jok belakang mobil, ada baju ganti punya temen gue di sana. Tadi dia pesen supaya bajunya dianter ke rumah, cuma... dih apaan? Dikata gue babunya dia apa ya?

Tapi... kan amanat yaak.
Terus apa tadi katanya? Adeknya di rumah sendiri.
Mantap sekali boss!

Gue udah lama banget ngincer adeknya, cuma gak berani bilang, gak berani nyatain, cuma bisa curcol-curcol yang dianggep guyon.

Gue masih diam di parkiran sebuah resto, bingung bakalan kaya gimana. Iseng-iseng berhadiah aja apa yak? Kali aja untuk pertama kalinya gue bisa main sama dia. Hehehehe!

Memundurkan mobil, gue langsung mengarahkannya ke rumah sahabat yang sudah sangat gue hafal ini.

Hanya butuh waktu 20 menit, gue sampai. Gak pake lama, gue turun dari mobil, membawa semua perabotan lenong dan baju ganti Kalya untuk dipulangin.

"Assalammualaikum!" Seru gue sambil mengetuk pintu.

"Kumsalam!" Gue mendengar sautan dari dalam. Dan sial... gue kok gemeteran gini yak??

Tak berapa lama pintu dibuka, Keira (adeknya Kalya, sahabat gue) berdiri di hadapan gue, ia tersenyum dan gue membalas senyumnya.

"Kak Kalyanya gak ada, Kak Vino! Tadi pergi." Ucapnya.

"Iya, kan tadi aku yang jemput!"

"Oh iya, lupa! Hehehe!"

"Ini, mau anterin barang-barangnya Kalya!" Gue menyerahkan barang yang sedari tadi gue jinjing ini.

"Ohhh, makasih! Kakaknya mana, Kak?"

"Kencan dia! Sama cowok!"

"Cowok betulan?"

"Ya masa siluman musuhnya biksu Thong?!"

"Ya maksudnya kan... sejak Kak Nendra nikah si Kakak jadi aneh!"

"Ehmm auus!"

"Oh iya hahaha ayok masuk kak!" Ajaknya.

Gue senyum kemudian masuk ke rumah yang sudah akrab dengan gue sejak kuliah dulu.

Duduk di sofa, gue menunggu karena Keira berjalan masuk ke dalam rumah. Mungkin buat ambilin minum, atau juga buat naro perabotannya Kalya.

Sekitar 3 menit, Keira kembali tidak dengan tangan kosong. Ketika ia meletakkan di meja, gue bisa melihat ada teh terisi di dua cangkir tersebut, lengkap dengan setoples biskuit.

"Ini anget, panas atau melepuh?" Tanya gue.

"Air dari termos sih kak, kayanya anget deh, gak diicip soalnya."

"Okee!"

Mengambil satu cangkir, gue merasakan hangat di dindingnya. Sehangat senyuman cewek di seberang gue ini. Duhh yaoloh, kalo bukan adeknya Kalya, udah gue culik ini cewek.

"Anget!" Kata gue sambil menyesap kembali teh manis ini.

"Kak Kalya beneran kencan sama cowok?" Tanya Keira, asli dah ya tuhan, suaranya si Keira ini adem banget, omaygot! Beda banget ama si Kalya yang kaya tong rombeng berisik gak jelas.

Tipe kaya Kalya itu asik dijadiin sahabat karena rame, tipe kaya Keira gini, mantap dijadiim cem-ceman.

"Iyaa, shock banget gitu, kenapa?"

"Gak apa-apa sih, hehehe cuma ya... bagus lah, ada kemajuan."

Ponsel di saku celana gue berbenting, satu notifikasi masuk. Gue mengambilnya, kemudian membaca.

Damar:
Di mana?
Kumpul rumah Rifan gak?

Me:
Skip!
Gue lagi usaha

DESTINASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang