satu

474 68 88
                                    

"Ca,"

"Ca!"

"Oca!"

"OCHA ICHITAN! NENGOK DONG WOI!" Mark menekuk bibirnya kesal, melihat Oca yang terlalu asyik bermain game di ponsel miliknya hingga mengabaikan panggilannya sejak tadi.

"Apaan? Ganggu aja lo," sahut Oca.

"Sisa ayam gorengnya buat gue, ya."

"Enak aja. Lo udah makan bagian lo. Ini buat gue semua," balas Oca sembari melayangkan pukulan pada lengan Mark yang hampir saja mencomot ayam KFC miliknya. Oca lantas meletakkan ponsel Mark sembarangan dan melahap habis ayam bagiannya.

"Mark, masi laper."

"Gue juga, nih. Keluar cari nasi goreng mau?" tawar Mark.

"Meluncur!"

Sekarang sudah hampir pukul delapan malam. Tetapi coba lihat, bagaimana kedua sejoli itu masih kelayapan diluar rumah hanya untuk mencari makanan. Sedangkan besok, keduanya harus menghadapi ujian akhir semester.

Omong-omong tentang Mark dan Oca, mereka ini memiliki banyak kesamaan. Sama-sama maruk, bicara suka ceplas-ceplos, hobi mengumpat, jarang tidak mencontek.

Pokoknya ya, mereka itu bagai pinang di belah dua. Meski bukan saudara, tetangga, anak teman orangtua pun juga bukan, tetapi mereka bertingkah seolah mereka adalah saudara kembar yang memiliki insting kuat satu sama lain.

Penyebab mereka bisa sedekat ini, karena sewaktu sekolah menengah pertama kelas delapan akhir,  Mark masuk menjadi murid pindahan di sekolah Oca. Mark diberikan kesempatan untuk bebas memilih teman sebangkunya dengan melihat nama-nama yang tertulis di buku absensi kelas.

Mark yang masih lugu, hanya sebatas mencari sebuah nama yang dirasanya keren. Dan nama yang terpilih adalah nama Oca, yaitu Azka Righard. Lalu setelah itu mereka menjadi teman satu meja dan ternyata keduanya sama-sama merasa nyaman.

Selain itu, Mark bisa cepat dekat dan merasa nyambung dengan Oca karena Oca bisa bermain sepakbola dan ahli dalam memainkan seruling atau recorder. Dua poin itu yang membuat Mark kagum dan bangga seperti bapak-bapak, eh nggak. Pokoknya, Mark takjub aja gitu sama orang yang bisa main recorder tanpa ada titik lemahnya kayak Oca. Sepele banget emang. Nggak tahu juga deh sama jalan pikiran Mark.

Lalu kenapa nama Azka bisa dipanggil Oca? Padahal beda jauh, nggak ada korelasinya sama sekali.

Awal mulanya, karena teman pertama dan terdekatnya Mark adalah Oca, cowok itu mulai berani bertanya hal-hal yang remeh dan sebenarnya tidak perlu ditanyaka. Mark dulu bertanya kenapa bisa seorang cewek dinamakan Azka Righard, yang jika didengar sekilas pun orang-orang akan langsung beranggapan bahwa pemilik namanya seorang laki-laki. Padahal mah, terserah bokap-nyokap aja mau namain kayak gimana. Yang penting kan artinya, ya gak?

Sebenarnya dulu Oca dipanggil Azka. Tapi, cuma gara-gara Mark setiap main ke rumah Oca sering dengar bundanya Oca ngobrolin tentang teh Ocha yang bisa bikin langsing.

Langsung aja Mark ganti panggilan Azka jadi Oca.

Oca sama bunda juga ga keberatan, malah bunda seneng solanya nama anaknya jadi beneran nama cewek.

Udah ah.

Setelah menghabiskan masing-masing satu porsi nasi goreng, Mark dan Oca pulang ke rumah. Rumah Oca.

"Bunda, Mark ijin nginep sini ya!" teriak Mark tanpa menunggu jawaban dari Bundanya Oca. Cowok itu kini telah berada dalam posisi paling pewe untuknya yaitu, goleran di sofa depan televisi.

"Bunda udah tidur lah Mark, dasar."

"Hehe." Mark nyengir. "Om udah pulang?"

Oca menggeleng, dia menyerahkan kunci pintu ke Mark. "Belum. Kayaknya sih sebentar lagi. Lo yang bukain pintu, ya."

"Mau tidur?"

"Iya."

"Eh belajar dulu, besok ujian matematika woi!"

"Oiya!" Oca menepuk keningnya. "Yaudah, nanti gue belajar di alam mimpi! Night Mark!"

"Yaudah, nanti belajar bareng di alam mimpi! Night too teh olong."

ini cheesy banget yak :'(gapapa, sekali-kali lah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ini cheesy banget yak :'(
gapapa, sekali-kali lah

©cippocip

weird •mark leeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang