tiga

229 45 64
                                    

"Oca, habis ini belanja ya," teriak bunda dari dapur.

"hmm."

"Oca denger nggak? Punya telinga to?"

"IYA BUN IYA, OCA DENGER KOK BUNDA AJA YANG ANU."

Oca terus ngeletakin handphone, ngambil cardigan abu-abu, terus pergi ke pasar naik motor matic nya.

Seperti biasanya, Oca langsung ke pedagang sayur ter-komplit langganan. "Dapet diskon nggak nih bu?" canda Oca

"Waduh Oca, kalau kesini minta diskon terus." Ibu pedagang itu ketawa, "Ya saya korting deh, tapi jangan nge-bon."

"Ahaha, oke bu. Lagian kapan coba saya pernah nge-bon disini." Habis ngejawab gitu, Oca merogoh saku celananya. Panik.

what the f--gue ga bawa dompet!

"Em, anu bu—"

"Berapa bu?" ucap seseorang

"Rp.35.000."

Felix menyodorkan dua lembar uang duapuluh ribuan. "Lima ribunya timun yah bu."

Setelah membayarkan belanjaan Oca, Felix berlalu begitu saja seperti orang tidak pernah kenal.

"Woi sat!" Oca nabok punggung Felix, mengembalikan uang Rp.35.000.

Tapi Felix malah masukin kedua telapak tangannya ke kantong celana, alias ga mau nerima.

"Kalau dibalikin, nanti gak jadi belanja gimana dong?" katanya enteng

Oca kalau ketemu anak satu ini bawaannya pingin nyakar. Tapi Oca kan sabar. Jadi dia ngeletakin uangnya ke tanah terus meninggalkan Felix yang lagi menatap Oca tidak percaya.

line!

Mark
long, dimana

Oca
kesini lur, di pasar
bawa uang ya

Sekitar 5 menitan, deru motor khas milik Mark terdengar. Mark langsung nyamperin Oca.

"Lupa dompet pasti?"

Oca ngangguk. "Iya. Kuylah temenin."

Pas mau nyabrang balik lagi ke pasar, ada motor lewat cepet banget. Mark ngelihat ada seorang anak juga mau nyabrang tapi—

sret.

Mark menarik anak itu. "Gapapa?" tanya Mark

"Iya."

"Itu lutut berdarah."

"Oh-nggak pa-pa. Makasih kak!"

Oca nyamper mereka berdua, "Gapapa kan?"

"Kamu juga gapapa?" pertanyaan dari Oca itu ditujukan untuk anak perempuan kurus dengan luka di lututnya. "Siku kamu juga lebam—"

Dia langsung memukul telapak Oca, setelah itu berlari ke arah yang berlawanan.

"Hah, kenapa coba? Btw, lo gapapa kan Mark?"

"Nggak. Udah yuk,"

Akhirnya Mark sama Oca belanja di pasar beli sayur sama jajanan pasar. Oca paling suka kue jaring laba-laba. Makannya dia beli sepuluh ribu.

"Waduh, mau dimakan berdua ya? Romantis nih," ucap si bapak tiba-tiba.

"Enggak lah pak. Saya mana mau berbagi makanan."

"Kalau bagi hati lo ke gue, mau?" suara Felix mengagetkan dua insan yang sedang asyik mengobrol itu.

"Gausah kaget gitu, nih es cincau. Masih suka kan?" Felix menaruh kantong plastik itu ke tangan Oca, mengacak rambutnya, lalu pergi tanpa pamit.

Melihat punggung Felix yang menjauh itu, membuat tangan Oca terkepal. Oh, jangan lupakan ekspresi khawatir dari Mark. "Brengsek."

©cipocip

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

©cipocip

weird •mark leeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang