lima

185 38 60
                                    

"Pa," Mark membangunkan ayahnya yang lagi-lagi tertidur di sofa. "Pah, pindah ke kamar aja. Dingin."

Jackson Lee—papa Mark, menggeliat baru setelahnya duduk. "Udah pulang?"

"Iya, dari rumah Oca. Papa nggak bilang sih kalau mau balik hari ini," Mark lalu menyeduhkan the hangat untuk Jackson.

"Gimana sekolah kamu?"

"Baik pah."

"Oca?"

"Baik juga."

"Maksud papah—status kamu sama Oca?"

Mark tersedak liurnya sendiri lalu tertawa canggung. "Apa sih papa ini."

"Awas loh direbut." canda Jackson membuat Mark ngedumel, kenapa coba papahnya ini bertingkah kaya anak muda millennial subscriber Atta Petir.

Jackson terkekeh lantas memeluk bocah kelahiran bulan Agustus itu. 

"Kenapa pah?"

"Kangen, hehe. Kamu mau makan?" tawar Jackson.

Mark menoleh ke jam dinding, pukul sembilan lebih tiga puluh malam. Menawar juga pada perutnya yang telah diisi dengan berbagai makanan delivery bersama Oca tadi.

"Udah kenyang ya? Dih dasar kalau main sama Oca makan mulu." Gerutu Jackson

"Masih muat kok pah."

"Yaudah, cilok tempat temen papa aja mau?"

Udara malam hari yang amat Mark sukai hari ini terhirup menyenangkan. Pasalnya, Jackson pulang setelah satu bulan dinas di luar kota dan akan menetap dengannya juga selama satu bulan kedepan.

Terlihat Jackson ber-highfive dengan Bambam, pemilik restoran elit tapi isinya jajanan sekolah semua. Cilok, siomay, kue pukis, es gabus, sampai es goreng masih di produksi disana.

Bambam membuat restoran seperti itu karena waktu seumuran Mark, teman-temannya mengeluh kenapa makanan jaman sekolah dasar sudah jarang dijual.

Iya aneh. Jackson dan teman-temannya sangat aneh. Makannya nurun ke Mark yang weird banget ini.

Tanpa disangka, Mark malah bertemu dengan Felix. Ah, hancur sudah moodnya.

"Yo bro!" sapa Felix

"Kemarin habis jotos-jotosan masih sempat sokap sama gue?"

"Jotos-jotosan gimana? Berantem gitu?" Jackson tiba-tiba muncul dari belakang. Felix auto salim bikin Mark berdecih.

"Temen?"

"Musuh."-Mark  "Musuh om."-Felix

Jackson ketawa, "Iya-iya. Tapi berantemnya dilanjutin besok aja."

"Yuk lix, makan bareng dulu?"

"Enggak om,makasih. Saya mau duluan, ada urusan." Ujar Felix lalu menghilang begitu cepat.

Baru saja Jackson duduk, ada seorang waiter datang membawakan pesanan untuk keluarga kecil itu. "Jackson?"

"Kamu?"

Sedangkan Mark toleh kanan-kiri bingung. Waiters perempuan itu tertawa lalu duduk di depan Mark—samping Jackson—setelah dipersilahkan oleh papanya.

"Ini Lee Yura, Mark. Temen papa sekaligus calon—ehm ibu baru kamu."

29 May©cippocip

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

29 May
©cippocip

weird •mark leeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang