dua

306 52 104
                                    

Kantin sekolah mendadak senyap karena kehadiran kakak kelas di pojokan. Gengnya Felix, anak kelas duabelas.

Mereka lagi ngerokok disana, bersikap acuh selerti tanpa dosa. Oca sih lihat ada komdis osis disana, tapi mereka nggak berani ngapa-ngapain.

Oca bukan pahlawan, jadi dia juga diem aja ngelanjutin makan baksonya. Padahal dadanya udah sesek aja dari tadi.

"Ca? Lo gapaoa?" teman Oca yang bernama Jia itu memastikan.

"Gapapa."

Mark sambil makan ngalihin pandangannya ke Oca, nyodorin botol air mineralnya. Mark hafal banget sama Oca yang nggak kuat dengan bau asap rokok. Makannya dia lantas berkata, "baksonya gausah dihabisin. Minum, terus cabut yuk?"

"Gak, bakso gue masih banyak. Goceng ini, sayang banget."

"Asma lo bisa kambuh, Ca."

Oca menjulurkan lidahnya tidak peduli dan tetap melanjutkan aktifitas makannya. Eh, tahunya dia batuk-batuk sampai keselek. "Uh, sial."

"Udah, lo berdua cabut aja sana," kata Jia prihatin.

Akhirnya Oca dituntun sama Mark keluar dari kantin. Pas ngelewatin geng keramatnya Felix, Oca refleks batuk. Karena memang dari sanalah sumber asapnya.

"Eh, kenapa nih? Nggak kuat sama asap rokok ya?" celetuk Bangchan yang sudah berniat memadamkan rokoknya.

"Alah, apaan. Gue aja suka liat itu bocah mangkal sambil rokok sama temen-temennya," respon Hyunjin. "Apalagi yang cewek, tuh. Waktu di acaranya Felix dulu, gue lihat dia mabuk parah. Masa minum berani, tapi nggak kuat sama rokok?"

"Bacot lo semua. Sialan," marah Mark

Felix tersenyum miring mendengar respon Mark terhadap celotehan temannya. Felix kemudian berkata, "temuin gue, sepulang sekolah di rooftop."

Cowok dengan tindik di telinganya itu langsung beranjak dari duduknya. Sengaja menabrak bahu Mark. Tapi kemudian memutar badanya lagi, menoleh pada Oca.

Felix melembar putung rokoknya yang masih menyala itu sembarangan. Dan ternyata mengenai lengan seragam Oca, meninggalkan lubang kecil disana.

Oca mengerutkan alisnya dengan wajah masam. "Heh bangsat, mau lo apa, sih?!"

Siapa suruh membangunkan singa?

Felix lagi-lagi hanya tersenyum miring. Cowok itu menundukkan kepalanya untuk menyejajarkan pandangan matanya dengan Oca.

Kemudian Felix mengusap rambut Oca dan berkata, "lo mau jadi pacar gue?"

BUGH!

"Bacot!" umpat Mark setelah berhasil melayangkan pukulannya mengenai rahang Felix.

Felix mengusap pipi nya pelan, terkekeh. Kemudian melambaikan tangan pada Mark. "Jangan lupa, pulang sekolah, di rooftop."

💌

"Eh tolol! Lu beneran dateng tadi ke rooftop?" Oca panik dong pas Mark nge-gedor pintu rumahnya terus waktu dibukain dia limbung.

Pipinya lebam sama bibirnya sobek. Udah untung cuma itu, biasanya kalau berurusan sama Felix bakal ada satu tulang patah.

"Gue udah bilang nggak usah diladenin, Mark! Batu ah!"

Oca bergerak cepat membungkus es batu didalam kain, baru setelah itu menempelkannya di pipi Mark.

"Perih, Ca."

"Makannya lo tuh kenapa harus cari masalah sama Felix segala, sih?" omel Oca. "Udah, cuma ini? Gak ada yang bengkak lainnya, kan?"

Mark menggeleng.

"Kedepannya, sama gue terus ya, Ca," kata Mark

"Hah?"

"Gue takut lo kenapa-napa."

"Hah, apaan sih? Aneh banget. Nggak bakal ada yang berani macem-macem sama gue, kali."

"Tetep aja, gue takut, Ca."

©cippocip

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

©cippocip

weird •mark leeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang