Hai.. Penulis amatiran ini akan membagikan sedikit kisah.
Jangan lupa vote&komen yah
Selamat membaca:)"Sepertinya aku terlalu bersemangat" Aku memasuki salah satu kelas di sekolah yang baru pertama kali kudatangi. Ya memang benar, Aku adalah siswa baru.
"Selamat pagi" sapa seseorang yang baru saja memasuki ruangan ini.
"Mmm.. pa..pagi" Aku sedikit gugup.
Gadis itu menatapku sebentar lalu melanjutkan langkahnya menuju tempat duduknya untuk meletakkan tas kemudian ia berlari keluar kelas, meninggalkanku sendirian.Drrtt
Hpku bergetar."Hei, tak perlu gugup. Bukankah kau sudah sering menjadi siswa baru"
pesan yang kuterima dari sahabatku di sekolah yang lama, sepertinya ia tahu apa yang sedang aku rasakan saat ini.
Benar, aku sudah sering mengalami hal ini. Ibuku seorang pekerja yang harus berpindah tempat dari waktu ke waktu dan mau tak mau aku harus ikut dengannya. Tapi ini berbeda, kali ini Aku tidak pindah karena ikut dengan ibu melainkan karena kakakku yang memaksa agar aku menemaninya tinggal di kota besar ini.
***
Kulirik jam di tanganku dan dapat kulihat jelas jarum jam menunjukkan pukul 07.20. Pelajaran akan segera dimulai dan para siswa mulai memasuki kelas, mereka menatapku heran.
"Kring..Kring" bel berbunyi.
Seorang wanita memasuki kelas dan orang itu adalah seorang guru.
"Selamat pagi anak-anak."
"Selamat pagi bu" jawab semua siswa serentak.
"Baik. sebelum memulai pelajaran hari ini, ibu akan memperkenalkan seorang siswa baru dan sepertinya kalian sudah melihatnya." Guru itu memandangku.
"Hei nak, silahkan maju ke depan" panggil guru yang ada di depan. Aku maju ke depan, dapat dilihat dari raut wajahku bahwa aku sedang gugup.
"Silahkan perkenalkan namamu"
"Selamat pagi teman-teman. Perkenalkan namaku Zahra Alexa, Aku pindahan dari SMP Sakura Bandung. Aku harap kita semua bisa menjadi teman baik". Seketika, siswa laki-laki di dalam kelas langsung membuat keributan, ada bersiul-siul, ada juga yang meminta nomorku. Sepertinya mereka senang karna hari ini mereka kedatangan teman baru.
"Zahra, tempat duduk di sebelahku masih kosong. Kalau kamu mau, kamu boleh duduk disini" gadis yang tadi menyapaku.
"Eh..iya, terima kasih". Aku melangkahkan kaki ke tempat duduk di samping gadis itu.
"Perkenalkan, namaku Enjel. Aku ketua kelas di kelas ini"
"Hai.." hanya itu yang bisa kuucapkan.
"Anak-anak, kita lanjutkan materi kita minggu lalu. Naikkan buku kalian" sepertinya Enjel ingin bercerita banyak denganku tapi guru di depan itu sangat tidak mengerti.
***
Di sekolah ini, di SMP Cemara, aku mendapatkan banyak teman baru. Oh iya, aku lupa mengatakan bahwa sekarang aku duduk di bangku kelas 3 smp, tepatnya kelas 3-2. Dan satu hal lagi, di samping SMP Cemara, terdapat SMA Cemara yang masih satu yayasan. Kelasku berada di lantai 3 gedung 1, sesuai urutan kelas, kelas 1 di lantai 1, kelas 2 di lantai 2, begitupun dengan kelasku.
Satu semester berlalu, aku sudah akrab dengan siswa-siswi yang sekelas denganku. Aku juga mulai berteman dengan siswa/i dari kelas lain walaupun hanya beberapa. Aku berteman dekat dengan Enjel dan Elvi. Kami selalu bersama-sama, ke kantin, ke perpustakaan, bahkan ke wc pun kami selalu pergi bersama (hehe).
***
"Enjel, aku ingin pergi ke wc. Bisakah kamu ikut denganku?" Ajakku yang sedari tadi ingin membuang air yang sudah tidak berguna dari tubuhku ini.
"Tentu, Elvi ikutlah dengan kami" Enjel mengajak Elvi yang tengah asik membaca novel.
"Huh.. Kalian selalu saja menggangguku, aku baru saja mulai membaca novel ini" gerutu Elvi yang mengikuti kami dari belakang.
"Ini sudah 2 hari semenjak wc di gedung 1 mengalami masalah tapi pihak sekolah belum juga memperbaikinya" keluhku yang kelelahan menuruni tangga, belum lagi perjalan menuju gedung 2.
"Bukankah ini justru menyenangkan, kita bisa melihat kakak-kakak SMA yang tampan-tampan itu" ucap Enjel yang malah memanfaatkan kesempatan ini untuk memuaskan matanya memandang anak SMA di gedung 2.
Hanya butuh beberapa menit, kami sudah melangkahkan kaki untuk kembali ke kelas.
"Hei.. tungguin Aku dong" Aku berteriak pada Enjel dan Elvi yang meninggalkanku di belakang.
"Kamu gimana sih? sebentar lagi bel berbunyi. Makanya kalo jalan gak usah kayak pengantin" Elvi menoleh sebentar kemudian melanjutkan langkahnya.
"Woii" teriak seseorang dari belakang, Aku segera menoleh dan mendapati seorang laki-laki dengan baju putih dan celana abu-abu, dia benar-benar keren. Aku mematung menunjukkan raut muka kebingungan.
"Kamu dapat salam tuh, dari.." Ia menunjuk ke depan kelas yang tak lain adalah kelasnya sendiri dan mataku refleks mengikuti arah jari telunjuknya itu namun tidak ada seorang pun disana.
"Cih.. tu anak malah kabur" ucap laki-laki itu.
Kring..Kring...
'Astaga, bel berbunyi. Aku harus segera kembali ke kelas' batinku, aku pergi meninggal anak SMA itu tanpa sempat berpamitan.
Di depan kelas, Aku lega karena guru yang sangat pemarah itu belum masuk. Aku mengatur napasnya yang masih terengah-engah karena berlari kemudian kulangkahkan kakiku menuju tempat dudukku di samping Enjel.
"Jel, kamu dapet salam tuh dari anak gedung sebelah" Aku berbohong.
"Benarkah? Siapa?" Enjel menunjukkan wajah penasarannya.
"Aku gak tau, soalnya yang bilang itu temannya dan si pemberi salam itu malah kabur"
"Kamu gak nanya namanya gitu?" Elvi juga penasaran.
"Dih..Aku? nanya namanya? Kurang kerjaan banget" Aku tak peduli siapa nama orang itu.
Enjel dan Elvi sepertinya akan segera mengeluarkan ocehannya, namun Bu Tika segera memasuki kelas. Apakah aku harus berterima kasih pada bu Tika yang sudah menyelamatkanku dari ocehan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zahra Alexa
Teen FictionIni tentang Zahra Alexa yang tanpa lelah mengejar seorang Andra. "Seberapapun kak Andra ngecewain aku, aku tetap ada di belakang kakak dan menunggu kakak untuk menoleh dan melihatku" Zahra Alexa *** "Itu masalah kak Andra, Sekarang Aku sudah berubah...