NYC, 7:00pm // BFort Penthouse
Theo pulang ke penthousenya dengan keadaan yang cukup berantakan. Wajahnya juga menunjukkan bahwa dirinya cukup lelah.
Saat ia tiba, dia melihat Belle sedang memasak sesuatu. Harum masakannya juga membuat Theo lapar.
Theo mendekati Belle lalu berdiri di belakangnya tanpa mengeluarkan suara apapun. Saat Belle membalikkan tubuhnya, dia dikejutkan oleh kehadiran Theo.
"Oh, ka-kau sudah pulang. Ke-kebetulan aku sudah selesai memasak. Bersihkanlah dirimu lalu kembali untuk makan malam." ujar Belle setengah gugup.
Theo hanya tersenyum kecil. "Peluk aku, Belle." pintanya.
Belle menatapnya dengan kikuk. "A-apa maksudmu?"
Karena tak kunjung memeluknya, Theo langsung menarik tangan Belle lalu membawanya ke dalam sebuah pelukan.
Nyaman, adalah perasaan mereka sekarang.
"Ma-makanannya akan segera dingin." Perkataan Belle merusak suasana saat itu. Theo berdecak pelan lalu pergi dari hadapannya.
Setelah kepergian Theo, Belle langsung meletakkan telapak tangannya di dada untuk merasakan detak jantungnya sendiri. Detakannya begitu cepat dan keras.
"Astaga." gumam Belle lirih.
***
Tak lama kemudian, Theo kembali untuk makan malam. Pria itu mengambil tempat di depan Belle sehingga membuat Belle bisa melihatnya dengan jelas.
Makan malam itu berlangsung dengan keheningan. Tidak ada yang membuka suara, dan malah saling memperhatikan satu sama lain.
Belle selesai makan duluan lalu menatap Theo. Tiba-tiba dahinya berkerut.
"Ada apa dengan pipimu, Sebastian?" tanya Belle, tak bisa menyembunyikan nada khawatirnya karena melihat luka di pipi Theo.
Theo terdiam lalu menatap Belle. Theo membenci nama Sebastian. Tapi kenapa saat nama itu disuarakan oleh Belle malah membuatnya merasa senang?
"Ditampar." jawab Theo seadanya.
"Yaampun." ujar Belle lalu berdiri dan berjalan entah kemana. Theo menatapnya bingung melihat kepergian Belle.
Wanita itu kembali dengan salep di genggamannya, lalu mengambil tempat di sebelah Theo. Theo yang baru selesai makan langsung menatapnya.
Belle mengeluarkan isi salep itu ke jari telunjuknya. Ia meraih tengkuk Theo agar bisa lebih mudah untuk mengaplikasikan salep itu.
Tatapan mereka beradu lalu Belle langsung beralih pada luka Theo.
Dengan serius Belle mengolesi salep itu lembut dan perlahan seakan-akan kulit Theo adalah hal yang paling sensitif yang pernah ada. Sedangkan Theo hanya diam dan menikmati perlakuan Belle.
"Kau harus lebih berhati-hati, Sebastian. Saat ini banyak orang yang memiliki niat jahat." ujar Belle setelah mengolesi salep di wajah Theo.
Sejujurnya, Belle sangat ingin bertanya siapa yang menampar Theo. Tapi niat bertanya itu diurungkannya karena Belle tahu dia bukan siapapun untuk ikut campur pada masalah Theo. Yang bisa ia lakukan hanyalah menasehati pria itu agar lebih berhati-hati.
"Apa kau termasuk di banyak orang itu?" tanya Theo tiba-tiba. Belle terdiam sejenak lalu tersenyum kecil.
"Aku tidak bisa berkata bahwa aku punya niat jahat padamu. Tapi aku juga tidak bisa berkata bahwa aku tidak punya niat jahat. Karena semua orang, kau dan aku, pasti punya sisi jahat masing-masing." jawab Belle.
KAMU SEDANG MEMBACA
Billionaire's Doctor
General Fiction[18+] *** Orabelle Harlow, seorang dokter anak yang menarik perhatian seorang CEO Beaufort Corporation, Theodore Sebastian Beaufort. Menyetujui program baru dari rumah sakit tempat ia bekerja dulu ternyata membawa Orabelle pada takdir yang menu...