Si Senja yang Nakal

92 7 1
                                    

Sekelebat tiba-tiba perkataanmu membangunkan ku dari penantian ini

"Pergilah! Aku tak menginginkan mu lagi!"

Perkataan itu sudah ku dengarkan lima tahun yang lalu ntah bagaimana caranya kenapa aku sampai selama itu menunggu mu, mungkin karna MIMPI yang sudah kita rangkai sedemikian rupa di pantai dengan hiasan langit warna jingga kemerahan sehingga jika di ingat kembali itu adalah mimpi yang sangat sempurna.

Maafkan aku jika terkadang aku merindukan hal itu tanpa seizin mu

Kepergianmu yang begitu lama memberikan serum kepedihan, aku ingin melupakan tapi tak bisa sekalipun itu aku sudah berusaha membenturkan kepala ku di baja.

Ku mohon jangan salahkan aku jika aku tak bisa melupakan mu. Wajar saja karna pemberian yang kau pernah berikan masih tersimpan rapi di saku celanaku, yah benda kecil itu yang selalu mengingatkan ku pada mu, benda yang meyerupai gelang yang kau buat saat MOS menggunakan benang nilon dan untaian manik-manik yang menambah keindahan gelang itu. Aku tak punya kekuatan untuk sekedar membuang gelang itu walaupun kau paksa aku dengan pukulan besi karna beberapa kekuatanku telah ku pakai untuk menantimu.

Sering ku duduk glongsor di pantai sambil menunggu si jingga kemerahan itu datang, yah senja. Sadar tak sadar aku benar-benar melakukan hal itu.

Bisakah kau datang sebentar kemari? Sekedar menebar senyuman dan berkata HAY?

Atau bahkan lebih lama? Sekitar sejam dua jam? Aku akan membuatkan kopi hitam kesukaan mu dan bercerita tentang kehidupan setelah pergi dariku, aku akan menjadi pendengar yang baik.

Aku menanti mu disini. Si senja yang nakal itu tak kunjung datang, sesaat senja itu datang, terasa hanya mampir sebentar ketika itu aku tak ada kekuatan lagi. Maka saat itu aku akan tidur di penghujung senja ini.

Siksa RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang