Sekali lagi aku berbicara tentang bagaimana duniaku tanpa mu, sesak sangat menyakitkan. Kau tidak mungkin tau bagaimana beban yang sekarang aku tanggung, berat bagiku menjalaninya tanpamu.
Percayalah sedikit rasa kecewa pernah aku rasakan saat aku benar-benar melihat tanggal dimana kau pergi tanpa pamit. Mungkin karna kau jenuh padaku tidak yakin padaku jika cintaku sudah tertanam olehmu sejak lima tahun yang lalu saat memakai baju putih abu-abu.
Ku kumandangkan rasa kecewa diatas atap rumahku tanpa ada orang yang paham akan rasaku saat ini. Ingin rasanya bernafas lega setelah aku tau bagaimana kabarmu saat ini.
"Apakah kau masih bernyawa?"
Kasih..
saat kau memejamkan mata apakah kau bisa merasakan doa yang selalu ku panjatkan untukmu?
"Tunggu"
Aku terlalu terbawa perasaan, mana mungkin orang seperti dirimu merasakan hal itu. Hatimu keras, kau mengacuhkanku, kau terlalu kejam atas rindu yang sudah aku titipkan , sampai sang karma mulai menuju mu
*****
Oh Tuhan....
Ambil saja rasaku untuknya, aku lelah menahan segala rindu yang kutanggung sendiri menyakitkan,melukai relung hati.
Berikan saja rasaku kepada orang lain yang punya rasa.
"CUKUP!"
Aku tidak ingin melihatmu lagi. Aku mulai benci dengan rindu yang tak terbalaskan. Menunggu sudah cukup lama aku lakukan.
"MAAFKAN!"
Aku sudah menyerah melakukan tradisi yang aku anggap akan memiliki titik temu. Segala kebiasaan meyakinkanku untuk kau segera kembali namun ini tidak seperti dongeng yang sudah jelas akhirnya.
Aku berhenti merindu.
Gelap, 21 Juli 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Siksa Rindu
PoetryCoretan sembrono dari sang pecandu rindu. "Rindu yang telah lama menyiksa dan tak memiliki titik temu. Tak paham dengan rindu kenapa ia tak enyah dari hatiku sekarang!" picture by: pixabay