Lampuyangan

63 3 0
                                    

Tiba-tiba angin seolah menyabet rinduku dan menyampaikan pesan itu ke kamu
Ia tak ingin melihatku berteman dengan kekesalan 
Di stasiun Lampuyangan ini aku duduk
Tak banyak bergerak
Sesekali melihat kanan kiri
Memastikan keringat mu tercium oleh ku

"Wussssss"

Suara kereta api itu mengingatkanku saat awal kau pergi
Suara gemetar yang pelan kau ucapkan menandakan akan ketidaksiapan
Pelukan terakhir yang kau berikan, pelukkan yang hanya sebentar.
Kini aku tau arti pelukkan itu!
Tampak mengelakkan namun mengartikan kecintaan yang amat dalam.

Kepergianmu sewaktu itu memporak-porandakkan pikiranku juga memainkan kegelisahanku

Berjumpa denganmu
Itu hanya angan-angan semata diisi oleh udara yang tampaknya kosong tapi benar-benar ada.

Memang kejam sekali otak yang ku punya, ia sama sekali tak memberikan aku waktu senggang untuk tak mengingatkan kepergian mu. Sama halnya dengan jantungku yang tak beretika ini seketika ia berdegup kencang saat mendengar namamu. Hanya sebatas nama mu!

Keadaan hatiku????
  Ia yang paling mengerti, tak keberatan jika sesekali aku kesal, hatiku yang kini sudah penuh namamu seolah tak memberikan ruang untuk orang lain yang punya rasa.

Kini kepergianmu sudah ku hitung sejak lalu sejak kau melangkahkan kaki menuju stasiun, sudah 3000 jejak kau tinggalkan. Aku hanya bertugas menunggu tanpa ada pergerakan yang begitu berarti.

  Kapan kau kembali?
Melepas rindu dengan cara kau mengimamiku

                      Danurejan, 02 05 2019

Siksa RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang