SANI&RANI 4

253K 12.6K 314
                                    

Jangan jadi reader silence ya.

Sore ini Rani dan ketiga teman-temannya akan pergi ke sebuah pusat perbelanjaan dikota metropolitan, apalagi kalau bukan ibu kota Jakarta.

Rani yang sedang bersiap-siap, dengan paduan baju kaus putih, rok flora, jaket denim dan tidak lupa pula polesan wajah dengan sedikit bedak tabur, Rani tidak perlu lagi memakai berbagai macam alat kosmetik, karena memang dengan kulit Rani yang putih, sudah membuat wajah Rani menjadi cerah, namun tidak lengkap rasanya kalau tidak mengoleskan sedikit liptin untuk menambah warnah merah di bibirnya.

Rani berdiri lagi didepan cermin, memperhatikan setiap penampilannya, setelah diperhatikan, Rani melupakan sesuatu, yaitu Sling bang bewarna hitam dan sneakers bewarna putih. Merasa penampilannya sudah bisa dikatakan perfect, cukup sederhana tapi tetap elegan, Rani keluar dari kamarnya dan menuruni setiap anak tangga.

"Permisi non Rani, diluar ada teman-temannya, apa bik suruh saja masuk kedalam?." Tanya bik Ira.

" Iya bik, suruh aja masuk kedalam. Rani keruangan ayah dulu."

Rani berjalan keruangan kerja ayahnya, yang kebetulan berada dilantai satu. " Permisi ayah." Ucap Rani.

Merasa namanya dipanggil, Sean mendongakkan kepalanya dan melihat kesumber suara. Melihat siapa yang sekarang berdiri didekat pintu, sebuah senyuman manis terangkat dibibir Sean. " Sayang kenapa hanya berdiri disitu, ini ruangan ayah bukan ruangan orang lain, jadi kamu jangan sungkan masuk keruangan ayah."

" Rani takut gangguin pekerjaan ayah." Kata Rani sambil duduk didepan ayahnya.

" Anak gadis ayah itu nomor satu, kalau masalah pekerjaan bisa ayah tunda."

" Hehehe iya yah maaf." Ucap Rani dengan senyuman smile white miliknya.

" Ada apa hmmm? Keliatannya anak ayah cantik banget hari ini."

"Gini lo ayah, hari ini kan hari pertama Rani sekolah disini, trus Rani udah dapat teman di sekolah tadi, dan sekarang Rani mau main ke mall sama teman-teman Rani, boleh ya ayah." Ketika membujuk ayahnya supaya memberikannya izin keluar, senjata yang paling ampun adalah ketika raut wajah Rani berubah seperti anak kecil berumur lima tahun yang memintak sebuah permen kapas.

Dan ya! Usaha itu tidak pernah gagal, Sean terpaksa memberikan izin kepada putrinya. Sean merutuki dirinya sendiri kenapa hal yang semacam itu menjadi kelemahannya.

" Janji dulu sama ayah, jam sembilan harus pulang."

" Siap pak bos, love you dad." Rani memeluk ayahnya dan mencium pipi Sean. Bagi Sean, hal seperti inilah yang paling membuatnya bahagia, setelah kehilangan istrinya, hanya Ranilah menjadi sumber kebahagiaannya.

***

"Hai." Sapa Rani.

Dengan serentak ketiga temannya melihat ke arah Rani. Mata mereka menatap tidak percaya dengan penampilan Rani. Bagaimana tidak? Penampilan Rani sekarang sangat berbeda dengan penampilannya disekolah.

" Ya ampun Rani, lo cantik banget sumpah!." Puji Adelia tak percaya.

" Iya Ran, lo beda banget kalau disekolah." Kata Fany

" Trus rumah lo juga gedongan. Gue gak nyangka rumah lo sebesar ini." Sekarang Freya yang angkat bicara.

Setelah Rani mengirimkan alamat rumahnya kepada Freya, ia mengikuti alamat itu dengan arahan google map, Awal ia memasuki perumahan itu, Freya sudah mulai ragu, apa benar rumah Rani berada disekitar sini? karena perumahan yang mereka masuki, semuanya adalah rumah gedongan, dan tepat alamat yang diberikan Rani kepadanya, Freya dan teman-temannya berhenti didepan rumah, yang bisa dikatakan seperti bak istana dengan gaya motif Etali. Sampai seorang petugas dengan seragam bewarna putih, lengkap dengan alat tugasnya menghampiri mereka.

SANI DAN RANI ( Sudah Terbit )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang