BAB 6

48 9 6
                                    

Bel pulang yang kutunggu-tunggu itu pun berbunyi.

" ayo Sinta!!" ajakku cepat.

" bentar-bentar sabar dikit bisa." jawab ketus Sinta.

" udah mulai pertandingannya!!" suruhku.

" iya, iya ini juga dah selesai beres-beres." jawab Sinta.

Aku menarik tangan Sinta seraya berlari secepat mungkin sampai di lapangan.

" pelan-pelan Ema!"

........................................................................

Sesampainya di lapangan basket. Nampak team Raka bersiap-siap, sedang team Fandi sibuk mengurusi pengemar-pengemarnya yang berteriak.

" bukannya siapin mental untuk kalah, malahan sibuk ngurus tuh Fandilovers!" ejeknya tertawa kecil.

" Fandilovers? Apaan itu kampungan banget ya!" aku ikut mengejek, sedikit menenangkan hati.

" gak level banget ya sama sahabat kita!" ucap Sinta.

" lihat aja Raka, talikan sepatu aja bikin baper!" puji Sinta melihat Raka sedang menali sepatu.

" lebay ah kamu Sin." elakku.

" bilang aja kamu suka sama cowok yang ku bilang lebay !!" ucap Sinta.

"Apa?" kagetku.
.
.

" suka kan kamu sama Raka? Udah kelihatan kalau kamu itu suka." ucap Sinta.

" ish, apaan sih. Cepetan yuk duduk! Panas disini lama-lama." aku meninggalkan Sinta duluan duduk di kursi.

Sinta tertawa kecil melihat aku salah tingkah, kemudian menyusulku ikut duduk.
.
.

" prit!!!" wasit meniup peluit tanda pertandingan segera dimulai.

Tak lama kedua team sudah siap di tempat-tempat, Raka berada di sisi penyerang depan.

Setelah itu.....

Prrriittt!!

Peluit panjang tanda pertandingan di mulai.

Dengan cepat Raka menggapai bola terlebih dahulu sebelum Fandi, kemudian  tak kalah cepat pula team Raka mulai menyerang.

Satu dua shot langsung dari Raka semua masuk ke keranjang bola lawan.

Nampak Fandi mulai marah dengan team nya yang tidak becus bermain.

Raka bermain dengan santai, satu dua  kali keranjangnya kebobolan, ia balas dengan beberapa kali juga dengan nilai tiga- tertinggi-.

Beberapa serangan agar cepat memasukkan keranjang juga tim Raka terapkan.

Di pinggiran lapangan, Pak Bambang tersenyum-senyum melihat anak didiknya mampu tampil kompak.

" priitt!"

Peluit istirahat berbunyi.

Segera aku dan Sinta mendatangi Raka.

" hai! " sapa Raka seraya mengelap wajahnya yang penuh dengan keringat.

" Raka kamu hebat deh kalau tentang basket. Team nya Fandi kayanya keteteran lawan kamu." tawa kecil Sinta.

" lihat aja tuh pelatihnya yang katanya dari Spanyol. Pelatihnya aja sampai bingung marah-marah kaya gitu!" tambahnya menunjuk kepada pelatih Fandi yang berteriak memarahi team didik nya.

" udahlah! Nanti ku buktikan kalau anak didik Pak Bambang emang yang terbaik."

" mantaplah sahabatku! Semangat!" ucapku menyemangati.

Raka mengangguk tersenyum, tak lama ia segera masuk ke lapangan.

"Priitt!"

Pertandingan pun dilanjutkan, aku dan Sinta kembali duduk.

" Sinta, lihat deh Fandi!" ucapku sedikit curiga.

Menunjuk Fandi sedang mencoba mendorong kasar orang di team Raka.

" eh, iya! Kayaknya dia ada rencana tersembunyi deh!!" Sinta mulai curiga.

" jangan-jangan! Team Raka mau dibuat cela---"

Belum selesai bicara, apa yang hendak dibicarakan itu terjadi.

Salah satu dari team Fandi dengan sengaja menjegal kaki team Raka yang hendak mengoper bola.

Wasit pun tak melihatnya sebagai pelanggaran dan kembali melanjutkan permainan.

" bener-bener nih orang, kalau mau menang itu pake usaha, teknik bukan malah melukai lawan!!" ucapnya sedikit berteriak.

Kemudian satu per satu tim Raka mulai merasa sakit dicelakai, operan nya juga mulai melemah bahkan salah tujuan.

Melihat itu Raka merasa janggal, ada seseorang sepertinya sudah merancanakan.

" Raka!!" ucapku sedikit berteriak.

Raka menoleh ke arahku.

" main aja terus yang kompak!! Kayanya Fandi yang buat temen-temenmu luka!" ucapku sedikit berbisik.

Raka tak suka bila bermain dengan tidak sportif, apalagi yang dilawannya adalah team yang terpandang.

" nanti aku video in. Biar Fandi tau rasa akibat ulahnya sendiri." usulku geram.

Raka mengangguk tersenyum, ia lega sahabatnya itu memberi solusi. Kemudian ia melanjutkan pertandingan dengan sedikit waspada.

"Priitt!"

Peluit istirahat kedua berbunyi.

" temen-temen! Kita gunain cara menghindar nomer tujuh. Jangan lupa cara Pak Bambang ajarkan kemarin, beliau sudah was-was akan terjadi seperti ini!" ucap Raka selaku ketua team.

Semua orang mengangguk. Ini kali pertama team nya mengeluarkan jurus sakti dalam permainan basket.

Skor sementara team Fandi unggul tipis atas team Raka.

Sedang Fandi, merasa tak bersalah apapun. Malahan menanggapi penggemarnya yang sedari tadi teriak-teriak.

" tunggu aja Fandi. Kamu akan tau akibat perbuatanmu!" sinisku sambil merekam video, sudah banyak kecurangannya yang sudah aku ambil.

"Pritt."

Wasit meminta pemain segera masuk.

" sudah waktunya gunain jurus sakti dari Pak Bambang!! " batin Raka bersemangat.

Raka tersenyum tak sabar menerapkan jurus sakti tersebut.

"Priitt!"

Pertandingan dilanjutkan.

"Ayo Raka kamu pasti bisa!!" batinku berharap-harap cemas. Sembari menyalakan video.

........................................................................

Aku sengaja ke potong biar pada kepo dan lajut baca😝

Jangan lupa vote nya!!💓💓

Di butuhkan ya gaess!!👍👍

  

Perasaan yang TerbenamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang