BAB 7

21 5 2
                                    

"Priitt!"

Pertandingan dilanjutkan.

"Ayo Raka kamu pasti bisa!!" batinku berharap-harap cemas sembari menyalakan video.

Sigap. Raka mengambil bola dengan cepat, teman satu team nya mulai bergerak.

Raka langsung menuju keranjang bola lawan, ia sedikit terlambat. Pemain team lawan sudah berada di posisinya masing-masing.

Batinya berpikir keras, sepertinya strategi nya sudah terbaca.

Ia mencoba mengecoh lawan dengan pura-pura mengoper, lawannya dengan mudah itu terkecoh.

Cepat-cepat Raka mengoper bola ke teman nya, cepat pula teman nya memasukkan bola ke keranjang.

Bugghh..

Belom sempat melompat, Fandi menyukit keras perut nya. Tak butuh waktu lama ia jatuh meringis kesakitan.

Wasit tegas mengeluarkan kartu merah untuk Fandi, perilakunya dapat membahayakan pemain lain jika dibiarkan.

Wajah Fandi nampak meremehkan, raut wajahnya dibuat tanpa salah apapun. Dengan santai ia keluar walau diteriak oleh penonton.

"Rasakan itu!!" teriak keras Sinta setelah menahannya.

Senyum ku lepas, memang pantas Fandi mendapatkan kartu merah. Sedang team Raka yang dicidera di gotong keluar menggunakan tandu.

Raka merasa lega, memang benar apa yang dikata sahabatnya. Raka memberi dua jempol untuk sahabatnya yang di kursi penonton.

" Sama-sama Raka." ucapku pelan asal keluar dari mulut.

" apa?Ulang lagi dong, aku ngak denger." pinta Sinta mendengarnya.

" ish, apaan sih. Aku ngak ngomong apa-apa." elakku.

Sinta tertawa melihatku salah tingkah dan melanjutkan menyemangati Raka.

Aku teringat saat pertama kalinya Raka bertanding di lapangan, umurnya kala itu masih enam tahun.

........................................................................

Sinar pagi remang-remang menyinari. Hari ini adalah hari yang istimewa bagi Raka, untuk pertama kalinya ia ikut bertanding bola.

Namun bukan bola basket, melainkan sepakbola. Tak masalah baginya, asal itu olahraga ia mau ikut.

Waktu menunjuk angka delapan kurang lima belas menit. Aku sudah dari setengah jam lalu duduk di bangku penonton bersama Sinta dan ayahku, menunggu tak sabar pertandingan di mulai.

Tak lama, Raka dan teman-temannya satu team keluar bersama, baju yang ia pakai berwarna kuning terang. Ia nampak imut memakainya.

Saat mulai pertandingan, Raka tampak bersemangat apalagi ayahnya yang seorang atlet menyempatkan waktu untuk menonton pertandingan pertama anaknya.

Ia mondar-mondir mengejar bola, sesekali Raka tersandung jatuh. Sinta yang ikut menyemangati malahan tertawa terpingkal-pingkal melihat posisi Raka saat terjatuh.

........................................................................

" lucu." ucapku pelan mengingatnya.

" Ema !!" teriak Sinta menyadari aku melamun.

Sontak aku menoleh, dari lapangan nampak sudah selesai pertandingannya.

" udah selesai pertandingannya, kamu sih dari tadi ngelamun gak jelas. Emang ngalamun apaan kok lama banget?" tanya Sinta heran.

" ngak apa-apa kok."

Skor papan memampangkan nilai.

Team Raka 120 - Team Fandi 112.

"Sinta, jadi Raka menang?" tanyaku kegirangan.

Sinta mengangguk, ia tau bahwa Raka benar-benar ingin mengalahkan Fandi. Walau raut wajah nya tak nampak serius, namun dalam pikiran ia telah berfikir sangat keras.

Aku melongo, diam. Akhirnya Fandi yang ngejelek-jelekan aku dan Sinta itu kalah dan seperti perjanjian sebelumnya bahwa ia harus meminta maaf.

Sedikit kecewa, karena bukan melihat pertandingan babak terakhir malahan ngelamun ngak jelas.

" dasar aku." batinku kesal.

" ke tempat Raka yuk!" ajak Sinta mendahului.

Aku mematikan video dan berlari menyusul Sinta.

" hebat ya orang itu." ucap Sinta.

" siapa yang hebat?"

" ya siapa lagi kalo bukan Raka." jawab nya bangga.

" masa' kali si Fandi itu, gak pantes lah." tambahnya.

" ehehehhe, iya." jawabku tertawa kecil.

Ada apa dengan otakku ini, setelah selesai kenapa jadi linglung bingung begini.

" ishhh." umpatku dengan otakku sendiri. 

" tunggu, tunggu." Sinta tiba-tiba berhenti.

" ada apa Sin?" tanya ku.

" itu Raka bukan? Ngapain berdua sama cewek? Jangan-jangan" kaget Sinta menunjuk.

" cewek? " aku menoleh.
.
.
.
.
.
.
.

" Bella?" ucapku tak percaya.  

........................................................................

Hai,hai,hai,hai👋

Maaf kalo tambahannya pendek 😅
kasih bintang ya alias VOTE okey 👍
Komentar juga 😇

Perasaan yang TerbenamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang