Hatchi!
Entah sudah yang keberapa kali Sabrina bersin pagi ini. Berdiri di barisan belakang apel peringatan, memakai rompi khas anak pmr.
Berjaga untuk bantu anak yang sakit. Padahal keadaan sendiri juga kurang enak badan. Merutuk, sudah lewat tiga hari insiden hujan-hujanan. Tapi sial, flunya datang terlambat.
Cukup bersyukur gak sampai demam.
Oh iya, apa kabar Genta?
Yang ngebonceng sekaligus yang kena langsung tabrakan hujan. Yang rela nggak pake helm cuma buat mentingin orang yang dibonceng.
Entah bagaimana keadaan anak itu.
Dua hari gak masuk. Dengar-dengar dari Ivan, Genta ke luar kota. Nyusulin si bunda.
Kok Sabrina gak tau? Kan mereka temen deket.
Ingat jika keduanya secara gak sadar agak renggang, eh Sabrinanya yang gak sadar kalau Genta perlahan mulai bangun tembok.
Genta sama sekali gak mengabari. Telpon ataupun chat. Dan Sabrina juga gengsi untuk memulai. Entah mulai kapan gengsi itu ada.
Sabrina mendengus, mengusak hidungnya dengan tisu. Menunduk dan mendengar ogah-ogahan amanat pembina apel di depan.
Melihat sepatu converse hitamnya. Menatap ujung sepatunya yang sedikit kotor. Menarik gak menarik terus diliat saja. Ya mungkin aja bisa jadi bersih kalau di tatap terus-terusan.
Haha mulai ngaco si Ayana.
Hatchi!
Mendengus kesal. Sabrina menghembuskan nafas jengah. Mengelap sedikit ingus pada hidungnya.
Tepukan pada lengan membuat Sabrina menoleh. Mendapati Rindi yang senyum manis.
"Dari tadi bersin mulu, kakak jaga di uks aja. Biar Rindi yang nempatin posisi kakak disini"
Menimang sedikit saran Rindi. Secuil pikiran kontra dengan sarannya. Karena itu sama saja Sabrina ninggalin tanggung jawab.
Tapi selebihnya pro dengan saran Rindi karena udah total malas di labana. Enak di uks, bisa duduk-duduk santai, tanpa harus cape dengan berdiri kayak gini.
Merubah ekspresi. Sabrina menyendu dan tersenyum tipis ke arah Rindi.
"Yaudah, kakak minta tolong ya Di"
Senyum manis Rindi Sabrina terima. Jalan lesu ke arah uks. Agak merasa nggak enak, karena seharusnya ini jadwalnya dia yang jaga apel. Tapi harus digantikan Rindi yang gak nugas.
"Oi Bri, kemana?"
Itu Wildan yang nanya. Berdiri di belakang pengatur sound dengan topi yang dipakai terbalik. Duh bener gak cocok dengan almamater osis yang lagi dipake.
Sabrina mendengus. Memberi gestur, menyuruh Wildan untuk memakai topinya dengan benar.
Wildan hanya terkekeh dan menuruti saja. Mengedikkan dagunya untuk menagih jawaban dari pertanyaanya.
"Uks, jaga sound yang bener"
Sabrina lanjut jalan. Sesekali mendapat sapaan dari guru yang berjaga diluar labana, jaga-jaga jika ada siswa yang kabur ataupun terlambat.
"Eh kak Lun, mau kemana?"
Aluna, dokter uks sekolah, keluar dari uks dengan menenteng tas tangannya.
"Eh Bri, aku ada urusan dulu dirumah. Kamu mau ke uks?"
Sabrina cuma ngangguk. Memperhatikan dokter sekolahnya yang terburu-buru memasang sepatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tirefriends
Fanfiction[do not copy my character name!] Cieee yang deket tapi gak ada status jelas... ©2018 kalliopus