1.2K 147 3
                                    

.
Dua minggu kemudian, Dowoon mulai disibukan tahap penyelesaian produk game terbarunya.
"Baiklah. Saya akhiri sampai sini. Terima kasih atas kerja keras kalian." Ucap Dowoon. Ia membenahi jas biru tuanya, lalu keluar dari ruang meeting. Sekretaris  pun menyusulnya.
"Maaf, pak. Ada yang ingin bertemu dengan anda di ruang 'paul'." kata Saeron memberi tahu. Dowoon menarik bibirnya ke dalam. Ruang paul merupakan ruang khusus untuk dirinya dan kolega saat bertemu.
"Siapa?" tanya Dowoon.
"Kalau tidak salah, beliau adalah seorang artis dan salah satu kakak yang dekat dengan anda." jelas Saeron.
Mereka masih berjalan sampai akhirnya sekretarisnya itu mengundurkan diri untuk kembali ke mejanya. Dowoon membuka ruang paul dengan senyum lebarnya. Ia mendapati sosok pria dengan mata yang sibuk diarahkan pada buku tebal yg dipegang pria itu.
"Yo, Younghyun-hyung!" sapa Dowoon.
Pria yang dipanggil Younghyun itu mengangkat kepalanya dari buku yang sedang dibacanya. Pria itu meletakkan bukunya dan berlari kecil untuk memeluk Dowoon yang sudah ia anggap sebagai adiknya.
"Dowoon-ah"
"uhuk"
Dowoon terbatuk karena Younghyun memeluknya sangat erat membuatnya sesak. Dowoon menepuk punggung Younghyun dan memintanya untuk segera melepaskan pelukannya. Younghyun melepas pelukannya dan menyubit pipi Dowoon.
"Astaga.. Dowoonku sudah besar." gemas Younghyun
"Hyung. Kau ini masih saja seperti ini. Aku sudah umur 27 tahun." protes Dowoon dan meninggalkan Younghyun berdiri di dekat pintu masuk.
"Tetapi tetap saja. Aku itu merindukanmu.. Sudah hampir setahun kita tak bertemu." ucap Younghyun menggebu-gebu. Dowoon memutar matanya malas.
"Kapan datang?" tanya Dowoon.
"Kemarin malam. Tapi aku harus mengurus beberapa hal di agensi tadi." jawab Younghyun.
"Jadi.. World Tour hyung sudah selesai?" tanya Dowoon lagi.
"Sudah. Aku mengambil cuti jadwal agar aku bisa istirahat.."
Younghyun merebahkan tubuhnya ke sofa dan menghembuskan nafasnya.
"..rasanya sudah lama aku tidak seperti ini." lanjut Younghyun sambil menatap kosong atap ruangan itu.
Dowoon menggigit bibirnya. Ia tidak tahu harus merespon apa karena ia memang tidak tahu bagaimana sibuknya kehidupan seorang artis besar yang kini sedang naik daun seperti Younghyun. Namun bilah bibirnya terbuka dan mengucapkan kata penyemangat pada Younghyun.
"Semangat hyung."
Younghyun tertawa kecil dan bangkit dari tiduran di sofanya. Ia mengambil kacamata dan membiarkan kacamata itu bertengger di atas hidungnya.
"Dowoon. Ayo ikut aku."
Dowoon mengernyitkan dahinya dan mengangkat salah satu alisnya ke atas seakan bertanya kemana mereka akan pergi.
"Ke kafeku, soulcup."
.
.
.
Dowoon mengantar Younghyun ke kafe dengan mobilnya. Younghyun tidak punya surat ijin mengemudi sehingga Ia tadi datang ke perusahaannya dengan diantar manajernya. Sesampainya ia dan Younghyun turun dari mobil dan memasuki kafe milik Younghyun. Dowoon menghela nafas saat kafe seketika ramai karena pemilik dan artis yang sedang naik daun itu datang ke kafe. Kilatan cahaya dari kamera penggemar Younghyun sangat mengganggu penglihatannya. Ia pun meninggalkan kerumunan dan mencari tempat yang sepi, sambil matanya mengarahkan ke arah Younghyun yang kesulitan untuk mengejarnya. Tanpa sengaja ia menabrak bahu seseorang akibat matanya yang tidak fokus.
"Astaga.. Maafkan aku.." ucap Dowoon dengan sopan.
"..Wonpil-ssi?"
"eh. Halo, Dowoon."
Dowoon menggaruk leher belakangnya yang tidak gatal. Sedikit bingung dengan situasi sekitar yang ramai dan dirinya sekarang bertemu Wonpil untuk ketiga kalinya.
"Ehm.. Maaf aku tadi tak melihat jalan." kata Dowoon.
"Tidak apa-apa. Kalau boleh tahu, kenapa kafenya ramai ya? Biasanya tidak sampai banyak kerumunan." tanya Wonpil
"Ah itu.. Pemilik kafe ini datang kesini, dia adalah artis yang sedang panas dibicarakan." jelas Dowoon.
"Oh benarkah? Wah aku harus minta tanda tangan darinya kalau seterkenal itu." gumam Wonpil yang kecil membuat Dowoon tak mendengar apa yang dikatakan Wonpil. Dowoon mengangkat alisnya tetapi ia tidak bertanya.
"Kalau boleh tahu, siapa dia?" tanya Wonpil sambil membalikkan badannya, ingin melihat orang yang dibicarakan.
Setelahnya Wonpil tampak kehilangan keseimbangannya karena tiba-tiba kerumunan orang tadi jalan melewatinya. Kerumunan orang itu berdesakan sampai tak peduli jika mereka menabrak bahu seseorang ataupun mengganggu aktivitas pelanggan yang ada disana. Dowoon yang berada di pojok ruangan dengan cepat meraih pinggang Wonpil untuk menjaga keseimbangannya dan menariknya sedikit keras, membuat punggung Wonpil menabrak dadanya.
"EH." Wonpil terkejut.
"Kang Young- maksudku YoungK. Artis solo dari agensi JYP." jawab Dowoon tepat di belakang telinga Wonpil yang membuat bulu kuduk Wonpil berdiri seketika mendengar suara berat itu.
"O-oh a-aku tidak tahu."
Wonpil pun sedikit memajukan badannya yang menempel pada Dowoon dan berusaha melepas sebelah tangan Dowoon yang memeluk pinggangnya. Namun sebelum bisa melepasnya, ia kembali ditarik lagi oleh Dowoon membuatnya jatuh menyamping. Wonpil memejamkan matanya erat menunggu tubuhnya jatuh dengan tidak elitnya, tetapi ia tidak merasakan apa-apa.
"Hampir saja." gumam Dowoon.
Wonpil mengerjapkan matanya, sadar jika tubuhnya ditahan oleh Dowoon dan posisi mereka sedikit tidak elit. Wonpil hampir jatuh tadi, Dowoon yang tadi memeluk pinggangnya pun ikut terbawa. Namun Dowoon berhasil berpegangan pada tembok belakangnya dengan tangan satunya yang bebas. Wonpil melihat sekilas bahwa ada pelayan yang mau mengantarkan pesanan tadi melewatinya dan jika saja Dowoon tak menarik Wonpil kembali mungkin pelayan itu akan menabraknya.
"Ehm.. D-Dowoon." Ucap Wonpil menyadarkan Dowoon untuk membantunya berdiri dan melepas tangannya pada pinggang Wonpil.
"M-maaf sekali lagi. Tadi dan barusan merupakan gerakan reflek." kata Dowoon dengan kedua telinganya yang memerah.
"Tidak.. Aku harusnya berterima kasih. Jika saja kau tidak reflek, aku mungkin sudah jatuh dengan cara memalukan. Haha.." tawa Wonpil yang menular juga pada Dowoon.
"Oh ya. Kalau boleh, bisakah aku minta nomormu?" tanya Wonpil.
"Buat apa?" tanya balik Dowoon yang sedikit waspada.
"Aku harus mengembalikan jas mu. Tapi aku tidak tahu harus mengembalikan kemana ditambah aku tak punya nomor teleponmu." kata Wonpil. Bibirnya ia majukan membuat Dowoon gemas.
"Jas? Oh jas itu.. Jasnya disimpan saja." kata Dowoon, lalu ia memperhatikan sekitarnya yang mulai kembali normal, tak seramai tadi.
"Tidak. Aku sudah seperti berhutang budi pada anda. Cuaca saat itu benar-benar dingin. Beruntung kau memimjamkan jasmu padaku." jelas Wonpil.
"Tidak usah seperti itu."
"Tapi, aku mau."
"Ti-"
"dan aku memaksa."
Dowoon berhenti berargumen dengan Wonpil dan memilih mengalah. Lalu Wonpil menyerahkan ponselnya.
"Sebentar." gumam Dowoon. Dowoon meraba saku celana, namun tidak ada ponselnya. Ia pun teringat jika ponselnya tertinggal di mobil. Akhirnya ia memilih mengeluarkan kartu namanya dan menulis nomor ponsel pribadinya di belakang kartu nama dengan pena yang selalu ia bawa kemana-mana itu. Sebenarnya ia tidak tahu mengapa ia menuliskan nomor telepon pribadinya, biasanya ia hanya memberikan kartu namanya dan orang yang mendapatkan kartu nama itu pasti akan menelepon nomor bisnisnya.
Dowoon menyerahkan kartu namanya beserta ponsel Wonpil kepada pemiliknya.
"Ini. Aku tak bawa ponsel." kata Dowoon. Wonpil menerimanya dan melihat kartu nama Dowoon.
"JT?"
"Dowoon.. Ayo kembali."
Suara Younghyun menghentikan Wonpil yang ingin bertanya lebih lanjut. Dowoon melihat Younghyun yang melambaikan tangan ke arahnya di dekat pintu keluar. Ia pun menyayangkan kenapa Younghyun tidak punya surat ijin mengemudi. Ia masih ingin berbincang dengan Wonpil.
"Aku harus pergi. Sampai jumpa." kata Dowoon dan pergi menyusul Younghyun dengan berat hati.
"CEOnya JT? Dia CEO?" gumam Wonpil dan termenung disana sampai teman sesama dokter, Jinyoung, menghampirinya.
Sedangkan di lain tempat, ada sepasang mata yang mengawasi kejadian tadi sebelum berbalik berjalan ke mobil Dowoon. Ya dia adalah Younghyun.
"Dia siapa?"
.
.
.
Dowoon tengah tiduran di atas kasurnya. Matanya lurus menatap atap yang kini menampilkan bintang-bintang yang dihasilkan dari salah satu alat canggih yang selalu menemaninya di malam hari. Dengan kaos putih polos lengan pendeknya, ia tersenyum. Lalu membuat sebelah tangannya sebagai bantalan. Ia sedikit ragu untuk membuka ponselnya. Bisa dibilang, ia menanti sebuah pesan masuk dari Wonpil.
Ya, Wonpil. Dowoon akui jika ia nyaman saat berbicara dengan Wonpil. Senyumannya yang manis nan cerah seperti matahari membuatnya ikut tersenyum. Cara berbicaranya yang lembut namun juga tegas. Sifatnya yang ceria. Topik pembicaraan yang mereka bahas selalu seru. Entah sudah malam keberapa Dowoon terbayang-bayang oleh seseorang yang bahkan baru beberapa kali ia temui. Dowoon tidak tahu bagaimana sifat aslinya Wonpil, namun ia merasa Wonpil adalah orang yang baik dan masalahnya satu. Sepertinya ia sudah jatuh pada pesona Wonpil. Ia jatuh cinta.
Setelah mendapatkan kesimpulan yang bisa Dowoon bilang konyol itu. Ia tersenyum sangat lebar.
"Astaga tidak Dowoon. Sadarkan dirimu. Sekarang harus tidur. Ya harus."
Lalu ia tidur tanpa mengetahui ponselnya bergetar dan menampakkan pesan yang masuk dari nomor yang tidak dikenal.

From : Unknown

'Selamat malam, Dowoon.'

Drrtt
Ponselnya bergetar lagi. Pesan baru kembali masuk

From : Unknown

'Ini Wonpil.'

.
.
.
T B C
.
.
a/n
Halo.. Am kembali lagi dengan kelanjutan cerita ini. Senang sekali mendapat respon positif dari kalian. ^^/ kalian terbaik. 👍🏻
Jika ada waktu luang, am akan berusaha untuk segera update cerita ini..
Sampai jumpa di chapter selanjutnya :)
Salam dari bapak Sungjin yang gantengnya kebangetan.


Jangan lupa voment yass

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa voment yass. ^^

I Just | Dopil ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang