Siang itu panas amat terik, Aruna berjalan pulang menuju rumahnya. Di tengah perjalanan ada seorang pria berlari dan dikejar oleh banyak orang. Tak sengaja pria itu menabrak Aruna dan menumpahkan kue kacang madu miliknya. Aruna terkejut dan segera mengambil kue kacang madu yang telah terjatuh dan segera membersihkannya dari tanah - tanah yang menempel.
"Sebenarnya, mengapa pria itu dikejar oleh banyak orang?" Gumam Aruna dalam hati.
Aruna melanjutkan perjalanan pulangnya. Setibanya di rumah ia langsung menaruh kue kacang madu di atas meja kayu lusuh untuk di makan bersama ayah dan kakaknya.
Selanjutnya waktunya untuk membereskan rumah.
Aruna biasa membereskan rumah ketika ayah dan kakaknya sedang tidak ada. Pekerjaan sudah menunggu di depan matanya, ia melihat setumpuk pakaian lusuh dan ia berniat untuk mencucinya di sungai.
Konon jika mencuci pakaian di sungai, pakaian akan terlihat lebih bersih dan wangi karena alam bersatu dengannya.
Ibu Aruna sudah tiada 2 tahun lalu, yaitu saat Aruna berumur 6 tahun ibunya terserang penyakit. Penyakit itu bukan penyakit bawaan sejak lahir, melainkan penyakit yang timbul akibat pekerjaanya.
"Dhanu ibu akan bekerja, kau jaga adikmu baik - baik ya!" perintah Ibu Huntara Janggala kepada anak tertua Wisaka Dhanu Kalandra.
"Baik ibu aku akan menjaganya." Dhanu meng-iyakan.
Dhanu adalah seorang kakak yang baik, ia selalu berusaha menjaga dan melindungi adiknya. Suatu hari saat sedang bermain dengan temannya Euko Wi Diwangkara, Aruna ingin ikut bersama mereka.
Dhanu dan Euko membawa Aruna berkeliling daerah tempat mereka tinggal, untuk melihat pemandangan.
Sebenarnya di hari - hari tertentu, Dhanu dan Euko selalu berlatih pedang bersama di tempat yang jauh dari wilayah kerajaan karena kaum rendahan akan terkena hukuman yang berat apabila mereka berani untuk memegang senjata.
Mereka bertiga berjalan menuju hutan yang jauh dari kerajaan untuk berlatih, kemudian Dhanu menyuruh Aruna untuk duduk di tempat yang ia perintahkan. Setelah itu, Dhanu dan Euko memulai latihannya. Latihan mereka anggap sebagai pertarungan sesungguhnya dan akan berhenti apabila salah satu dari mereka menyerah. Mereka mulai bertarung satu sama lain seperti ingin membunuh. Aruna yang duduk terdiam merasa bosan, tiba - tiba kupu - kupu hinggap di hidungnya. Aruna berhenti bernapas karena ia takut kupu - kupu itu akan terbang dan pergi menjauh darinya. Perlahan tangannya bergerak untuk mengambil sayap kupu - kupu, saat sudah mendekat dan akan menangkap, tiba - tiba kupu - kupu itu terbang. Aruna mengamati kupu - kupu itu pergi, ia mulai berdiri dan mengejar kupu - kupu itu. Ia berlari bahkan berloncat - loncat untuk bisa menggapai kupu - kupu itu.
"Aku menyerah!" Dhanu melemparkan pedangnya ke tanah.
Euko yang melihat lawan mainnya menjatuhkan pedang merasa dirinya adalah pemenang.
"Kau sudah menyerah, kau kan anak dari ketua Parang Cetha, bagaimana bisa menyerah seperti ini?" Tanya Euko tak percaya.
Dhanu sedikit kesal dengan kata - kata Euko karena seperti memuji tapi menjatuhkan.
"Sadarkan dirimu, ketua pun jika melawanmu pasti akan menyerah." Balas Dhanu.
Mereka terdiam saling menatap tajam dan kemudian tertawa bersama.
Dhanu berjalan menuju tempat Aruna berada diikuti pula dengan Euko. Alangkah terkejutnya Dhanu ketika melihat di tempat itu tak terlihat Aruna kecil.
"Euko!" Seru Dhanu panik.
Euko yang berjalan di belakang Dhanu mempercepat langkahnya untuk mendekati Dhanu.
"Ada apa? Kenapa kau ribut sekali?" Euko berlari mendekatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wisaka Aruna Kalandra (Fiksi Majapahit)
Historical FictionPerjalanan seorang perempuan bernama Aruna yang berasal dari kasta rendah. Akankah ia mampu melewati setiap halangan? akankah ia mampu bertahan dalam segala cobaan? nantikan kisahnya Please read prolog bcs penting utk pemahaman cerita d=('▽`)=b Jgn...