BAB 4 Petugas Polisi Kerajaan

205 15 0
                                    

Cerita bermula ketika para polisi kerajaan sedang mengadakan inspeksi di daerah Kasta Tuccha, polisi menggeledah seluruh rumah di daerah tersebut dan mengambil suatu barang. Awalnya warga di sana tidak tahu apa yang polisi kerajaan ambil. Mereka melihat polisi memasukkan suatu barang ke kotak kayu. Setelah para polisi kerajaan menyelesaikan inspeksinya, Pimpinan Kasta Tuccha atau biasa disebut Bhre Jagaraga langsung memeriksa barang apa yang telah di ambil. Pimpinan Kasta Tuccha disana terkejut karena barang peninggalan Tetua Kasta Tuccha telah dirampas, merasa tidak terima dengan yang dilakukan para polisi yang mereka anggap sebagai utusan para bangsawan. Pimpinan mengirim para perwakilan Kasta Tuccha untuk merebut kembali peninggalan Tetua Kasta Tuccha.

Lusa setelah kejadian perampasan, kelompok Kasta Tuccha mulai melancarkan aksinya. Kelompok Kasta Tuccha dibagi menjadi dua bagian, kelompok pertama bertugas di dalam istana untuk masuk dan mengambil peninggalan Tetua Kasta Tuccha dan kelompok kedua bertugas untuk mengamati keadaan sekitar, mereka yang akan mangalihkan perhatian apabila terjadi sesuatu pada kelompok yang bertugas di dalam istana dan akan membantu kelompok pertama untuk kabur.

Pria dengan luka di mata kiri dan pria dengan luka di dekat telinga terdapat di dalam kelompok pertama yang bertugas untuk mengambil peninggalan tetua Kasta Tuccha terdahulu. Kelompok mereka mulai memasuki istana di tengah malam saat istana sudah tidak ada aktivitas sama sekali, mereka mulai memasukki istana melewati gerbang barat. Menurut informasi yang mereka dapat, semua barang rampasan berada di gudang istana dan gudang istana dekat dengan gerbang barat. Gerbang dijaga dengan sangat ketat oleh penjaga istana, untuk itu mereka memanjat tembok untuk bisa masuk ke dalam istana.

Mereka baru akan melancarkan serangan pada penjaga gerbang istana setelah mereka berhasil masuk, menurut mereka lebih efektif untuk menyerang dari titik buta dibandingkan langsung dari depan.

Mereka pun berhasil memasuki istana dengan lancar, mereka mengendap – endap untuk memastikan apakah keadaan istana saat itu aman. Perlahan mereka masuk dan berusaha menghindari para penjaga istana yang sedang patroli. Akhirnya mereka berhasil tiba di salah satu gudang rampasan dan bergegas masuk untuk mencari kotak kayu yang diperintahkan oleh Pimpinan Kasta Tuccha. Kabarnya kotak itu berwarna cokelat dan memiliki motif naga, mereka mulai mencari di gudang rampasan pertama namun tak menemukan kotak kayu cokelat bermotif naga. Mereka mulai bergegas untuk mencari di gudang rampasan kerajaan kedua, begitu pun seterusnya sampai fajar hampir muncul mereka belum menemukan kotak itu.

***
Penjaga istana yang sedang berpatroli menemukan keganjilan di gudang rampasan, pintu – pintu gudang yang biasanya tertutup rapat banyak yang engselnya rusak. Mereka berspekulasi ada orang asing yang telah memasuki istana.

“Aku menemukannya, kotak kayu cokelat bermotif naga!” Seru salah satu pria Kasta Tuccha sambil mengangkat kotak kayu bermotif naga.

Mereka yang sedang mencari langsung berkumpul untuk memeriksa apakah itu benar kotak kayu cokelat bermotif naga yang mereka cari, kotak itu terkunci dengan gembok kuningan. Mereka berusaha memotong gembok itu dengan pisau yang mereka bawa.

“Hei siapa di sana!” teriak salah satu penjaga istana yang sedang berpatroli.

Mereka dengan sigap mematikan lampu semprongan yang berada di dekat mereka. Mereka juga menghentikan pergerakan mereka untuk membuka kotak kayu cokelat bermotif naga itu. Penjaga istana itu mendekati gudang rampasan untuk memeriksa keadaan di dalam sana, ia mengamati pintu gudang yang engselnya rusak.

“Prak!” Penjaga itu tiba – tiba terjatuh.

“Ayo cepat keluar dari sini, penjaga istana yang berpatroli sudah mengetahui keberadaan kita!” Anggota Kasta Tuccha yang berjaga di luar membuat pingsan penjaga istana yang hampir memergoki mereka.

Wisaka Aruna Kalandra (Fiksi Majapahit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang