Part 21

129 16 5
                                    

"Ben?" Bisik Ariana seraya meneteskan air mata nya melihat Ben yang memandang nya dengan tatapan Asing.

"Lo siapa?" Tanya Ben polos saat melihat Ariana yang duduk di sebelahnya.

"Gue Ariana, Ben... Lo gak inget sama gue?" Tanya Ariana menahan isak tangis nya

"Gak, gue nggak pernah kenal sama yang namanya Ariana" jawab Ben mengabaikan Ariana yang benar benar rapuh saat ini.

"Ben!! Sayang!! Gimana keadaan kamu nak" Wanita paruh baya tiba tiba memasuki ruangan Ben

Dengan segudang air mata padanya. Wanita itu memeluk putra sulung nya dengan tatapan nanar.

"Ben, Gak apa apa Ma. Cuma sakit kepala. Kenapa aku bisa ada di sini ma?" Tanya Ben kepada Riska

"Em, Kamu tadi pingsan nak. Kata dokter kamu harus istirahat yang banyak ya nak, biar cepat sembuh" senyum Riska

"Ariana, tante mau bicara sama kamu di luar ya" Riska menarik lembut tangan Ariana menuju keluar

"Tante mau bilang makasih banyak sama kamu. Tante gak tau kalau kamu gak berhasil bawa Ben tepat waktu. Apa dia akan selamat atau-"

"Iya tante, sama sama. Ariana yang minta maaf, mungkin kalau Ben gak ikut Ariana naik angkot. Ben gak akan kayak gini"

"Eh? Ini musibah sayang, gak ada yang tau kapan terjadinya. Tante dan mama kamu sudah membereskan Preman preman gak jelas itu kok. Sekali lagi tante berterimakasih banget sama kamu"

"Maaf kalau Ben belum bisa mengingat kamu, karena dokter bilang karena pukulan dari preman itu Mengenai tepat kepala Ben, Ben menjadi sulit mengingat hal hal yang baru baru ini ada di kehidupan nya"

"Iya saya ngerti tante" angguk Ariana lemah
"Dua hari lagi mungkin dokter akan lakukan tes CT-scan pada Ben untuk mengetahui apa bener Ben mengidap amnesia"

"Kamu berdoa terus ya sayang, supaya Ben tidak mengidap penyakit serius" senyum Riska

"Iya, doa saya selamanya untuk Ben. Saya pamit pulang ya tante" senyum Ariana sopan

"Iya hati hati. Salam untuk Andin"
Ariana berjalan menuju mamanya yang sudah menunggu sedari tadi di mobil.

Luka luka Ariana pun sudah di obati tadi seraya menunggu Ben di tangani oleh Dokter

•••
"Ka..." Anne Memanggil nama kakak nya yang tengah duduk sendirian di pinggir kolam berenang rumahnya

Ariana tak menjawab panggilan adiknya itu. Dia terus saja memandangi setengah kaki nya yang masuk ke dalam air

"Sabar ya ka" senyum Anne seraya duduk di sebelah kakak nya.
Anne tau saat ini kakaknya lagi lagi berada di titik terlemah nya

"Kak Ben gak mungkin lupa sama kakak. Dia pasti selalu inget nama kakak, siapa kakak di otak dan hatinya"

"Dia lupa sama kakak Anne! Itu Fakta!" Balas Ariana menatap adik nya yang mencoba memberikan setitik harapan padanya

"Jangan kasih kakak harapan yang gak mungkin terjadi"
"Mungkin tadi otak kak Ben masih sakit? Dia jadi sulit untuk mengingat yang sebenarnya.... nanti kak Ben pasti inget kakak kalo dia sudah sembuh"

"Semoga" Hanya itu yang bisa Ariana katakan pada adiknya dan dirinya sendiri...

•••
Sebelum pulang ke rumah, Ariana meminta supir nya untuk mampir ke RS medika.

Arion dan Andin tak lagi mengizinkan putri putrinya untuk berkeluaran rumah tanpa penjagaan.

Mengingat yang terjadi pada Ariana dan Ben kemarin siang.

Arion menambah Security di rumah nya untuk berjaga jaga dan melindungi keluarganya saat dia tak ada di rumah

Juga meminta Ariana dan Anne tak membantah perintah nya kalau mereka berdua harus di kawal setidaknya dua orang BodyGuard

Ariana kedapatan Tony dan Azura sebagai bodyguard nya saat ini.

"Non, Mau ke Rumah sakit dulu?" Tanya Tony
"Iya. Ri mau jenguk Ben"

Saat Ariana turun banyak orang memperhatikan nya dan kedua bodyguard yang berjalan di belakangnya.

Mungkin sekarang seluruh masyarakat sudah mengetahui isu tentang Ariana dan Ben yang mengalami penculikan.

Terlebih kedua nya adalah anak anak dari keluarga kaya dan terpandang.

"Hai Ariana" senyum Riska merekah saat melihat Ariana berdiri di ambang pintu.

"Hai tante, Ri cuma bisa bawa buah untuk Ben" Ariana menyodorkan parsel buah kepada Riska

"Harusnya gausah repot repot sayang, Tante juga mau kasih kamu sesuatu. Ini dari om Alam sebagai tanda terimakasih katanya" Riska menyodorkan sebuah kotak berwarna hitam

Ariana mengenali merk tersebut. Merk mahal yang biasanya Andin beli untuk koleksi perhiasan nya.

"Makasih banyak tante. Ini pasti mahal..." senyum Ariana
"Gak kok, gak sebanding sama nyawa Ben yang selamat karena kamu"

"Em, Hasil CT-Scan dari dokter gimana tan?" Ariana menatap Ben yang tengah tertidur pulas saat ini.

Ekspresi Riska berubah menjadi tak bergembira. Nampaknya wanita paruh baya itu akan menyampaikan berita buruk pada Ariana

Riska meminta Ariana untuk berbicara dengan nya di luar ruangan.

"Dokter bilang, Ben mengidap amnesia jangka pendek. Dia lupa kamu karena kamu terletak pada memori jangka pendek nya. Jadi dia tidak bisa mengingat apa apa saja yang terjadi pada dia selama beberapa bulan belakangan"

Ariana menghela nafasnya dengan kasar. Dia tau Riska akan mengabarkan berita kurang baik padanya.

"Ri mau masuk ke dalam sebentar boleh ya tan?" Izin Ariana
"Boleh silahkan, tante tunggu di luar" senyum Riska.

Ariana duduk di sebelah Ben yang menutup matanya rapat rapat.

"Gue nggak percaya ini terjadi di antara lo dan gue" kata Ariana pelan...

"Kenapa Tuhan selalu kasih ujian berat ke gue? Apa bener gue sekuat itu?"

Ben membuka matanya perlahan lahan. Menoleh kepada Ariana yang sedang menangis pelan di sebelah nya.

"Maaf" bisik Ben
Ariana langsung mendangak kan wajahnya dan menghapus air mata yang mengalir deras dari matanya.

"Buat apa Ben?" Tanya Ariana serak
"Maaf kalo gue nggak bisa inget lo. Dan, Maaf kalo ternyata lo adalah bagian penting dari gue. Sedangkan gue nggak bisa inget lo"

"Gue akan berusaha keras buat inget lo, dan inget semua yang terjadi beberapa bulan belakangan"

"Bukan, Gue bukan bagian penting dari hidup lo kok. Lo gak harus berusaha sekeras itu untuk inget siapa gue"

"Gue nggak tau kenapa. Tapi tiap kali lo jenguk gue, Gue ngerasa seneng, padahal gue nggak inget siapa lo. Jadi lo tenang aja, Gue pasti inget kok sama lo"

"Jangan di paksain, kasian otak lo... lo cuma harus istirahat yang banyak aja kok... biar cepat sembuh, Jalani terapi juga penting"

"Gue pamit pulang ya Ben. Doa gue selamanya buat lo" Kata Ariana kemudian pergi meninggalkan ruangan Ben

"Ri pamit pulang ya tante, Semoga Ben cepat sembuh"
"Iya makasih ya Ariana, hati hati!"

Ariana memperhatikan kalung yang diberikan Riska dan Alam untuk nya.

Sebenarnya dia punya yang sejenis dengan kalung itu.
Kalung penuh berlian di sekeliling nya.

Seingatnya Andin membeli kan nya kaling sejenis dengan yang diberikan Riska seharga 850 Juta.

Mungkin kalung Riska juga sama harganya...

Ansos Vs Basis [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang