«5»

26 6 0
                                    

"Kamu ini. Udah kelas XII tahu diri dikit nak, udah mau lulus. Mau ibu nggak lulus-in?" Tanya ibu kepala sekolah dengan nada yang jengkel.

"Iih ibu. Padu ayoo ngomongnya," jawab Tika.

"Yauda kalau mau ibu kasih lulus, punya sikap tu sing eling to jangan bikin ibu pusing tuzuh keliling,"

"Tujuh bu,"

"Nah itu. Sing tobat atu nak nak. Kenapa bisa kaya gitu? Apa alasan kalian ngelakuin itu?"

"Mm anu bu... anu..."

"Anu anu opo to?"

"Mm itu bu..."

"Dia duluan ko bu. Yaa kita kita cuma ngasih pelajaran aja. Kalau ibu ga percaya liat ni ni. Masih ada bekasnya ko" lugas Agnes sambil menunjukkan bekas luka yang terjadi waktu itu.

"Eleh iyeu?"

"Heem bu.. sakit tahu. Berapa jahitan ini,"

"Ooh yowes kalau gitu kamu boleh kekelas,"

"Kita juga kan bu?" Jawab mereka kompak.

"Ora. Kamu disini aja. Wes to terima takdir. Makasih ya bu,"

"Kalian ibu skors 2 minggu,"

"Ha?! Gasalah bu? Lama banget.."

~~~

Sudah hampir 3 hari Nega dirawat. Walaupun sudah sadar, tapi tubuhnya masih lemas untuk digerakkan. Untuk duduk saja terasa begitu sulit. Selama ia dirumah sakit sangat merepotkan orang orang yang ada disini. Katya dan senior itu. Senior ini sangat baik. Sampai detik ini dia masih membantuku. Walau aku telah bersikap dingin padanya. Aku lupa dengan namanya. Yaa, dia waktu kenal denganku mengucapkan namanya. Tapi aku sama sekali tidak ingat. Akuu tidak tahu dia sebaik Katya atau tidak.

Selama aku dirumah sakit ini, orang yang sering mengajakku berbincang suster ini. Namanya Caramel Dirgantara.  Aku pikir dia lebih tua dariku. Ternyata kami satu angkatan. Sama sama kelas X SMA. Caramel ini dia sekolah di kedokteran ternama. Ia juga siswi terbaik yang sudah diizinkan bekerja dirumah sakit ini. Sungguh luar biasa. Selama disini dia selalu bercerita akan segala hal untuk memecahkan keheningan. Asik dan mudah bergaul. Sifat itu yang menonjol pada dirinya. Banyak sekali pertanyaan yang ia munculkan. Menanyakan tentangku, tentang Katya, tentang persahabatan kita, dan satu lagi yang aku tidak sangka sangka ia menanyakan tentang senior itu padaku. Jelas aku tidak begitu mengenalnya. Semua pertanyaan itu tidak ada yang aku jawab satupun. Karena Kupikir ini hanya basa basi busuk saja. Terdengar menjijikan bukan?

Suasana hari ini sangat cerah. Angin sejuk sangat terasa. Dokter bilang aku harus banyak bergerak agar bisa beraktivitas seperti biasanya. Jangankan beraktivitas untuk duduk saja masih sulit. Apalagi berjalan? Berlari apalagi? Sulit memang.

Terdengar suara pintu terbuka. Seseorang dibalik pintu kayu yang bercat putih polos itu sosok yang tegap, berkulit putih seperti salju, dan terlihat pula lesung pipi dan bulu mata yang lentik. Paket komplit sudah. Senior itu tampak membawa satu paket buah segar dan satu buket bunga warna warni yang ia genggam. Sontak membuat aku dan Caramel terkejut bukan main. Bunga? Untuk siapa? Pertanyaan itu yang melayang layang diudara. Dengan langkah tegap, pria itu menghapiri kami dengan melemparkan senyuman manis miliknya.

"Pagi Nega, sus," sapanya riang.

"Pagii," sambut Caramel.

"Nih gua bawain buah buat lo. Harus dimakan. Oh iya sus pasien boleh jalan jalan keluar kan?"

"Ohiya boleh,"

"Yuu kita jalan jalan sumpek di kamar mulu. Sus, boleh minta tolong ga? Tolong kupasin buah mangga, jambu apel,pear, sama pisang juga ya sus,"

"Baik, ditunggu saja ya,"

"Jangan lupa kiwinya ya sus," ucapnya berbisik.

"Ha? Ohoke siap,"

"Yu jalan jalan yu Nega. Liat semesta diluar biar lebih kerasa,"

"Gua nggak bisa bangun. Badan gua lemes, bisa bantu?"

"Oh oke. Yu hep,"

Senior itu menggendong tubuh mungilku kedalam kursi roda yang berada dipojok ruangan. Dia juga membawa alat infus yang terletak disamping kasurku, kini ia tempelkan disebelah kursi roda. Perlahan ia mendorong kursi roda keluar ruangan. Menyusuri lorong lorong rumah sakit. Hingga sampai ditempat yang ia tuju. Taman belakang rumah sakit. Terlihat begitu asri. Pepohonan yang begitu rindang sedang menari nari karena tertiup angin. Bunga warna warni menghiasi taman ini. Mataku terus menyusuri setiap bagian taman ini dengan detail. Hingga mataku terhenti pada bangku yang berada dibawah pohon besar ini.

"Kebangku sana," ucapku sambil menunjuk bangku yang ada dibawah pohon itu.

"Oh kesana. Ayoo," seru senior itu.

Kini ia duduk dibangku taman yang bercat putih, dan aku duduk dikursi roda yang terletak disebelah kursi taman itu. Suaranya tiba tiba memecahkan keheningan.

"Lo kapan pulang?"

Tidak ada jawaban. Mataku tetap memandang kosong kearah depan. Melamun. Ntah apa yanga ku pikirkan kini. Senior yang ada disebelahku hanya tersenyum simpul melihatku. Mungkin karena aku tidak meresponnya. Atau mungkin komuk ku diluar batas yang membuatnya tersenyum simpul. Tidak lama kemudian suara lembut Caramel memecahkan keheningan.

"Hay kalian.. ternyata disini. Ini buahnya," ucapnya sambil menyodorkan nampan berisi sepiring buah, segelas susu, dan beberapa obat milik Nega.

"Oh. Sini sini sus," jawab senior itu.

"Tempat ini asri banget ya. Tempat ini juga tempat favorit aku lho," ucapnya membuka topik.

"Iya tempat ini bagus," jawabnya.

Aku tetap diam. Menatap kosong pemandangan indah yang ada didepanku. Kini Caramel duduk disebelah senior itu. Saat senior itu menyuapkan satu potong buah apel tiba tiba.
'Adah!!'

"Eh kenapa?" tanyanya panik.

Lenganku yang terluka tiba tiba terasa nyeri yang begitu hebat. Tidak seperti biasanya. Sesakit apapun pasti aku tahan. Tapi sakit ini tidak bisa aku tahan. Rasanya seperti disayat sayat. Rasa sakit ini membuat wajahku yang sebelumnya sudah membaik menjadi pucat kembali. Dengan segera senior itu menggendong badan mungilku berlari menuju ruanganku kembali. Badanku terasa begitu lemas. Tidak bisa berbuat apa apa. Yang kulihat hanya wajah senior yang berada diatas wajahku. Dari raut wajahnya saja terlihat begitu cemas. Sangat panik. Dengan langkah yang besar tubuh besar dan tegapnya telah membawaku keruangan. Tidak lama datang seorang dokter bersama Caramel membawa alat alat medis yang sekiranya dibutuhkan.

~~~

Hey kalian semangat terus ya puasanya. Sambil nunggu buka baca baca terus ya kelanjuttan dari cerita ILUSI ini. Jangan lupa buat like, comment, dan vote ya... see you next part:))

ILUSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang