«15»

9 0 0
                                    

- NEGA ADI PURNAMA -

Waktu terus berjalan, kini mentari mulai pergi dan lampu lampu dipinggir jalan, dipenghujung gapura atau disudut sudut kota lainnya telah menyala. Sejak pagi tadi tidak terlihat sedikitpun batang hidungnya, tidak ada siapapun yang melihatnya. Ada apa dengannya? Kenapa tiba tiba menghilang begitu saja?

Saat tiba dirumah pohon itu terlihat sebuah tas hitam tergantung rapih, sepatu yang disimpan didalam rak, dan lipatan baju yang ia kenakan tadi. Dengan cepat menuju kearah danau, tepat diatas sebuah perahu kayu siluet seorang pria tengah duduk diam diri diatas air danau yang terpantul cahaya mentari mulai terbanam. Kayuhan perahu yang cukup cepat berhasil membuatku dengannya kini pada garis yang sama.

"Woii,"

Cowo yang tengah melamun ini menoleh kearah suara dengan tatapan terkejut tidak kepalang.
"Astagfirullah teteh. Kirain siapa?"

"Siapa dong. Hehehe" jawabku sambil menoleh kearahnya.

"Teteh gak pulang? Udah mau malem teh,"

"Tau,"
Cowok yang ada disampingku ini menoleh keheranan.
"Yaa.. males aja pulang. Lo sendiri?"

"Riffandi mah nginep disini teh. Lagi pengen disini aja," jelasnya

"Gua temenin mau ga?"

"Kan tadi Riffandi bilang kalau Riffandi mau sendiri dulu. Mending teteh pulang aja, takut dicariin lagi"

"Lo ngusir gue?!"

"Ng-nggak teh bukan gitu--"

"Terus apa?! Orang udah jelas lo ngusir gue!"

"Nggak teh bu--"

"Udade! Gua benci sama lo Fan! Jangan pernah lo ketemu gua lagi!!"

"Teh! Teteh!! Bukan gitu teh!"

Tidak ada jawaban apapun hanya suara air yang terdengar. Perahu yang ditaiki ku telah menjauh dan hilang bersama cahaya mentari.

~~~

Hentakan kaki yang terdengar dari arah belakang punggung pria ini yang membuat kedua bola mata nya memutar kearah sumber suara. Dengan memasang wajah yang muram wanita yang sejak tadi ia perhatikan tidak menghiraukan akan kehadirannya ia memilih melewatinya begitu saja seolah olah tidak ada siapapun di hadapannya saat ini.

Tanpa persetujuan wanita itu pria yang tengah duduk didepan teras masuk mengikuti langkah kaki wanita itu. Saat berada tepat didalam kamar kost yang selama ini ia tinggali terasa berbeda. Sepasang bola mata berwarna huzle itu mengelilingi seluruh bagian kamar kost nya. Semua barang barang miliknya tidak ada satupun yang berada disini

'kemana semua barangnya?'.

Dari arah pintu kamarnya terlihat sosok tubuh tegap yang sedang memerhatikannya sejak tadi, tanpa berkata sedikit pun.
"Kemana semua barang gua?" tanyanya kepada pria yang ada dihadapannya kini.

"Lo ikut gua sekarang,"

"Gua itu nanya barang barang gua! Kenapa lo tiba tiba nyuruh gua buat ikut sama lo?"

"Kan gua udah bilang, lo tinggal sama gua sekarang,"

"Gua itu ngekost disini. Ya berarti gua juga tinggal disini. Ck ga bener ngomong sama lo mah. Katyaaa" ucap Nega sambil pergi menuju kamar Katya.

"Non Katya nya udah pergi non Nega,"

"Maksud ibu? Katya pergi kemana?" tanya Nega dengan raut wajah terkejut.

"Non Katya ndak bilang mau kemana. Non Katya cuma bilang kalau dia sama non Nega udah selesai kost disininya,"

"Lah bu, saya mau tinggal dimana lagi? saya gatau harus tinggal dimana. Emang Katya ga bayar sepeserpun buat saya masih ngekost disini?"

"Ndak. Maaf to non, malam ini non Nega harus udah pergi soalnya besok pagi udah ada yang isi. Ibu harus beressin dulu kamarnya,"

"Bu.. bu nggak bisa gitu buu.. saya gatau lagi harus tinggal dimana, kasih saya izin buat tinggal disini semalem lagii aja bu, nanti pagi saya pergi kok bu.."

"Ndak bisa non," tegas siibu sambil menyuruh Nega segera pergi keluar.

Dengan langkah berat Nega pergi keluar dari tempat dimana yang menurutnya paling aman, tempat yang selalu menjadi dirinya aman dan bisa meredakan setiap ledakan ledakan emosinya,Tapi tidak untuk hari ini. Ia tak tahu bagaimana rasanya semalam mencari tempat tinggal, pasti sulit.

Dari arah belakang semua barang yang ia bawa diraih oleh pria yang sejak tadi ada disampingnya. Pria ini membawa seluruh barang Nega kedalam bagasi mobilnya dan segera menyuruh wanita yang diam terpaku dipinggir mobilnya untuk masuk kedalam.

Selama perjalan tidak ada pembicaraan sepatah katapun. Keduanya sibuk dengan masing masing, pukul 20.00 wib jalanan malam ini cukup padat, beberapa tempat yang ia lalui terhentikan oleh padatnya kendaraan beroda 4. Kini tak ada keheningan yang tercipta, melainkan suara klakson yang berbunyi saling menyahut satu sama lain tiada henti. Sendya senior itu yang tengah fokus dengan jalanan yang padat ini terus mencoba mencari akal agar dapat keluar lebih cepat dari jalur ini. Sedangkan, Nega hanya sibuk dengan lamunannya sejak tadi ntah apa yang sedang ia pikirkan saat ini hingga benar benar tidak peduli dengan keramaian yang ada.

"Katya pergi kemana? lo tahu ga?" tanyanya yang membuat raut wajah Sendya yang kesal oleh padatnya kendaraan menjadi ceria sesaat.

"Akhirnya lo tanya pertanyaan itu juga," katanya sambil mengambil sesuatu yang ada di belakang.

"Emang nya lo dari tadi nungguin gua nanya pertanyaan itu ke lo?"

"Iyaa. Nih Katya nitip ini ke gua biar lo baca,"

"Kenapa ga daritadi si ngasih nya?" tanya Nega yang mulai kesal dengan kelakuan pria yang ada di sebelahnya sejak tadi.

"Yaa kan Katya bilangnya jangan dikasih kalau lo ga minta,"

Tanpa memerdulikan ucapan senior itu Nega segera membuka secara perlahan surat yang ia terima dari sahabatnya itu. Saat ingin membaca surat itu tiba tiba mobil yang ia kendarai mengerem secara mendadak yang membuat surat itu jatuh.

"Yahh! Bensinya abis. Masih jauh lagi, sial ni gara gara macet bensin gua abis,"

"Yauda si gausa marah marah gitu kali,tinggal dorong aja ribet,"

"Eh eh Nega gua aja yang dorong jangan lu," cegah senior itu.

"Kalau ga gua yang dorong siapa?"

"Yaa guala.."

"Gabakal bener. Udah bareng bareng aja dorongnya biar cepet,"

Senior itu mendorong bagian depan disebelah samping pintu mobilnya, Nega mendorong bagian belakang mobil. Keduanya mendorong hingga pombensin yang masih sangat jauh, sekitar 1 sampai 2 kilometer lagi. Dengan sekuat tenaga Nega mendorong mobil bagian belakang yang akhirnya sampai pada tempat tujuan, SPBU.

Setelah sampainya di SPBU keduanya duduk di lantai SPBU yang tidak terlalu kotor, terlihat dari raut wajah keduanya sangat kelelahan yang tidak bisa dirahasiakan lagi. Semua mata memandang keduanya keheranan karena keduanya duduk di banjiri dengan keringat yang tidak tertutupi, dari arah yang berlawanan datang sosok wanita yang kedatangannya tidak di hiraukan oleh keduanya.

Wanita itu memakai baju santai berwarna putih dan celana hijau seleutut, dengan rabut ombre pirang sesikut. Wanita itu keluar dari supermarket yang tepat di samping SPBU sambil membawa kantong kresek berisi barang yang ia ambil dari dalam supermarket itu. Langkahnya tidak menjadi sorot perhatian kami tapi kelakuan kami menjadi sorot perhatiannya. Saat senior itu bangkit dari lelahnya dan mecoba memanggil pegawai SPBU untuk mengisi bensin mobilya sorot matanya beralih perhatian, kedua bola matanya menatap sosok wanita itu dengan tatapan mengejutkan. Berbeda dengan wanita itu, saat senior itu sadar akan kehadirannya. Wanita itu melambaikan tangannya sambil melemparkan senyuman manis miliknya

~~~

Hay gimana ni ceritanya? lanjut terus yaa baca ya.. jangan lupa buat like, comment, dan vote ya..

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 26, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ILUSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang