«1»

66 12 0
                                    

'Tok-tok-tok'


"Ini loundry-an nya,"

'Crek' suara kunci terbuka. Terlihat sosok wanita seumurku yang ada dihadapanku. Katya. Dia seorang yang baik dan ramah. Garis lekukan yang terdapat pada kulit berwarna kuning langsat, saat melihatku dibalik pintu kayu kamarku dan bola mata berwarna abu tampak sumringah. Terlihat jelas.

"Makasih," ucapku datar. Tanpa ekspresi wajah sedikitpun. Dia sudah terbiasa melihatku seperti ini. Dia sama sekali tidak merasa terganggu akan sifatku. Aku suka orang seperti itu.

"Lo ga sekolah?"

Tersenyum. Itu yang aku lakukan saat mendengar pertanyaan itu. Tidak perlu menjawab. Aku yakin ia pasti mengerti.

Hari hariku kini hanya berdiam diri dikamar. Makan, tidur, belajar, dan membuat surat harapan untuk seseorang yang kini aku rindukan. Aku tidak bisa melakukan apapun selain menulis surat harapan itu.

Cukup membosankan. Hanya berdiam saja didalam kamar. Tidak melakukan apapun. Rasanya ingin sekali aku pergi keluar sana. Menghirup udara bebas. Tapi kemana?

~~~


Taman. Tempat satu satunya aku melepas seluruh beban. Taman yang dilengkapi danau berwarna hijau, rerumputan dan pepohonan tersusun rapih ditepian dan warna warni bunga terletak disisi sisi taman. Sangat sejuk. Angin yang berhembusan terasa membuat seluruh beban pergi bersama angin. Kupejamkan mata. Berharap apa yang selama ini terjadi hanyalah mimpi. Tapi itu semua mustahil. Ini nyata. Tidak ada yang seperti mimpi. Kehidupan nyata jahat. Alam dan seluruh isinya seperti tak berpihak padaku.

Aku membenci seluruh makhluk yang bernama 'manusia'. Apa alam juga membenciku? Aku membenci mereka karena sebab. Apa sebab alam membenciku?

Pertanyaan itu yang selalu muncul dibenakku. Ntah apa kesalahanku pada alam. Bertahun tahun pertanyaan itu selalu muncul dibenakku. Hingga kini aku memcari jawabannya. 'Apa sebab alam membenciku?'

Thursday, 21 agustus 2018
10.30 am

Aku melirik jam yang ada dipergelangan tangan kiriku. Sudah lebih dari 3 jam aku duduk dibangku taman ini. Sudah terlalu banyak waktu yang aku buang. Aku harus segera pulang.

Saat dipertengahan perjalanan menuju kost. Aku melihat sosok anak kecil yang memakai pakaian kodok dengan kaos pink. Manis. Wanita kecil itu sedang berdiri dipinggir jalan sambil membawa 2 permen lolipop yang ia genggam. Sambil tertawa lepas yang menunjukkan giginya yang mungil dan bersih.

Tanpa ada pengawasan dari orang tua anak kecil itu. Dari arah berlawan terdapat sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi. Sepertinya pengemudi  itu sedang mabuk. Mobil yang ia kendarai tampak tidak benar. Dengan sigap aku berlari menuju anak kecil itu untukku selamatkan nyawanya dari maut. Dalam hitungan seperkian detik aku berhasil menyelamatkan nyawa anak kecil itu, walaupun dengan mendorongnya cukup kasar.


'Bruk'. Tanpa aku sadari. Aku memang menyelamatkan anak kecil itu. Tapi tidak denganku. Tubuhku terpental cukup jauh. Aku masih sadar bahwa ragaku melayang tinggi di udara. Dalam hitungan seperkian detik tubuhku mendarat dengan kasar. Yang membuat benturan cukup kuat dikepalaku. Hingga mengeluarkan cairan berwarna merah pekat.

~~~


Cat putih menghiasi seluruh bagian dari ruangan ini. Hanya terdapat kasur, sofa dan meja, lukisan didinding, dan alat alat medis lainnya. Rumah sakit.

"Lo udah siuman juga. Diminum dulu air putih nya,"

Terdengar suara yang tak asing dari arah belakang pintu bercat putih itu. Suara yang selalu aku dengar dipagi hari. Ia selalu ada ditempat yang aku butuhkan. Kaos putih polos dilengkapi celana bahan hitam yang ia gunakan. Tampak membawa satu paket buah segar dan satu kantung plastik yang aku tidak tahu apa isinya.

"Lo laper? Gua bawa bubur kesukaan lo ni. Dimakan ya,"

"kenyang."

"Lho kata dokter lo itu harus banyak banyak makan supaya cepet sembuh. Ayo dimakan. Biar gua suappin ya?"

Aku hanya mengangguk. Tidak bisa aku menolak kemauan seseorang yang baik padaku.

"Lo sampe kapan ga masuk sekolah? Hari senin besok sudah masuk. MPLS nya sudah selesai hari sabtu lusa. Kata dokter lo dirawat disini sampe hari Minggu. Ntar abis pulang sekolah gua kesini. Biarlo ga sepi,"

"Bagus. Kenapa lama banget masa pembodohan itu. Gua kira hari ini lo sudah belajar,"

"Hm nggaklah. Semua itu juga udah diatur sama kaka seniornya,"

~~~


Hari hariku kini berganti ruangan. Yang dulu dikamar kost ku. Yang diisi barang barang pribadiku, dan gelap. Tapi kini aku berada di kamar rumah sakit. Ruangan ini tidak dilengkapi barang pribadiku. Tapi dilengkapi oleh alat alat medis yang berada dibadanku dan meja yang berada disebelah kasurku, kamar ini pula terang. Berbeda dengan kamarku.

Mungkin terasa membosankan. Tapi ini yang aku bisa lakukan. Hanya berbaring atau duduk dikasur beralaskan sprai biru laut polos yang terpasang rapih pada kasur. Melihat kejendela terdapat pepohonan rindang diluar sana. Menggambarkan alam sedang baik hari ini.

"Permisi mbak dicek dulu ya keadaan mbak,"

Sapa perawat itu padaku. Manis. Perawat itu mempunyai lesung pipi yang cukup dalam, dan gigi gingsul yang terlihat ketika ia tersenyum. Sempurna. Kata itu yang menunjukkan ciri visual perawat itu. Mungkin semua perawat mempunyai sifat yang sama. Hampir semua perawat yang aku ketahui mereka sangat baik dan ramah pada pasien. Mungkin juga perawat mempunyai banyak teman.

"Waah mbaknya sudah mulai membaik. Kondisi tubuhnya juga stabil. Apa mbak masih merasakan sakit dibagian pelipis kanan mbak?"

Aku hanya menggelengkan kepala. Perawat itu hanya tersenyum padaku. Dan pergi meninggalkan ruangan ku kembali.

~~~

"Dorr!!"

Suara itu mengganggu jam istirahatku. Suara Katya. Aku yang terkejut hanya menatapnya dengan tatapan tajam. Yang menunjukkan bahwa aku terganggu olehnya. Katya yang sebelumnya tertawa terbahak bahak melihat ekspresiku terkejut. Kini dia terdiam sambil cengengesan didepanku.

"Eh.. maaf maaf.. gua cuma ngagettin. Sesekali gitu biar lo terhibur,"

"Keganggu,"

"Iya maaf. Eh tau ga? Tadi gua ngobrol sama kaka senior yang gua idolain itu. Inget nggak?"

"Nggak,"

"Iih masa si ka itu lo ka..."

"Siapa? Lo aja lupa. Apalagi gua?"

"Hehehe... siapa ya.. pokoknya kakak itula gua lupa. Gua ngobrol sama dia.. seneng deh bisa ngobrol bareng dia. Kapan lagi kan ya??"

Katya Putri Salsabilla. Sahabatku sejak kecil. Kini hanya dia yang aku punya tidak ada lagi. Dia orang satu satunya yang paling mengerti aku.

'Aku nggak akan biarrin sahabat aku hidup didunia ini sendirian. Hidup ini keras. Aku nggak akan pernah ninggalin kamu Nega'. Ucapan itu yang  ia katakan saat aku benar benar terpuruk. Kata kata itu pula yang meyakinkanku bahwa aku bisa menghadapi dunia yang keras ini.

~~~

Hay kalian semua... semoga terhibur dan terus penasaran sama kelanjuttan dari setiap partnya ya... see you next part :))

ILUSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang