«10»

16 3 0
                                    

Dia yang memulai perkelahian ini. Dia mulai memukul kearahku. Lagi lagi aku dapat terhindar darinya. Dari arah lain datang seorang pria sambil berlari dengan sekuat mungkin. Mencoba melawanku. Namun, saat dirinya telah dekat denganku tiba tiba ia terjatuh sendiri. Tidak ada angin tidak ada hujan. Aneh. Kejadian itu berhasil membuat satu sekolah tertawa terbahak bahak olehnya. Dari arah berlawanan seorang pria berhasil menendang punggungku , yang membuat aku jatuh kelantai.

Dengan cepat aku bangun dan kembali melawan pria yang telah menendangku hingga tersungkur kelantai. Beberapa pukulan mendarat di wajah dan badannya yang membuat dirinya tidak berdaya. Dari arah lain dua pria datang sambil membawa tong sampah besar yang mereka arahkan padaku. Dengan cepat aku tendang kedua tong sampah itu untuk pergi kearah lain. Tapi tindakan yang kuambil tindakan bodoh yang membuat salah satu kakiku keseleo. Cedera ini sangat merugikan ku saat ini. Sial benar benar sial. Dengan langkah sedikit pincang aku menghadang tiga pria yang kini melawanku. Segala tepissan telah ku berikan pada mereka. Kini tinggal aku melawannya. Beres. Ketiga pria ini tersungkur kelantai. Aku rasa ia tidak akan melawan lagi.

Kini sisa dua pria dan satu pria sialan yang ada didepanku. Aku lawan mereka satu persatu. Perkelahian ini sangat melelahkan. Mereka tidak memberi ku bernafas sedikitpun. Setiap pukulan, tendangan mereka berikan padaku tanpa ampun. Hingga aku lelah untuk menghindar dari tendangannya. Membuat tubuhku jatuh kelantai. Mereka memukul titik lemahku. Paha kanan. Disini terdapat luka dalam yang belum terlalu pulih hingga kini. Tetap rasanya sakit. Ditambah tendangan setan yang mereka berikan. Tendangan itu berhasil membuatku tidak dapat melawan. Benar benar sakit. Aku coba untuk bangkit namun hasilnya nihil. Tidak bisa. Ini terlalu sakit untuk dipaksakan berdiri saat ini. Aku tetap mencoba untuk bangun walaupun harus kembali jatuh kelantai. Tapi aku tidak menyerah.

Saat aku ingin bangun untuk kembali melawan mereka. Datang dua pria yang memegang kedua lenganku, yang membuat aku terkunci olehnya. Datang pria sialan itu dari arah depan. Berjalan santai sambil menatapku dengan tatapan yang menjijikan. Mulai mendekat. Tubuhnya mulai berbenturan dengan tubuhku. Ia mengangkat tangannya  keatas udara yang membuat kepalaku memalingkan kearah bawah sambil memejamkan mata agar tidak terlalu sakit. Kedua tangan itu memegang rahangku dan membawanya kearah sang pemilik tangan. Yang terjadi kini kontak mata diantara kami. Saling menatap satu sama lain. Lama kelamaan jari jemari tangan yang ada di rahangku mulai mengeras. Membuat arah kepalaku menenggak kearah pria ini. Tiba tiba

'Muach'

Satu cium simpul mendarat mulus dipipi sebelah kiriku. Najis! Pria ini mencium pipi suci ku? Siapa dia? Saat ia telah melakukan itu membuat kedua bola mataku membulat dan berusaha melepas jari yang tertempel dirahangku. Semakin aku memcoba untuk melepas semakin kuat ia menggenggam rahangku. Lalu kedua pria yang memegang kedua lenganku melempar tubuhku pada pria sialan yang baru saja menciumku tadi. Yang membuat dirinya memeluk tubuhku. Dengan cepat cowok ini menggendong tubuhku pergi dari sini. Sebelum pergi meninggalkan lapangan ia berteriak pada satu sekolah yang mengucapkan

"MULAI HARI INI GUA SAMA DIA RESMI PACARAN!" ucapnya sambil meninggalkan lapangan.

Aku yang mendengarnya saja ingin segera turun darinya. Tapi hasilnya nihil. Aku tidak bisa, pelukkannya sangat erat. Yang membuat tubuhku tidak dapat kemana mana.

~~~

-SENDYA WIRAGUNAWAN-

Setelah kejadian itu selesai dengan tidak tahu diakhiri siapa pemenangnya. Siswa siswi kembali kekelas mereka masing masing. Sambil mengobrol tentang kejadian yang baru mereka tonton tadi. Hanya Sendya yang tidak menonton perkelahian konyol itu. Ardi, Bayu, dan Rangga sambil tertawa membahas kejadian tadi. Dan mulai bercerita semua pada Sendya yang tengah duduk dibangkunya.

ILUSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang