«9»

10 4 0
                                    

"Ini bunga buat siapa?"

Pertanyaan yang meluncur dari mulutku membuat senior disebelahku ini sedikit gugup.

"Oh ini kan buat aku ya Send. Kok ada di kamu?" Ucap Caramel sambil mengambil bucket bunga yang ada ditanganku.

"Oh maaf. Gua kira punya siapa jadi gua ambil aja," jelasku.

"Iya iya gapapa. Pantessan aku cari kemana mana gaada. Mm..." sambil mencium bunga yang kini ia genggam.

"Itu bunga udah busuk. Jangan lo cium percuma udah ga wangi," ucap Senior itu ketus.

"Gapapa. Yang penting ini dari kamu,"

Aku memutar kedua bola mataku malas. Lalu memejamkan mata untuk beristirahat selama diperjalanan. Jaraknya sudah dekat dengan tempat kost . Aku tidak terlalu sadar dimobil ini. Karena mataku begitu berat. Membuat ragaku telah nyaman dengan kursi mobil ini.

~~~

-SENDYA WIRAGUNAWAN-

"Eh eh eh Nega kenapa lagi kak?" Tanya Katya cemas.

"Gapapa, dia ketiduran dimobil. Kamarnya yang mana?"

"O-oh ini kak, yang ini," sambil membuka pintu kamar kost.

Aku meletakkan tubuh mungil yang ku gendong sejak tadi. Dikasur yang beralas sprai hitam putih bermotif luar angkasa. Pintu kamarnya tertutup dengan sendirinya. Setelah ku letakkan tubuh mungilnya yang kini tertutupi bedcover miliknya, yang membuat hanya setengah tubuhnya terlihat. Cantik. Lagi lagi kata itu yang terucap saat memandangnya.

Aku duduk dikursi kayu milik seseorang yang menghuni kamar ini. Mataku mengitari seluruh furniture furniture yang menghiasi ruangan. Terdapat lemari baju, meja belajar, laci dipojok ruangan, rak sepatu, satu tempat sampah, dan bingkai bingkai ataupun lukisan yang tertempel didinding menghiasi ruangan. Lukisan yang sangat indah. Dan terdapat satu bingkai foto yang terpajang diatas laci sebelah kasurnya. Di foto itu terdapat seorang pria paruh baya dan seorang perempuan berumur sekitar 13 tahun tersenyum manis. Aku yakin ini pasti Nega dan ayahnya.

Aku mengambil bingkai itu untuk melihatnya lebih jelas. Saat bingkai itu telah ada digenggamanku jatuh selembar kertas yang berada dibelakang bingkai. Dibelakang bingkai pula tertulis oleh tinta merah

15 - 09 - 1972
14 - 09 - 2017

Apa maksud tanggal ini?

Saat selesai dari pertanyaan tentang tanggal itu aku mengambil selembar surat yang berada dilantai.

'Ayah maaffin aku. Bukan aku yang lakuin ini semua, mama dan kak Dilla salah paham yah. Nega pengen sama ayah terus... Nega pengen hidup bareng ayah lagi, jangan tinggallin Nega yah. Nega gak mau tinggal sama mama dan kak---'

Baru sedikit aku baca surat itu. Terdengar suara pintu terketuk. Aku lupa ini kamar cewek, tidak boleh aku berlama lama disini. Aku masukkan kedalam saku lalu pergi meninggalkan ruangan ini.

"Sorry lama. Tadi abis liat lukisan Nega,"

"Ooh kirain aku kakak ngapain. Makasih ya ka,"

"Oh iya. Gua balik yaa,"

~~~

Hari ini aku kembali masuk kebangunan ini. Setelah lama tidak hadir akibat hal yang menjijikan itu. Ku kira hari ini hari yang indah. Saat aku datang bersama Katya semua mata memandang kami. Dimana kami menjadi sorot perhatian disini. Ada apa?

Mau kaum hawan atau adam sekalipun, tetap semuanya memandang kami dengan pandangan yang intens. Sesekali ada yang mencibir saat tengah berjalan menuju kelas.

'Eh cewek aneh udah datang lagi kesekolah,'

'Masalah apalagi nanti yang dia buat?'

'Paling masalah yang dia buat tindak kriminal,'

'Orang tuanya gimana si ngedidiknya? Gabecus kayaknya. Sampe anaknya punya kelakuan diluar akal sehat manusia!'

'Buah jatuh nggak jauh dari pohonnya. Ya, dia aja kayak gitu apalagi bapaknya?'

Cibiran itu mereka tuju kepadaku. Bukan Katya. Aku tidak suka jika ada orang yang mencibir Katya seenak dengkulnya saja. Mau cibiran apapun tidak apa kalau itu tertuju padaku. Tidak pada Katya atau 'ayah'. Aku benci mendengar cibiran akhir itu. Ingin rasanya aku melawan dari cibiran itu. Ayanku tidak sejahat itu. Apa yang mereka katakan pada ayahku itu semua tidak benar. Aku tidak ingin meladeni mereka. Biar saja mereka sendiri yang paham. Kalau aku tidak seburuk atau serendah yang mereka ucapkan.

"Katya! Lo ga takut apa temenan sama orang yang ga punya akal sehat?" Tanya salah satu siswi teman satu kelas Katya. Saat ini kami telah berada didepan kelasnya.

"Nega ga sama seperti apa yang kalian liat," bantah Katya.

"Gak sama gimana? Orang jelas jelas dia itu gila! Dia itu ngelukai orang yang ada disekitarnya,"

"Ohya?" Tantang Katya.
"Eh dim, lo itu ketua kelas. Orang yang dipercayai dikelas. Apa lo gabisa liat? Buktinya gua baik baik aja,"

Ucappan Katya berhasil membuat pria itu marah. Bahkan ingin menanpar Katya. Saat aku lihat gerakannya, dengan cepat ku tendang perutnya agar menjauh dari Katya. Jangan pernah ada yang ngelakuin perbuattan kasar sama Katya!

Pria itu tersungkur kelantai. Membuat satu kelas heboh. Keributtan untuk kesekian kalinya terjadi karena ulahku. Kejadian itu membuat siswa siswi berbondong bondong untuk melihatnya. Pria itu kembali bangun sambil memegang perutnya yang baru saja aku tendang tadi.

"Goblok lu!!"

Pria itu segera meluncurkan pukulannya kearahku. Tanganku mengambil pukulan itu lalu memutar lengan yang ingin memukulku. Membuat tubuhnya berbalik 360˚ lalu ku tendang bokongnya menjauh dariku.

Tidak sampai disini pertempurannya. Pria itu membawa teman temannya berjumlah 6 orang menuju lapangan. Kukira ia pergi karena takut. Ternyata siswa itu dan 6 orang temannya berdiri di tengah lapangan sambil memegang mic.

'Eh cewek gila kalau lo berani. Sini turun kebawah. Kita selesaiin disini'

Cowok tolol tingkat apa dia? Masih saja meladeni cewek? Dia pikir aku takut. Aku menuju kearahnya sambil berlari kecil. Sontak mendengar ucapan itu di mic satu sekolah menjadi riuh. Tidak ada yang ingin melewatkan moment ini. Semuanya kaum adam dari kelas X sampai kelas XII turun ke lapangan untuk menonton pertunjukkan yang tidak asing lagi bagi mereka. Kaum hawa hanya berdiri didepan kelasnya sambil melihat kejadian ini. So? Kaum hawa yang ada di bawah hanya aku? Ya, tepat sekali.

Terlihat ada yang sedang taruhan. Atau memberi semangat padaku atau cowok tolol tingkat upil yang ada dihadapanku.

'Kata gua si Dimas yang menang,'

'Kata gua cewek cantik itu,'

'Oke berapa berapa?'

'500k perorang,'

'Oke siap,'

Mau jadi apa negara ini dimasa yang akan datang? Anak SMA jaman sekarang sudah ada yang berani bertaruhan akan hal kecil seperti ini. Apa bedanya juga dengan berkelahi?

Guru? Tidak ada yang melerai satupun. Semua guru lelaki di SMA ini malah ikut menonton perkelahian ini. Sedangkan guru wanita? Mana ada yang peduli. Mereka akan ikut campur tangan bila sudah ada korban. Walaupun aku baru disini tapi aku sudah paham akan suasana sekolah ini. Kepala sekolah? Banyak yang bilang minggu ini dia sedang berlibur di Paris. Tidak apa lah, aku jadi leluasa menghabisi cowok yang benar benar tolol ini.

~~~

Jangan lupa like, comment, dan vote ya... kalau kalian suka jangan ketinggalan dari setiap partnya ya. See you next part :))

ILUSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang