«13»

20 2 2
                                    

Sinar sinar dari sang surya menerobos masuk kedalam celah celah kedua kelopak mataku ini. Membuatku bangun dari bangku taman ini. Senja telah menampakkan dirinya. Sudah sore, sudah berapa lama aku tertidur disini? Kemana cowok itu? Suasana ditaman ini pula sangat sepi. Tidak ada siapapun terkecuali aku dan ransel cowok itu. Mataku mengitari seluruh bagian taman, mencari sosok itu. Nihil. Apa cowok seperti dia tega meninggalkan cewek sendirian ditaman? Dalam kondisi tertidur pulas. Kedua lenganku segera mengambil ranselku yang berada di kursi taman. Melangkahkan kaki pergi meninggalkan taman ini dan mengabaikan ransel cowok itu yang tergeletak dirumput.

"Eh teteh mau kemana?" Suara itu menghentikan langkahku yang segera memutar badan kearahnya.

"Balik la," jawabku singkat saat mengetahui siapa suara itu.

"Jangan dulu pulang atu teh. Riffandi ada sprai buat teteh,"jawabnya sambil mengambil ranselnya dan menarik lenganku untuk mengikuti langkahnya.

"Bentar bentar,"

"Kenapa teh?" Ucap cowok itu sambil menghentikan langkahnya.

"Gua udah punya spre ditempat kost jadi lo gausa ribet ribet ngasih spre ke gua," tolakku padanya sambil melepas genggaman tangannya.

"Spre? Siapa yang mau ngasih teteh spre?"

"Tadi kata lo?"

"Ih teh sprai?"

"Yaiya,"

"Maksud saya itu kejutan teh. Kan bahasa inggrisnya sprai kan?" Jelasnya.

"Ooh, bukanla. Lo salah sebut norak,"

"Terus yang benernya apa?"

"Suprise,"

"Nah itu. Maaf atu teh saya rada susah ngomongnya,"

"Kan lo norak,"

Cowok ini membawaku kebagian bawah dari taman ini. Daerah yang belum pernah aku injak. Sangat sepi dan terasa asing. Banyak pepohonan yang besar dan nampak tua. Rerumputtan disini pula begitu tinggi tinggi. Kami melewati jalan setapak yang menuju kearah danau.

Mulai terlihat air danau dari jarak saat ini. Tidak membutuhkan waktu lama lagi sudah terlihat sebuah lapangan basket sederhana yang memiliki alas yang terbuat dari semen, tidak lupa dengan kedua ring basket. Dipinggir danau pula terdapat dua buah perahu kayu yang tersandar dipinggir danau. Dan yang paling menarik perhatianku adalah terdapat sebuah rumah pohon yang cukup besar disalah satu pohon yang berada didekat lapangan basket ini. Rumah pohon yang cantik sekali. Anehnya didaerah sini terdapat bunga bunga kecil yang cantik. Bertebaran dimana mana yang membuat suasana disini semakin indah.

Tidak harus berlama lama lagi kami berdua segera menaiki rumah pohon itu. Menaiki tangga kayu yang tertempel dibatang pohon ini satu persatu. Saat kepalaku mulai memasuki rumah pohon ini, lagi lagi mataku dibuat takjub yang tiada henti. Didalam rumah ini terdapat beberapa furniture. Ada kasur lantai yang dilengkapi bantal dan guling lengkap dengan selimut, satu meja kecil yang berada disudut rumah pohon ini, satu rak sepatu kecil, dan satu buah gantungan baju yang tertempel disalah satu dinding rumah pohon ini. Sangat nyaman berada disini. Terdapat satu buah pintu didepan dan dua buah jendela yang masing masing terpasang dibagian samping dan depan. Jendela disini pula dilengkapi dengan tirai yang menutupinya. Aku dengannya menaruh sepatuku didalam rak sepatu yang berada disamping belakang rumah pohon ini. Berada didalam sini sama seperti berada ditempat kost. Sangat nyaman. Hingga tak terasa bahwa langit diluar sudah mulai gelap.

Walau sudah gelap, kami tetap berbincang akan banyak hal. Diselingi memakan camilan yang berada di dalam tas cowok ini. Ia membawa keripik singkong. Gurih sekali rasanya, yang membuat mulutku tak berhenti mengunyah.

ILUSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang